Fourteen🌼 Penyesalan.

20 6 3
                                    

"Loh Rheina nya mana, saya mau bicara dengannya."

"Jadi gini, saya menghubungi om karena mau kasih kabar kalau Rheina kecelakaan om."

"Kecelakaan? Lalu bagaimana keadaannya? Dibawa ke rumah sakit mana?"

"Iya om, tapi om tenang aja Rheina baik baik aja kok sekarang udah ditangani dokter di rumah sakit kasih bunda."

"Makasih ya nak Rey udah kasih kabar. Saya segera ke sana."

"Iya om sama-sama"

Dalam mobil, rasa Khawatir dan rasa bersalah semua tercampur aduk dalam benak Niko saat ini. Pikirannya berkecamuk tak menentu, membayangkan kejadian 6 bulan lalu. Kejadian dimana takdir telah merenggut nyawa istrinya.

Bagaimana jika kejadian itu terulang kembali? Bagaimana jika kesedihan kembali datang di kehidupanku? Ya Allah tolong lindungi Rheina anakku. Aku tak ingin kehilangan anakku.

Semua ini salahku, kalau ada yang harus disalahkan, aku yang pantas disalahkan. Andai aku tak terburi-buru mengenalkan Reta, andai aku tak memaksa Rheina untuk menerima Reta. Andai aku bisa lebih bersabar menunggu waktu untuk Rheina bisa menerima Reta. Aaah! Semua salahku, semua ini salahku.

Aku ini papa yang bodoh, tak bisa berpikir panjang. Pantaskah aku ini disebut papa?

Niko berucap dalam hati mengeluarkan semua rasa sesalnya. Tangannya tak berhenti untuk memukul-mukul kepalanya. Emosinya memuncak, matanya berubah merah tetesan demi tetesan air mata keluar begitu saja melewati pipinya.

Rasa bersalah, kesal, serta kekhawatiran terhadap Rheina semua bergelayutan dalam benaknya. Semua pikiran terfokus pada rasa kesalnya akibatnya, mobil yang ia kendarai berjalan tak beraturan.

Kini, ramai warga berdatangan melihat sebuah mobil menabrak pembatas jalan. Mobil itu terperosok ke dalam jurang. Polisi beserta warga sekitar terjun langsung menuju jurang guna menyelamatkan pengemudi.

Tak lama kemudian korban berhasil di keluarkan dari mobil dan segera dibawa menuju rumah sakit terdekat.

"Bagaimana keadaan papa saya dok?" tanya Rizki pada dokter yang menangani Niko. Ya, orang yang menabrak pembatas jalan itu adalah Niko.

"Kondisinya belum stabil, masih butuh perawatan lebih lanjut."

"Boleh saya menemui papa saya?"

"Boleh, tapi sebentar saja ya."

"Baik dok, terimakasih."

Dalam ruang yang penuh selang dan alat medis, Rizki menjumpai papanya terbaring di atas kasur dengan mata terpenjam.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Dec 27, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

True LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang