27. Planner's

1.4K 123 3
                                    

DI sebuah ruangan yang cukup besar, terlihat beberapa orang tengah berkumpul dengan posisi melingkar mengitari sebuah meja. Orang-orang tersebut adalah James, Eyden, Reyna, Selena, Leo, dan Mrs. Pollent yang tengah merencanakan rencana yang akan mereka pakai untuk menyelamatkan Clara dari tangan black fairy.

Lalu, jika kalian bertanya kemana penghuni asrama yang lain dan kenapa hanya mereka berenam yang berkumpul disini, jawabannya adalah karena yang lainnya belum mempunyai cukup ilmu untuk bertarung melawan black fairy. Dan juga, kebanyakan dari mereka lebih memilih untuk tetap tinggal di asrama untuk berjaga-jaga bila nantinya black fairy malah berbalik menyerang ke asrama. Maka dari itulah, hanya mereka berenam saja yang berkumpul. Walaupun sebenarnya harusnya bertujuh dengan Lea--tetapi yah, kenyataannya gadis tersebut kini sudah bukan bagian dari mereka lagi.

"Rencana ini akan memiliki dua keuntungan untuk kita jika berhasil," ujar Mrs. Pollent lalu melanjutkan ucapannya. "Yang pertama adalah kita bisa menyelamatkan Clara, dan yang kedua adalah kita bisa memberantas black fairy di sana jika kita mampu melakukannya. Tetapi, menyelamatkan Clara adalah hal yang utama," lanjutnya kemudian.

"Aku rasa tidak mungkin kita bisa bisa memberantasnya, karena kita sendiri akan bertarung di kandang mereka," sahut Leo.

"Tidak, Leo. Jangan berputus asa seperti itu. Setahuku, sejauh ini anggota black fairy yang menguasai kekuatannya sepenuhnya hanyalah Patricia dan Felix. Sementara yang lainnya hanyalah beginner, karena dulu Felix hanya fokus mengajarkan kekuatannya kepada Patricia saja," balas Reyna.

"Apa kamu tahu berapa jumlah anggota black fairy disana, Reyna?" tanya Mrs. Pollent, disambut dengan anggukan dari Reyna.

Reyna menegakkan posisi duduknya dan menjawab, "Kurang lebih tiga puluh orang. Karna citra mereka yang buruk di mata masyarakat, jadi mungkin hanya sedikit yang berminat untuk bergabung dengan kelompok mereka. Dan ... orang-orang yang masuk ke Black fairy juga sebenarnya hanyalah orang-orang buangan dan penjahat di kalangan masyarakat. Jadi aku rasa kita tidak perlu mengkhawatirkan jumlah mereka."

"Tidak. Kita harus tetap memikirkan hal itu. Kita tidak tahu apa yang Patricia lakukan selama ini saat kita menahan Felix," ujar Eyden, membuat Selena mengangguk setuju karenanya.

"Bisa jadi selama ini Patricia melatih para bawahannya secara diam-diam," sambung Selena.

Reyna tertawa kecil karenanya. "Si peri jelek itu pastinya tidak akan serajin itu. Dia pasti sibuk mempercantik diri. Iya kan, Lea?" Saat Reyna menoleh ke arah samping dan tidak menemukan siapa-siapa, dari sejak itulah Reyna baru sadar bahwa sekarang Lea sudah tidak bersama mereka lagi. Karena biasanya, Lea lah yang selalu duduk di samping Reyna.

Melihat raut wajah sedih yang ditampakkan oleh Reyna, semua orang yang berada di sana juga ikut merasakan kesedihannya. "Andai Lea masih ada disini," cicit Reyna kemudian.

Leo menghela nafasnya seraya menepuk bahu Reyna dengan pelan. "Jangan memikirkan orang yang sudah tidak ada, Reyna. Lea sudah memilih jalannya sendiri," ujar Leo, membuat Reyna tersenyum kecut karenanya.

