Hope - 2

558 77 10
                                    

"Bulan akan selalu tetap teguh bersatu dengan sang bintang."

¤
¤
¤
¤
¤

Tangan milik pria itu memberanikan mengetuk rumah seseorang yang ia kunjungi. Keringat dingin kian membasahi wajahnya serta tangannya. Sungguh dirinya lebih gugup untuk menemui sahabatnya yang sering ia temui di kampus. Ingat di kampus! Di rumahnya dia tak pernah, dikarenakan Ibu kandung sahabatnya sangat galak padanya. Ia sendiri tak tahu mengapa Ibu sang gadis itu sangat tak memperbolehkan dirinya berhubungan dengan anaknya. Jangankan berhubungan, bertemu hanya saling menatap saja tak boleh. Tapi, aku dan gadis itu telah mengikat janji kita satu sama lain.

Sampai kapanpun kita akan tetap bersama, sekalipun ada halangan. Kita harus bersama-sama melewati rintangan. Walaupun, takdir tak berpihak pada kita. Kita harus melawan takdir itu dengan bersama. Seperti bulan yang tak pernah bisa lepas dengan cahaya mentari, sekalipun mentari dan bulan tak bisa bersatu.

Pria itu menyadarkan dari lamunan sedari tadi mengingat masa lalu. Netra matanya menatap pandangan nanar di belakangnya. Ia tak sadar, di belakangnya ada sahabatnya tengah menatapnya nanar. Kakinya mulai mendekati sang gadis yang memaku.

"Kau mulai berani berbohong padaku? Setelah perjanjian yang telah diikat dahulu, kau mengingkarinya."

Chaeyoung dia menatap kebingungan manik mata hitam pekat itu. "Apa maksudmu?" tanya Chaeyoung menatap dalam.

"Kau pernah bilang padaku, sang mentari tak akan pernah berhenti membantu sang bulan yang tak dapat bersinar dengan sendirinya. Namun, apa sekarang sang bulan tak butuh lagi pantulan cahaya dari sang mentari untuk hidup?" Chaeyoung mengalihkan pandangannya, sebelum meninggalkan Jungkook yang bermonolog membuatnya kebingungan.

"Aritmia."

Chaeyoung sontak menghentikan langkahnya. Dia membalikkan badannya, tatapan dalam seakan menyatu serta menusuk. Jungkook melangkahkan kakinya menghampiri Chaeyoung. Ia tahu pasti, sekarang Chaeyoung akan kaget.

"Ba--bagaimana ka--kau tahu?"

Jungkook mengambil sebuah obat dari dalam saku celananya. Dia memperlihatkannya pada Chaeyoung yang mengatupkan kedua bibirnya.

"Aku tahu bahwa sang bulan tak akan pernah meminta apa-apa, selain cahaya dari mentari. Sang bulan tak akan pernah bersinar seterang mungkin, pada malam hari. Tanpa mentari dan temannya sang bintang." Jungkook mendekati lebih dekat Chaeyoung. Dia mengusap pelan rambut panjang sang gadis itu.

"Aku akan menjadi bintang bukan mentari. Mentari tak pantas bagiku. Bintang yang setiap saat menemani bulan, untuk menerangi langit kelam. Meski, aku bukan mentarimu. Tapi, sesungguhnya bintanglah yang akan selalu menemanimu setiap saat tanpa kau ketahui. Kau sudah pasti tahu istilah bahwa, bulan bukan apa-apa tanpa bintang. Aku akan menjadi bintangmu setiap saat menemanimu. Dikala senang, maupun resah. Izinkan, diriku untuk menjadi sang bintang bukanlah sang mentari."

Flashback on

"Aritmia, itu yang dialaminya. Penyakit kelainan jantung yang membuat pembuluh darah serta denyut jantung berdetak tak stabil. Kadang normal kadang cepat. Bila penyakit ini tak segera ditangani dan dibiarkan begitu saja, akan berkembang menjadi gagal jantung.Penyakit Aritmia yang diderita Chaeyoung ini termasuk dalam golongan 'fiblirasi atrium'. Golongan 'fiblirasi atrium' ini akan terjadi pada kondisi saat penderita sedang mengalami detak jantung yang tidak teratur dan tingkat kontraksi dari organ tubuhnya sangat tinggi. Saya hanya berpesan, untuk lebih menjaga Chaeyoung lebih telaten." Pesan sang Dokter.

Jungkook tertegun mendengar penjelasan sang Dokter yang notabene-nya adalah Pamannya dari hasil penelitian obat yang akurat. "Chaeyoung, itu siapanya nak Jungkook?" tanya paman Jungkook.

Hope Not [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang