Setelah berpamitan, Dira langsung turun dari mobil papanya. Sekolah masih nampak sunyi. Tiada suara lagi selain burung yang berkicau.
Tapi Dira sama sekali tak memperhatikan sekelilingnya. Ia berlari seperti dikejar setan.
Terlambat! Terlambat!!
Ya, sekolah terasa sepi bukan karena siswanya belum berangkat. Tapi karna semua sudah masuk kelas. Bel sudah berbunyi beberapa menit yang lalu.
Untung saja tadi gerbang belum ditutup! Dan untung saja Pak Satpam sedang pergi. Dira bisa menerobos masuk dengan mudah.
Langkah lari Dira terhenti di depan pintu kelasnya. Ia bisa merasakan detak jantungnya yang masih berdegup cepat karna berlari tadi. Dengan napas yang masih ngos-ngosan, Dira membuka pintu dengan hati-hati.
Pintu terbuka lebar olehnya. Dan ketika itu semua orang di sana langsung kompak menatapnya. Dira cukup menatap mereka dengan sinis dan tajam, seketika itu mereka langsung tertunduk berhenti menatapnya.
Mereka tak punya keberanian yang besar terhadapnya. Hampir semua anak di sekolah itu takut padanya. Termasuk juga anak laki-laki, tidak ada yang berani mendekatinya.
Dira berjalan menghampiri guru yang sudah berdiri di depan. Dira masih merasakan detak jantungnya yang belum normal.
"Ma, maaf terlambat Bu!", ucap Dira sedikit gugup.
Mati! Mati! Bakal kena omel lagi nih gua!
"Yaudah gapapa, Ibu juga baru masuk"
Syukurlah! Bu Fira memang yang terbaik!
Dira bisa bernapas lega sekarang. Untung saja jam pertama pelajaran fisika. Dan untung saja Bu Fira juga sama-sama telat. Dan lebih untung lagi guru fisika sekaligus wali kelasnya ini adalah guru yang baik dan paling pengertian, menurutnya.
Dira berjalan menuju bangkunya. Kali ini ia bisa merasakan detak jantungnya yang mulai normal kembali.
Dira menyipitkan matanya demi mempertajam penglihatannya. Ia menatap bangkunya sendiri. Ya, memang bangkunya kosong tidak ada yang duduk disana. Tapi bangku dibelakangnya itu membuat Dira tercengang.
Bangku yang biasa kosong, kini telah diisi oleh sebuah sosok yang sepertinya tak asing lagi.
Siapa orang itu? Kayaknya pernah liat deh! Tapi dimana ya?? Ah, bodoamat ah!
Dira kembali berjalan ke arah tempat duduknya. Ia mengacuhkan laki-laki yang tengah tersenyum padanya di belakang bangkunya itu. Ia berusaha untuk bernapas dengan tenang untuk menghilangkan rasa lelahnya akibat berlari tadi.
"Hai..", suara bisikan terdengar dari telinga kiri Dira.
Horor! Sebenarnya sosok apa yang ada dibelakangnya? Apakah dia penunggu kelas baru?
"Vanadira Ayushita". Sosok ini bahkan tahu nama Dira.
Pasti dia bukan setan sembarangan! Sepertinya dia adalah jin yang paling sakti diantara yang sakti.
Dira memutar badannya 90 derajat dan memutar kepalanya 180 derajat menghadap sosok itu. Dira menautkan kedua alisnya, mencoba memperhatikannya dengan seksama.
Jika dilihat-lihat sepertinya dia bukanlah jin. Dia manusia! Tapi siapa anak ini? Siapa orang asing yang terlihat tak asing ini? Apa dia murid baru?.
"Lupa sama gue ya?", sosok itu bertanya pada Dira seolah ia bisa membaca pikirannya.
Dira terdiam mencoba untuk berpikir. Ia mengingat-ingat kembali tentang orang itu. Apa benar ia pernah bertemu dengannya? Tapi kapan dan dimana ia pernah bertemu?
"Ehem, ehm, perhatikan depan!", sindir Bu Fira yang sedari tadi memperhatikan dua anak dipojok itu sedang berdiskusi sendiri.
Secara reflek Dira langsung berbalik ke depan. Ia tak mau reputasinya sebagai siswi teladan harus tercoreng karna orang itu.
Bu Fira menatap kearahnya kembali. Tatapannya semakin tajam membuat Dira ketakutan.
"Kamu!", Bu Fira menunjuk jarinya ke arah Belakang. Dira sedikit shok kenapa tiba-tiba guru yang baik hati itu menjadi menyeramkan seperti ini.
"Bu guru lupa, kamu belum kenalan kan? Jadi sekarang kamu maju ke depan untuk perkenalan ya", perintah Bu Fira pada anak baru itu.
Tatapan tajamnya telah berubah menjadi senyum kembali. Dira lega, ya mana mungkin guru favoritnya berubah menjadi galak.
Anak itu segera maju ke depan. Tidak ada angin, tidak ada hujan, entah mengapa ia menjadi pusat perhatian seisi kelas. Terutama para siswi yang memandangnya dengan cinta. Bagai ada kilauan cahaya ketika memandang laki-laki itu.
Apa dia setampan itu? Menurut gua sih, biasa aja!
"Kenalin, nama saya Rafanza Alvaro, panggil aja Rafan. Saya pindahan dari SMA Nusantara. Salam kenal, semuanya", tutur anak itu sambil menyebarkan senyum ketampanannya.
Tunggu! Rafan? Haah? Dia cowok yang kemarin?! Kenapa dia sekolah disini?! Ya Allah, mengapa engkau pertemukan aku dengannya lagi??!
Dira jijik sendiri melihat cowok yang tebar pesona seperti dia. Apalagi tatapan siswa perempuan kelasnya semakin lekat.
Dira menatap ke bangku sebelah, dan mendapati Jean yang menatap Rafan sambil melongo. Dira hanya bergidik ngeri melihat kelakuan teman-teman kelasnya.
Gak ada yang beres!
Sedangkan orang itu sedang merasa bangga kepada dirinya sendiri. Ia berhasil membuat semua orang terpesona.
Ia kemudian menatap Dira, satu-satunya gadis yang tak berpengaruh. Laki-laki itu tersenyum licik padanya sambil menaikan sebelah alisnya. Dira langsung buang muka, tidak peduli dengan orang gila itu.
Rafan kembali duduk ke bangkunya, tepatnya di belakang Dira. Sepanjang ia berjalan, ia sama sekali tak berhenti menatap Dira dengan senyumannya.
"Jadi, udah tahu gue kan?", Rafan mencondongkan badannya ke depan, berusaha untuk berbisik di telinga Dira.
Mimpi apa gua semalem?! Kenapa dia tiba-tiba sekolah disini? Kenapa dia satu kelas sama gua? Dan ternyata kelakuannya lebih parah dari yang gua kira?! Kenapa?! Kenapa?!
Rasanya Dira semakin frustasi. Hidupnya tidak pernah tenang. Apalagi jika Dira harus bertemu dengan Rafan setiap hari. Entah apa yang akan terjadi pada otak Dira.
*****
KAMU SEDANG MEMBACA
RaVan
Teen FictionKetika cowok playboy jatuh cinta dengan orang yang sudah ditakdirkan bersama..