"Apa kamu juga tidak ingin mengikuti jejak saudaramu itu, Leo? Apa jangan-jangan sebenarnya kamu juga sudah mengikutinya dari sejak dulu? Kamu dan Lea kan saudara kembar."

"Reyna!" tegur Mrs. Pollent, mengingatkan Reyna.

Sementara Leo sendiri hanya tersenyum kecil. Sudah sewajarnya Reyna mencurigainya seperti ini. Tetapi sungguh, Leo tidak memiliki sedikitpun niat untuk bergabung dengan Black fairy. Dia juga sebenarnya tidak menyangka bahwa saudara kembarnya--Lea, akan bergabung dengan Black fairy dengan cara seperti ini. Tetapi itulah kenyataannya.

"Sudahlah, langsung ke intinya saja. Apa rencananya?" tanya James yang sejak tadi sudah terlihat tidak sabar. Jika saja Eyden tidak berkata bahwa semua rencana ini adalah untuk keselamatan Clara, James pasti tidak akan menghadiri acara diskusi jni dan lebih memilih untuk pergi menyelamatkan Clara sendirian.

Eyden kemudian mengeluarkan sebuah peta manual buatannya yang berisi denah-denah ruangan gedung yang ditempati oleh black fairy. Ia sendiri mendapatkan peta ini dari hasil pengamatannya selama bertahun-tahun untuk memastikan keakuratannya.

Tangannya sekarang menunjuk ke satu titik. "Ini adalah pintu utama gedung yang ditempati Black fairy. Kita tidak mungkin lewat jalan ini karena banyak peri hitam yang menjaga di posisi ini. Maka dari itu aku memutuskan-" Jari telunjuknya Eyden bergerak ke satu titik lainnya dan kembali melanjutkan ucapannya. "-Untuk lewat jalan ini. Ini adalah jendela ruangan yang sangat jarang ditempati oleh Black fairy manapun, karena setahuku ini adalah ruangan gudang. Maka kita bisa lewat jalan ini dengan aman," lanjutnya kemudian.

"Lalu dimana mereka menyembunyikan Clara?" tanya James, membuat Eyden kembali menarik jari telunjuknya untuk mengarah ke salah satu tanda silang berwarna merah.

"Ini. Disini ada pintu rahasia yang tersembunyi di balik bawah karpet. Aku yakin, Felix menyekap Clara di basement," jawab Eyden menjeda kalimatnya seraya menegakkan tubuhnya. "Dan untuk masalah penyerangan, aku menyerahkan masalah itu kepada kalian. Siapa yang akan melawan Felix atau Patricia, itu terserah sesuai keinginan kalian," lanjutnya.

"Aku akan mencegah para peri yang menahan jalan pangeran James," sahut Leo, berinisiatif sendiri.

James mengangguk kecil. "Sepertinya nanti juga aku membutuhkan bantuan dari orang lain untuk berjaga-jaga."

"Jika begitu, aku dan Selena akan menyerang dengan Patricia, bagaimana?" Tawaran dari Reyna langsung disambut dengan anggukan dari Selena. "Aku terserah kamu saja," jawab Selena kepada Reyna.

Eyden berdehem. "Baiklah. Berarti aku yang akan menangani Felix-"

"Tidak, Eyden. Kamu akan bertugas untuk memastikan rencana ini lancar. Untuk urusan Felix, itu aku yang akan mengurusnya," sela Mrs. Pollent, memotong ucapan Eyden.

Tetapi nampaknya Eyden tidak setuju. Karena ia tahu sendiri bahwa sihir yang dimiliki Felix sangatlah kuat. Ia takut nantinya Mrs. Pollent akan terluka jika ia berhadapan dengan lelaki itu.

Sementara Mrs. Pollent yang melihat raut wajah tidak setuju dari yang lain, hanya bisa tersenyum tipis. "Kalian tidak perlu khawatir. Dia adalah suamiku. Dia tidak mungkin menyakitiku," ujarnya membuat semua orang sukses terdiam.

____________________________________

I Am a Hero [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang