10. Kencan atau Jalan-jalan?

37 1 0
                                    

"Var!", Dira menunjuk jarinya ke arah game center yang mereka lewati.

Bukan karena ia menikmati jalan-jalan ini, tapi ia pikir, daripada harus kencan makan siang romantis yang alay itu, mending main game aja.

Setidaknya ia juga bisa menikmati jalan-jalan tanpa sadar bersama Rafan.

"Ayo!", Rafan langsung menarik tangan Dira. Menuntunnya untuk segera masuk.

Mereka menuju ke meja kasir untuk membeli koin. Ternyata antreannya cukup panjang juga. Mau tidak mau mereka harus ikut mengantri.

"Mba koinnya 50", pesan Rafan setelah akhirnya mereka mendapat giliran.

Busett! Banyak amat!!

Tidak apa! Mereka akan memainkan semua game itu. Dan, lumayan juga Dira bisa bermain gratis. Sudah lama ia tak bermain di game center. Terakhir kali ia main mungkin satu tahun lalu bersama Kak Andi.

*****

Dira berusaha untuk dapat meraih boneka itu. Tapi tetap saja gagal. Padahal ini sudah kesembilan kalinya. Baiklah, coba sekali lagi! Dira memasukan koin ke dalam lubang. Ia mulai menjalankan tombol pengendali dengan lebih hati-hati. Seperti menanti undian saja.

Pengait mulai turun untuk mengambil boneka yang diinginkannya. Rasanya Dira semakin berdebar-debar. Dan, ya! Akhirnya berhasil mengenai boneka itu..

Pengait mulai naik kembali membawa boneka itu. Tapi sayangnya, boneka itu jatuh lagii!

Arrggghhh! Kenapa gagal teruss?!! Kesel! Kesel!!

Hm, baiklah, Dira sudah mulai frustasi. Ia mulai kesal. Tapi cobalah untuk tenang, jangan sampai ia menghancurkan mesin boneka itu.

Rafan hanya memandangi Dira sambil geleng kepala. Cewek ini terlalu emosian!

"Biar gue aja", Rafan menawarkan diri.

Ia mengambil alih tempat Dira. Rafan memasukan koinnya. Lalu ia mulai menggerakan tombol pengendali.

"Mau boneka yang mana?"

"Eh? Yang anak ayam!", Dira menunjuk pada boneka yang daritadi ia incar, sayangnya tak berhasil.

Rafan mulai menggerakan tombol kembali. Berusaha mentepatkannya agar sampai pada boneka itu. Ia lalu memencet tombol dan pengait pun mulai turun.

Dira menatap pengait itu dengan serius, jantungnya mulai berdebar kembali. Sementara Rafan, daritadi ia terlihat sangat tenang. Seolah ini hal yang mudah.

Pengait itu berhasil mengenai boneka anak ayam itu. Pengait itu mulai naik kembali dan mulai bergeser.

Boneka itu berhasil didapatkannya!

Apa? Semudah itu??!

Dira menatap tak percaya. Bagaimana mungkin? Dira sudah mencobanya sepuluh kali dan selalu gagal. Tapi Rafan? Sekali coba langsung berhasil? Super hokki kah?

Rafan mengambil boneka anak ayam itu.

"Nih", ia menyerahkan boneka itu kepada Dira. Boneka yang sedari tadi diincarnya tapi selalu gagal.

Dira menerima boneka itu dengan masih menatap tak percaya. Harus ia akui, orang ini benar-benar hebat!

"Hehe, gue keren kan?", ucap Rafan dengan sombongnya. Sambil bergaya sok ganteng.

Heh! Dira tarik ucapannya tadi! Cowok itu tidak jadi hebat! Dia sangat menyebalkan! Selalu membuat Dira kesal.

*****

Mereka sudah memainkan semua permainan disana. Mulai dari dance, balapan, boneka, karaoke, basket, dan permainan lainnya. Bahkan kini ia sudah mendapat banyak boneka. Mulai dari boneka anak ayam, anak itik, anak singa, sampai anak kecoa.

RaVanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang