Hope Not : EP

471 21 0
                                    

Park Chaeyoung

Anak dara yang selalu menyusahkan hati. Sudah berpaku pada takdir. Senyum sabit simpul terikat dalam delusi. Mimpi yang telah usai, hanya datang belaka dalam semasa hidup. Kian, ragaku di bumi sudah tiada. Tetapi, cintaku masih bersua. Takkan bisa memudar begitu saja. Tanpa aku mengucapkan kata dari bibirku. Aku tahu hanyalah sia yang ku dapatkan.

Sekian beribu bintang yang terhampar di langit biru. Baru kali ini, daku merasakan ketenangan dan kegundahan dalam waktu bersamaan. Jika kau tahu, aku menangis merindukanmu. Buliran ini selalu meminta kehangatan dalam bunga salvia. Namun, di sampingku hanyalah mawar putih yang lugu.

Sedang apa kau di sana?

Apa kau merindukanku?

Anak merpati ini sudah tak kuat menahan keresahan dalam lubuk hatinya. Melemah seketika, mengapa tuhan membuatnya menghilang dari bumi. Sudah berapa banyak harapan yang ia rangkai, seakan hancur seketika tanpa rencana. Gadis lugu sepertiku, kenapa tuhan membawanya pergi jauh dari dunia. Dua garis perspektif yang berbeda berada pada satu di antara kata frasa bertolak belakang. Senyawa suka dan duka. Aku berada dalam zat kimianya.

Tuhan, aku tahu. Tak ada lagi harapan yang bisa ku rakit lagi. Tetapi, jika kau menyayangiku. Tolong buat orang yang ku sayang di bumi. Merasakan kebahagiaan dalam semasa hidupnya.

¤¤¤

Jeon Jungkook

Aku berutang budi padamu. Aku menyesal belakangan ini. Hanya untuk memikirkanmu. Mungkin, kedengarannya sangat aneh. Daku telah demosi, karena tiba kau tiada. Bolehkah aku memarahimu tuhan? Jika tidak, aku akan selamanya rendah. Penyataan not berupa serenade yang terucap lalu itu, menyapu pikiran—ingin mengembalikannya. Baru kali ini kegundahan menyapa hati. Entahlah, belakangan ini aku merasakan kesepian.

Manusia selembut sutra sepertimu tak seharus berada di alam berbeda. Bagikan jawabanmu pada burung merpati di sana. Aku menginginkan sebuah kata yang kau sampaikan padaku. Aku merindukan senyuman simpul yang terakit dari serbuk sari bunga. Anak dara mungil yang tak seharusnya menanggung serumit masalah galaksi. Hei, aku di sini akan tetap selamanya mengingatmu. Tak ingin melupakan perkataan tersirat.

Sang kapten pelaut akan tetap selamanya menunggu arahan bulan serta bintang untuk menuntunnya.

¤¤¤

Teman-teman ini sudah akhir dalam cerita. Berisikan episode kali ini adalah penutupan yang berisi kata hati mereka masing-masing. Terima kasih semuanya yang sudah mengikuti alur cerita ini. So, selamat jalan teman-teman. Jika kalian rindu dengan cerita yang proporsinya tidak seberapa, silakan mampir ke ceritaku yang lainnya.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Mar 29, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Hope Not [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang