Tanpa menunggu persetujuan, Rafan langsung menarik temannya untuk duduk. Terjadi keheningan diantara mereka berempat. Hanya saling tatap menatap.
Sekarang Rafan ada di hadapan Dira. Ia tersenyum penuh pesona pada cewek didepannya ini. Tapi Dira hanya buang muka. Ia malah jijik melihat cowok seperti ini.
Sedangkan temannya, Lara nampak menatap sinis cowok cupu didepannya. Tapi orang yang ditatap bahkan tak berani menatap Lara. Cowok itu masih saja tersenyum gugup.
Mang Kos menaruh dua mangkuk bakso yang sebelumnya telah Rafan pesan. Mang Kos memandangi keempat anak muda yang masih saja diam hanya saling menatap.
"Mencekam!", cibir Mang Kos pelan lalu beranjak membiarkan keempat anak muda itu untuk bertengkar.
Keempatnya langsung beralih menatap Mang Kos yang sudah pergi.
Sa ae lu mang!
"Aduduh, perutku mules nih! Dira ayo temenin gue ke toilet!", keluh Rafan panik sambil memegangi perutnya.
Mata Dira terbuka sempurna. "Lo gila ya?! lo kan bisa pergi sendiri, elah!!".
Dira melipat tangannya di depan dada. Heran dengan cowok gila satu ini. Lagipula Dira itu cewek. Kenapa ia harus mengantar cowok ke toilet?!
"Gue nggak tahu toiletnya yang mana! Gue kan murid baru! Gue belum pernah ke toilet!", jelas Rafan secepat kilat.
"Udah sekarang ayo!!". Rafan menarik lengan Dira dengan kuat begitu saja. Tidak peduli jika Dira kesakitan.
"Van..", lirih Lara seolah tak mengikhlaskan kepergian Dira.
Kenapa mereka meninggalkannya disini, bersama cowok cupu itu?.
*****
Dira menangkis tangan Rafan dengan kasar, agar dia bisa melepas genggamannya. Raut wajahnya begitu kesal.
Ya, memang setiap hari Dira terlihat kesal, tapi kali ini kekesalannya terhadap pemuda gila itu terlihat jelas.
"Tuh toilet! Cepetan atau gua tinggal?!", ketusnya menunjuk ke arah pintu yang ada di depan mereka.
Sebenarnya, Dira memang sudah berniat untuk meninggalkan Rafan saat dia sudah masuk.
"Udah nggak kebelet tuh", ucap Rafan dengan enteng.
"Apa?! Dasar cowok aneh!! Ngeselin banget jadi orang?! Gua udah ngorbanin reputasi gua demi mengantar cowok ke toilet! Dan sekarang, lu malah nggak jadi?!", cerocos Dira tanpa henti.
Kali ini wajahnya terlihat semakin kesal. Bagaimana tidak? Bahkan saat dijalan tadi orang-orang memandangi Dira yang ditarik oleh Rafan yang terus menyebut nama toilet. Pasti mereka semua sedang menggosipinya.
"Aduh! Gua jadi ninggalin Lara sama temen lo itu", Dira berubah menjadi khawatir kepada temannya.
"Nah, justru itu!", Rafan memetikan jarinya. Setuju dengan dugaan Dira.
"Gue sengaja ngajak lo pergi, supaya mereka bisa berdua"
"Hah?", Dira agak bingung dengan maksud Rafan. Ini seperti kenyataan yang sulit untuk diterima.
"Jadi gini.."
*****
(Flashback)
"H, haii", panggil seorang pemuda pada Rafan.
Rafan menatap ke arah pemuda itu. Ia memandanginya dengan seksama, lebih tepatnya penampilannya.
Tapi berikutnya ia langsung tersenyum lebar untuk menunjukan keramahannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
RaVan
Teen FictionKetika cowok playboy jatuh cinta dengan orang yang sudah ditakdirkan bersama..