Hope - 9

271 31 0
                                    

"Sejahatnya seseorang pasti akan mengalami kesedihan."

¤
¤
¤
¤
¤
¤

Perempuan yang duduk di kursi taman sedang gugup, karena hujan mengguyur tubuhnya. Ini adalah untuk pertama kalinya perempuan itu menyapa alam bebas lagi. Netranya memikat menatap rintikan hujan jatuh tepat di celana panjangnya. Yejin menutup matanya untuk merasakan sejuknya sang udara. Hatinya tak karuan. Alisnya ia pautkan saat ia merasakan kegelisahan dalam lubuk hatinya. Sedangkan, hujan tetap menemaninya dalam kesenduhan.

"Ya tuhan, maafkan segala dosa yang telah ku perbuat," gumamnya.

Ada seorang wanita yang menatap perempuan itu dari kejauhan. Dia menatap teduh dan mengernyitkan dahinya. Seorang wanita bersama payungnya berjalan menghampiri perempuan yang duduk sendirian terguyur air yang berbahaya. Saat, wanita itu mulai mendekatinya. Semuanya telah pudar. Perempuan itu mulai hilang dan hanya siluet yang bisa ditangkap. Bibir itu kelu tapi, sangat ingin bergumam.

Dari beberapa meter yang perempuan itu tapaki dengan kaki lemahnya. Yejin berjalan seiring trotoar bersambung membentuk langkahnya. Bibir merah mulai pucat. Pakaiannya sudah basah sedari tadi. Seorang pria yang membuntutinya dari belakang sekitar lima menit yang lalu. Yejin menghentikan langkahnya. Dalam dirinya merasakan keanehan. Wajah bak keturunan asing itu menoleh ke belakang. Netranya tak berdusta untuk mengeluarkan bulir hangat. Yejin menggetarkan bibir meronanya hebat.

"Aaah! Jaebin tolong jangan ganggu kehidupan aku, please!!"

Pria itu hanya terdiam mendengarkan rancauan dari gadis yang berjarak beberapa sentimeter. Yejin menutup telinganya yang diselubungi rambut panjangnya. Namun, dirinya mengatupkan kedua mata indahnya. Rasa ketakutannya memengaruhinya. Ketika, suara sepatu hitam yang berasal dari pria itu mendekat—ia semakin memundurkan langkahnya. Yejin berjongkok seketika. Ia menenggelamkan semua harta fisik berupa wajah cantiknya pada lutut yang menyatu.

"Aku hanya ingin satu kata yang tidak pernah seorang pembunuh katakan. Itu saja. Lalu, aku akan pergi setelah mendengarkannya," katanya pria bernama Jaebin itu.

Pukk..

Brakk..

Lelaki itu tersontak jatuh, karena terkena benturan keras secara tiba-tiba. Yejin memandang seorang pria yang ia kenal. Ia tersimpul senyuman di bibirnya. Jungkook menariknya kabur dari tempat penuh keremangan. Mereka berlari sekencang mungkin. Tetapi, perasaannya masih takut. Di belakangnya masih ada yang mengejarnya. Sekelompok yang berasal dari lelaki yang Jungkook pukul dengan kayu, ternyata membalasnya. Yejin memegang erat tangan lelaki di dekatnya. Semakin jauh, mereka semakin memperpendek langkahnya. Kekuatannya terkuras habis.

"Jungkook! Aku tak kuat lagi," tatih Yejin berbicara semasa dia berjalan.

Pria itu menghela napasnya dan menarik perempuan itu ke samping jauh dari tempat ia berjalan. Mereka tampak bersembunyi di balik tembok menjulang tinggi. Hujan kian mereda. Kota Seoul kembali ke rutinitasnya. Dan, kian Jungkook bersama Yejin ketakutan. Bibirnya menggetarkan hebat. Tangan Yejin mendingin cukup gugup. Ketika, saatnya takdir tak berpihak—keduanya berpasrah. Sekelompok tadi mengelilingi mereka; dia telah mengetahui kedua insan yang bersembunyi itu.

"Mau kemana lagi, kalian?"

"Tak akan ku biarkan, kalian kabur dari sini."

"Sudah siap dengan pembalasan."

Kata-kata itu mengiang di kepala Yejin. Yejin melepaskan genggaman tangannya dan menarik tangannya menyentuh ke ubun-ubun kepalanya. Kepalanya sakit berat. Dia menjauh dari Jungkook. Sementara, Jungkook harus pasrah melawan sekelompok itu sendirian. Pertempuran berlangsung selama satu jam. Cukup lama baginya, tapi hasilnya nihil. Jungkook terkena pukulan dari kayu jati yang mengenai kepalanya. Pria itu jatuh pingsan dan belakang kepalanya mengucur deras darah segarnya.

Hope Not [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang