"Sebagai ucapan terima kasih, gue anter lo pulang!?"
Dira berpikir sejenak. Sayang sekali jika ia menolaknya. Bukan apa-apa, tapi hari ini ia sudah lelah dan ingin cepat pulang.
Lagipula jarak rumahnya dari sini lumayan jauh juga. Tadi juga ia terpaksa jalan kaki demi mengantar orang itu.
"Yaudah deh!", jawab Dira yang terlihat masih ketus. Walau sebenarnya ia juga ingin diantar pulang.
Laki-laki itu tersenyum akhirnya Dira mau menyetujuinya.
"Tunggu", setelah itu ia langsung masuk ke dalam rumah mewah yang dicarinya itu.
Dira menatap punggung orang itu mulai menjauh. Rasanya ada yang aneh. Ada hubungan apa anak itu dengan Om Hendra? Entahlah. Apapun itu semoga ini adalah pertemuan pertama dan terakhirnya ia dengan laki-laki itu.
Beberapa menit kemudian, sebuah mobil keluar dari gerbang rumah itu. Dira berusaha melihat sang pengemudi itu. Agak tidak jelas karena terhalang kaca.
Tapi ia semakin curiga, jangan-jangan anak itu adalah kerabat Om Hendra? Ia tak mau jika harus bertemu dengannya lagi.
Tapi sayangnya mobil itu sama sekali tak berhenti di depannya. Mobil itu terus melaju hingga tak terlihat lagi dari hadapan Dira. Dira hanya menatap kepergian mobil itu dengan heran sekaligus bingung.
Tiba-tiba suara motor mengusik kebingungannya. Motor itu kemudian berhenti di depan Dira. Ia beralih menatap orang yang mengendarai motor itu.
Semua telah terjelaskan setelah pengendara itu membuka kaca helmnya.
Hampir saja Dira salah paham. Ia mengira orang itu kabur dengan mobil Om Hendra dan meninggalkannya disini. Tapi ternyata dia naik motor, bukan mobil. Dira tersenyum kecut,
gue kira anak orang kaya!? Ternyata motornya butut!
Laki-laki itu turun dari motor dan berjalan ke arah Dira. Ia mengulurkan sebuah helm berwarna pink padanya.
Kenapa harus pink?! Pink adalah warna yang tidak disukainya!
Dira hanya menerima helm itu dengan pasrah. Ia kemudian mengekor laki-laki itu berjalan ke arah motornya.
"Pegangan, mau ngebut!", suruh orang itu setelah mereka menaiki motor.
"Enak aja! Nggak usah ngebut! Nggak usah modus!", tangkis Dira dengan cepat.
Laki-laki itu tak menjawabnya lagi. Ia tahu cewek ini orang yang berbahaya. Ia harus selalu hati-hati atau nasibnya akan sama dengan cowok yang telah dia guyur siang tadi.
Orang itu menancapkan gas dengan kuat. Tak lama motor langsung melaju dengan kecepatan diatas rata-rata.
Ini anak nyari mati ya?! Nggak sayang ama motor!
Pasti ini salah satu modus yang digunakan laki-laki itu! Tidak! Dira tidak akan lengah! Bagaimanapun ia tak mau berpegangan pada orang asing ini! Walau ia terpaksa harus berusaha menggegam jok belakang dengan kuat agar tak jatuh.
"SETAN! NGGAK USAH NGEBUT WOY!!", teriak Dira agar suaranya bisa terdengar. Sekaligus ia melampiaskan emosi.
Motor berhenti dengan tiba-tiba karena orang itu mengerem mendadak. Membuat Dira terpental ke depan menabrak punggung orang itu.
"Yang bener lu woy!!", Dira memukul helm laki-laki itu dengan keras. Rasanya ia semakin kesal saja. Jika terus berlama-lama dengannya rasanya ia bisa stress.
"Maaf, lampu merah", jawab laki-laki itu enteng.
"Rumah lo dimana?", orang itu berusaha menoleh ke belakang meskipun tak sampai.
KAMU SEDANG MEMBACA
RaVan
Teen FictionKetika cowok playboy jatuh cinta dengan orang yang sudah ditakdirkan bersama..