Saat kelopak matanya kian terkatup rapat. Bersama tangisan pedih menyapanya. Tangan terapat rapi, tak ada celah sekali pun. Ketika, sang hati tak kuat lagi berpacu. Bibir pucat dengan bulu mata perlahan luruh. Hanya kain tipis menutupi seluruh tubuh, tanpa celah.
Saat detik ini, tak ada lagi harapan berlabuh. Ketika sang bulan yang meminta pendarnya, kian redup. Senyuman tipis dengan tatapan nanar, luntur seketika. Seiring irama melodi yang selalu aku nikmati, sian pudar.
Tertidur pulas.
Perpisahan begitu mengkhianati. Jika sang takdir, tak lagi berpihak. Apa yang kalian harapkan? Hanya bisa merutuki dirinya. Ketika, seceruk perasaan yang ada terganti dengan perasaan tak sanggup menahannya. Pemudi berdiam pedih, merutuki diri.
Aku berkendati pada hana, berharap tak lebih. Gema gundah dibumbui keraguan, lalu takut merangkulnya. Takut salah kedua kalinya; namunara saatnya luntur. Anak dara menatap salvia biru yang terbalut. Saat mentari yang selalu kucari selama ini, memang ada tetapi aku tak menemukannya.
"Tetaplah jadi bintang sekaligus mentari."
-Park Chaeyoung-
°
°
°
°
°Seorang gadis melangkahkan kakinya di lorong kampusnya. Dia menatap kedua insan yang ada di hadapannya sedang bermesraan. Seulas senyuman yang tak seharusnya ia ukir, begitu kedua insan berciuman di depannya. Hal yang biasa saat dirinya menyambut pagi hari. Hati kecilnya merasakan adanya retakan, ketika menatap kedua insan tersebut. Tak seharusnya dirinya memandang setia mereka yang di sana. Sama saja membuat dirinya, semakin terluka. Terasa pedih, ia menahan pertahanannya.
"Chaeyoung,"
"...."
"Apa kabar?" tanyanya. Seorang pria yang sedari bermesraan dengan kekasihnya. Kini, ia menghampiri seorang gadis yang memandang sayu. Tangan pria itu mengelus kasar rambut gadis di depannya.
"I'm fine, Jung," elaknya.
Jungkook mengerutkan pelipisnya. "Benarkah? Bukannya kalau dirimu sedang menatap aku dengan Yejin, kau langsung menghampirinya," tukasnya.
"Oh, kau mau membuatku sebagai perusak moment seseorang. Menatap kedua insan yang sedang bermesraan. Aku bukan begitu." Gadis itu melangkahkan kakinya, sebelum dirinya mendengar jawaban dari pria itu.
Detik kemudian, pemudi tersebut mengurungkan niatnya untuk meninggalkan pria itu, setelah dia mendengar jawaban dari pria itu. "Park Chaeyoung, ikutlah denganku untuk menghadiri pesta ulang tahun kekasihku. Kau mau ikut, kan?"
Apakah itu sebuah tawaran. Mungkin, sejenis itu melainkan sebuah perintah. Di balik wajah yang ia tutupi dengan rambut surai panjangnya, ia menampilkan semburat senyuman lebar. Tapi dirinya telah sadar, bahwa dia tak akan bisa meraih angan-angan yang mendominasinya. Dirinya tahu, bahwa takdir yang ia rancang bersama ekspetasinya. Tak akan pernah terjadi. Ia tak bisa berharap lagi pada suatu saat nantinya. Takdir seseorang telah digaris besarkan oleh tuhan. Kita hanya bisa berharap, bahwa takdir berpihak padanya. Manusia hanya bisa berharap untuk sesuai dengan takdirnya. Berharap memang tak salah, yang salah jika harapan kita membuat diri kita menjadi bodoh.
Apa kita bisa mengubah takdir kita yang telah digaris besarkan oleh tuhan?
Park Chaeyoung memulai harapannya dengan sebuah pena tak berdebu. Memulai harapan, yang tak seharusnya ia memulainya. Dirinya, mengetahui bahwa suatu saat sebuah harapan yang ia rancang.
Suatu saat akan memudar.
°°°°°
Song List :
1 . Hope Not by. BLACKPINK
2. Do Know What To Do by. BLACKPINK
3. House Of Cards by. BTS [ Title ]
4. Stay With Me by. Punch, Chanyeol (EXO)
5. Bad Bye by. MAMAMOO
°°°°°
Sebenarnya ini story, bakalan aku update sekitaran bulan juni atau habis Stuck In The Charm rampung. Tapi, gak tau kenapa tangen gatel kayaknya, abis kegigit semut deh.. Gatel pengen langsung aku update. Tapi, masalahnya. Aku bakal tahanin dulu (On Hold), dan bakal aku update setelah story yang satunya selesai.
So, guys don't forget to coment and vote!
KAMU SEDANG MEMBACA
Hope Not [✓]
Fanfiction[C O M P L E T E D] #Rank 3 on hopenot (13-09-2020) [Bahasa] "Tak ada lagi harapan, jika takdir tak berpihak." ________ Tak ada kata lagi, yang harus kuucapkan. Tak ada senyuman lagi, yang selalu kuukir setiap hari. Tak ada lagi harapan, untukku pa...