Hope - 13

449 24 0
                                    

Tak ada kata lagi, yang harus kuucapkan.
Tak ada senyuman lagi, yang selalu kuukir setiap hari.
Tak ada lagi harapan, untukku padanya.
Semakin berdebu, sang hati telah rapuh.
Hanya daku berdiam pedih.
Memandang sorotan cahaya, yang kian memudar.
Angan-angan yang berlalu,
Tolonglah, datang kembali.

—Park Chaeyoung—

¤
¤
¤
¤
¤
¤

Kita kembali lagi pada aroma kimia yang begitu menusuk indera penciuman. Setiap penghujung koridor mendominasi putih mengandung makna dalam kamar diselubungi kain berwarna hijau muda. Pemandangan menegangkan mengundang air dalam kornea mata pecah. Segelimir manusia di sana mengharapkan yang terbaik untuk keluarganya. Sementara, tabung oksigen dan alat monitor bersama sang ahli kesehatan sedang menolong nyawa seorang gadis. Ruang instalasi gawat darurat dipenuhi bahan serta alat kedokteran.

Sang Dokter anehnya keluar dari ruangan nomer satu. Ia memberikan sebuah secarik surat pada kedua orang tua yang menunggu gadis itu. Wanita tua itu membukanya perlahan. Netranya masih layak untuk membaca perkata yang ditulis. Dan tangisnya runtuh mengalirkan sebulir hangatnya airmata. "INI APA, DOK?!!" rancaunya keras memukul pintu ruangan dan ditahan oleh suaminya.

Eomma, Appa, Yejin sayang padamu. Kapan kita akan bersama lagi setelah pekerjaan kalian usai?
Mungkin, itu hanya suara delusi dalam hati. Tapi, Yejin ingin pergi berlibur bersama keluarga dan juga Jungkook.
Eomma, Appa, terima kasih sudah membesarkan anakmu ini. Yejin sekarang pasrah kalau tuhan harus menempatkanku di neraka yang panas. Tapi, sebelumnya Eomma, Appa harus berubah. Jangan tinggalkan ibadah. Doakan anakmu agar tenang di alamnya.
Yejin titip salam dengan Jungkook, Chaeyoung, dan Jennie. Bilang pada mereka aku akan tersenyum melihatnya bahagia.
Yejin sayang Eomma dan Appa sama mereka.

Salam, anak manjamu.

Pria yang membacanya juga meneteskan airmata tepat pada secarik kertas yang dipegangnya. Kalimat terakhir sebelum brankar yang dikeluarkan bersama manusia yang diselimuti kain putih sampai muka. Jungkook tak bisa berpikir lagi. Ia benar-benar kacau sekarang. Rasanya pedih ditinggalkan orang yang ia sayang seperti adiknya sendiri—walaupun kenyataan mereka terikat menjadi kekasih. Tangannya memeluk jasad untuk terakhir kalinya. Surat yang menandakan ucapan terakhir untuknya dan suara sang perempuan yang kemarin ia dengar. Pria itu ingat jelas dan semakin menyakiti hatinya sendiri.

"Yejin!! Kau bilang kau akan menunggu rasaku ini?! Aku sudah terlanjur sayang padamu!" teriak Jungkook memukul kasur brankar. Ia mengacak rambutnya penuh ambisi. "Yejinnn..." lirihnya.

Lelaki berpakaian rapi sudah rusak, karena nafsunya tak tertahan. Ia mengeluarkan pasokan tangis tidak terhenti. Dia merasa semuanya karenya. Kecerobohannya dalam menjaga gadisnya. Hatinya seakan remuk menyalahkan jati dirinya. Ketika kian waktu berjalan cepat, Yejin telah memasuki pemakaman. Sang pria hanya bisa tak menerima kenyataan yang ada. Suara tuhan memanggil nama gadis yang telah dikuburkan dan ditandai batu nisan menggoreskan sebuah nama gadis itu.

Sandiwara kehidupan yang nyata bagi pria bertekuk lutut memeluk batu nisan. Penuh posesif ia merangkul gadis yang dibatasi dinding kasat mata. Lelaki yang berada jarak dekat sangat mengharapkan takdirnya sesuai harapan. Walaupun ia tidak mencintainya, tetapi dia begitu sangat menyayanginya. Suara delusi yang selalu mengusik beberapa kenangan. Beliau merancau sendirian selalu menyalahkan dirinya. Padahal sebenarnya, ini semua rencana tuhan.

"Yejin ... maafkan aku. Aku telah berapa kali menyakitimu. Maafkan diriku yang ceroboh meninggalkan kamu sendirian. Padahal aku tahu kau diincar oleh sekolompok penjahat yang ingin membunuhnya," ujarnya gundah.

Hope Not [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang