Suhu dingin mulai menerpa hampir seluruh wilayah di Seoul,Korea Selatan. Semua warga Korea sudah mulai mengenakan pakaian tebal untuk menghangatkan tubuh mereka,sekalipun tidak sedikit pula orang yang masih mengenakan pakaian dengan lapisan kain yang tidak terlalu tebal.
Sepertinya memang jika suhu masih belum menusuk tulang,beberapa orang itu masih mengabaikannya,atau mungkin... Memang ada dari mereka yang hanya mampu mengenakan pakaian tipis.
Berbicara tentang pakaian tipis,saat ini Jungyoung pun bahkan tidak mengenakan jaket yang Rosé bekalkan ketika ia berangkat sekolah.
Ia berjalan membawa tubuhnya yang sekarang sudah cukup tinggi untuk ukuran seorang siswa SMP tingkat akhir,berjalan santai di trotoar dengan ransel berwarna biru miliknya itu.
Orang-orang di sekelilingnya seolah sedang berlomba siapa yang paling cepat berjalan. Ada pula yang tampak begitu serius dengan ponselnya,ada yang tak peduli sekitarnya karena mendengarkan musik melalui headphone,ada pula yang benar-benar tidak peduli sekitarnya –tampak terburu-buru.
"Apakah mereka sedang dalam perlombaan jalan cepat?" Gumam Jungyoung. Entah menuruni dari siapa sikapnya ini, dia begitu membenci melihat orang yang terlalu sibuk dalam mencari uang sehingga lupa waktu.
Seperti ayahnya.
Jungyoung baru berumur 12 tahun, hampir 13. Namun dia sepertinya sudah kurang lebih mengerti mengenai situasi yang harus dialami orang-orang dewasa yang begitu sibuk dengan dunianya sampai lupa untuk setidaknya menikmati waktu luang mencari kebahagiaan yang bebas.
Tidak menyenangkan.
Hanya beberapa tahun ketika ia masih kecil saat terakhir kali merasakan kebersamaan yang begitu erat diantara keluarganya. Ayahnya yang sering di rumah,ibunya yang selalu memasak untuknya. Lalu,mereka menghabiskan banyak waktu bersama untuk menonton tv di ruang keluarga. Menikmati coklat panas buatan sang ibu ketika musim dingin.
Ah aku merindukan momen seperti itu -Batin Jungyoung
Iya. Sudah lama. Terkadang dia begitu merasa kasihan pada adiknya,nHayoung. Gadis kecil itu menikmati waktu sedikit dengan ayahnya. Semenjak kelahirannya, Jungkook sangat sibuk bekerja. Korea-Amerika. Entah yang mana rumah ayahnya itu, pikir Jungyoung.
Rosé juga. Sebelum dia memutuskan untuk menyerahkan tanggung jawab atas kafe miliknya pada orang lain,dia dulu juga sibuk. Meskipun tak sesibuk Jungkook.
Rosé sering menerima tawaran pekerjaan menjadi fotografer. Pulang pergi dari Seoul menuju Mungap island. Sibuk. Sebelum ibunya itu memutuskan untuk fokus merawat dirinya dan juga adiknya.
Jungyoung tersenyum. Dia merasa tak pernah kecewa pada ibunya.
Ya meskipun beberapa kali membuat dirinya merenggut karena menyuruhnya melakukan ini itu. Tapi Jungyoung cukup mengerti jika itu adalah cara ibunya mengajarinya disiplin.
Jungyoung terkesiap dari pikirannya ketika mendengar suara ponsel di sakunya berdering. Ia menerima panggilan tersebut ketika langkah kakinya telah sampai di halte.
"Halo. Kau dimana? Eomma sudah menyiapkan makan malam. Cepat pulang. Anak kecil tak baik berkeliaran sepulang sekolah"
Seperti sekarang. Rosé memarahinya untuk segera pulang lewat telepon.
"Nde eomma nde~" jawab Jungyoung dengan suara yang ia buat semanis mungkin.
Jungyoung menaruh kembali ponselnya kedalam tas setelah sambungan telepon terputus.
Ia memang sudah diberi telepon oleh orang tuanya. Namun tentu saja dengan waktu yang diatur pemakaiannya. Jaman sekarang, sebenarnya teknologi memang tentu dibutuhkan semua kalangan. Negatif atau positifnya pemakaian ponsel dan alat elektronik lainnya,tergantung si pengguna. Atau jika anak-anak,tergantung dari orang tua yang mengajari dan membimbingnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
1111 IN LOVE [Rosékook]✓
FanficCinta tidak bisa dijadikan sebuah permainan alasan untuk perselingkuhan,karena bagaimanapun cara pandangnya,perselingkuhan itu terlalu buruk untuk di kedoki dengan topeng berjudul cinta. -ROSEKOOK FANFICTION- ________________________________________...