"Jangan pergi. Tetaplah bersamaku"
Dira tercengang mendengar ucapan Rafan. Kenapa dari tadi Rafan terus bersikap manis? Sebenarnya dia kerasukan setan apa sih? Dan entah kenapa Dira mau saja menuruti kemauan Rafan. Ia kembali duduk di samping Rafan.
"Langitnya bagus ya?". Dira mengangguk menyetujui ucapan Rafan.
Baiklah, begini saja dulu. Rasanya nyaman berada di sini. Entah karena sofanya atau apa. Tapi Dira rasanya tidak mau beranjak dari kursi ini.
Dira kembali menikmati udara malam yang segar. Rasanya begitu tenang sekali, sampai membuat Dira merasa ngantuk. Tak sadar Dira mulai tertidur. Kepalanya tak sengaja menyender pada bahu Rafan.
Rafan beralih menatap Dira dan mendapatinya sudah terlelap. Rafan hanya tersenyum melihat Dira yang tengah tertidur disampingnya. Melihat Dira seperti ini rasanya begitu menenangkan. Dira terlihat lebih cantik jika sedang tertidur.
"Tetaplah seperti ini, bersamaku"
*****
Dira membuka matanya dan terbangun. Ia mengedarkan pandangannya menatap ke arah jendela. Ternyata langit sudah terang.
Ia kemudian beralih melihat jam dinding. Sudah pukul 6.30, ternyata sudah siang. Ah, gara-gara semalam Dira tidur terlalu malam, sekarang jadi bangun siang kan.
Eh, tunggu! Semalam Dira ketiduran di atas, bersama Rafan! Kenapa tiba-tiba ia sudah ada di kamarnya?? Gawat! Ini gawatt!! Awas aja kalau anak itu berani macam-macam padanya!
Dira langsung mencari ponselnya. Ia harus menanyakannya pada Rafan. Langsung saja telpon. Berdering, tapi lama banget angkatnya. Dira semakin kesal saja! Ia kembali menelpon Rafan sekali lagi. Tapi, malah direject?!
Kurang ajar nih anak!
Tring..
Ponsel Dira berbunyi. Ternyata pesan dari Rafan.
[6.32] Varo Mata Kucing Rese : Lo udah bangun? Maaf yah, chat aja. Gue lagi sama calon ibu mertua nih ;D
Hah? Maksudnya apaan? Ah, bodo ah!
[6.32] Vanadira Ayushita : Heh! Kok gua udah ada di kamar sih?! Lu ngapain gua hah!! Ngaku nggak!!
[6.32] Varo Mata Kucing Rese : Eh, gue cuma pindahin lo kok. Gue nggak akan biarin lo kedinginan tidur diluar
Apa iya?. Dira mengecek dirinya sendiri. Bajunya masih utuh. Ia kemudian memandangi kamarnya. Masih sama, tidak ada yang mencurigakan. Bahkan tugas semalam masih terbengkalai di atas meja.
Tapi tidak menutup kemungkinan kan, kalau Rafan ternyata macam-macam dengannya. Apa Dira harus memasang cctv di kamarnya?
Sudahlah! Dira melempar ponselnya ke atas bantal. Kemudian ia beranjak menuju kamar mandi untuk segera mandi. Beberapa menit kemudian, Dira keluar dari kamar mandi. Sudah memakai baju olahraganya. Sehabis sarapan Dira akan joging seperti biasa.
Langkah Dira terhenti saat ia sedang menuruni tangga. Ia memandangi ruang makan dengan terkejut. Dira menatap orang yang tengah duduk sambil melambai kepadanya. Jadi, Rafan belum pulang juga?
Dira duduk disamping Kak Andi. Ia sama sekali mengabaikan Rafan yang terus tersenyum padanya.
Ia kemudian menatap mamanya. Hanya papa yang tidak ada disini. Tidak perlu tanya, Dira sudah tahu, pasti papa berangkat ke kantor. Libur atau tidak baginya sama saja. Papa selalu sibuk setiap hari.
*****
"Ra, ini taman tempat pertama kita ketemu kan?"
"Hm", Dira hanya bergumam malas.
Ya ampun, kenapa Rafan berisik sekali sih?! Apa dia tidak bisa jika tidak mengganggu Dira?! Dan kenapa juga Rafan harus ikut joging dengannya. Menyusahkan saja!
"Ra, lo setiap minggu kesini jalan kaki? Apa nggak capek? Kan jauh. Kenapa nggak ke gym aja?"
Sumpah! Rafan itu super pengganggu! Berisik amat elah!
"Lu bisa diem kagak sih?!", ketus Dira mulai kesal.
"Van?"
Eh siapa? Keduanya reflek menatap ke arah panggilan itu. Ternyata Diki! Kebetulan sekali bisa bertemu dengannya disini. Diki tersenyum pada Dira. Dira juga membalas senyuman Diki.
Tapi begitu menatap Rafan, Diki langsung berhenti tersenyum. Kedua laki-laki ini saling menatap dengan sinis. Bagai ada api yang membara dengan tiba-tiba.
"Kak Diki sendirian?", tanya Dira memecah permusuhan diantara keduanya.
"Iya nih", jawab Diki lagi-lagi memperlihatkan lesung pipitnya. Tapi detik berikutnya ia kembali menatap ke arah Rafan.
Dira memandangi keduanya saling bertatapan cukup lama. Mereka berdua nggak lagi jatuh cinta pada pandangan pertama kan?
"Oh iya, kenalin Kak, ini Varo. Temen sekelas aku", Dira menarik lengan Rafan, menyuruhnya untuk bersalaman.
"Rafan", ucap Rafan dingin. Terpaksa ia menerima jabat tangan yang terlebih dahulu diberikannya.
"Diki", balas Diki dengan tatapan datar.
Ini cowok yang waktu itu maksa-maksa Van kan? Ngapain dia bareng Van lagi?!
"Van, kamu udah selesai kan? Mau makan bareng?"
"Eh iya, boleh Kak!", Dira menyetujuinya dengan semangat.
Ya, percuma olahraga, ujung-ujungnya lapar terus makan.
*****
Dira terus memperhatikan kedua laki-laki yang saling berhadapan itu. Mereka tak henti-hentinya bertatapan. Apa Dira sudah menjadi nyamuk?? Masa iya mereka jatuh cinta pada pandangan pertama?!
Seketika makanannya jadi terasa tidak enak kan. Lama-lama Dira merasa risih juga. Apalagi ia cewek sendirian diantara mereka! Dira tidak mau kelihatan seperti cewek playgirl. Lalu bagaimana ini? Apa Dira kabur saja?!
"Kak, aku, aku ke toilet bentar ya", pamit Dira terus langsung pergi meninggalkan keduanya.
Rafan memandangi punggung Dira yang mulai menjauh. Matanya terus mengikuti ke mana arah Dira pergi.
Yang benar saja! Dira bukan berjalan ke arah toilet, tapi pintu keluar. Mau meninggalkan Rafan dengan cecunguk itu ya?!
Rafan kemudian bangkit berdiri. Ia menatap ke arah Diki dengan tajam.
"Gue mau cabut", pamit Rafan dengan nada ketus.
Kalau mau pergi ya pergi saja. Ngapain harus pamit ke Diki. Lagipula ada untungnya juga. Diki jadi bisa berdua dengan Dira, tanpa ada gangguan ikan pesut itu!
"Inget! Urusan kita belum selesai! Lo nggak mungkin bisa dapetin Dira! Sialan", peringat Rafan dengan lirih tapi cukup tajam.
Apa-apaan nih orang! Kenal juga kagak, main nyolot gitu?!!
"Eh, kalo ngomong yang sopan! Gue itu ketua osis, dan gue lebih tua dari lo!"
"Nggak usah pamer! Ini bukan di sekolah!". Rafan langsung pergi begitu saja meninggalkan Diki sendirian.
Diki memandangi kepergian Rafan dengan tatapan yang semakin memburu. Sebenarnya siapa sih cowok itu?! Pacar bukan, saudara bukan, trus kenapa dia selalu mengatur-ngatur Dira seenaknya?! Kasihan Dira kan, dikejar sama cowok gila kayak gitu!
Saingan macam apa dia itu?!
*****
KAMU SEDANG MEMBACA
RaVan
Teen FictionKetika cowok playboy jatuh cinta dengan orang yang sudah ditakdirkan bersama..