23-Menunggu

9.4K 587 17
                                    

Jangan lupa vote dan coment 😇

Follow aku jugaShawnecha

"Perasaan ini tetap ku buktikan, tetap kumiliki, walau pada kenyataannya kau pun tetap milik orang lain."

***

Happ reading 😌

Mata tegas dan tajam milik sang pewaris tahta itu tak hentinya menatap gadis bertubuh mungil yang masih menutup mata di depannya. Dia terlelap dalam tidur nyenyaknya, seolah alam mimpinya lebih indah dari dunia nyatanya.

Saat si pacar masih tertidur pulas, Pagi sudah berada di sana sejak tadi. Duduk di sampingnya tanpa berani terlalu dekat bahkan menggenggam tangan seseorang yang bukan miliknya meski hatinya menginginkannya.

Gadis cantik bertubuh mingil, rambut coketak panjang. Pagi mengamati setiap inci lekungan wajahnya, ternyata dia memiliki bulu mata yang lentik, wajahnya putih mulus dan bibir mungilnya yang masih terlihat pucat.

Cantik. Batin Pagi.

Apalagi kalau dia tersenyum. Sayangnya senyum gadis itu adalah barang termahal yang bahkan seorang anak konglomerat seperti Pagi tak sanggup membelinya.

Dia tersenyum. Pagi pernah melihatnya, namun bukan senyum seperti itu. Senyum tulus dan benar-benar dari hati yang membuktikan dia baik-baik saja. Senyumnya hanya sebatas pembuktian bahwa ia berusaha baik-baik saja, itu bukti senyumnya selama ini.

Mungkin bibirnya bisa berbohong, namun bagi Pagi matanya mengatakan hal sebaliknya. Matanya menjelaskan semuanya walau bibirnya menutupi perasaan hatinya.

Tak ada orang yang tahu, kalau ternyata dalam diam lelaki itu, matanya tak bisa berhenti mengamati gadis itu. Right, diam-diam Pagi mengamati semua ekspresi dan tingkah lakunya yang barangkali orang lain tak menyadarinya.

Dengan segala keberanian dan se~gentle mungkin, Pagi perlahan mulai menyingkap anak rambut yang mencoba menutupi mata gadis itu.

"Ehem.."

Suara deheman itu berhasil membuyarkan lamunan Pagi. Ia dengan cepat menarik tangannya dan menghela napas berat lalu bangkit berdiri.

"Sorry gue masuk tiba-tiba. Gue keluar." Ucapnya tanpa sedikit pun menatap orang itu. Ada rasa sakit di dalamnya.

Sean mengerutkan keningnya dengan tangan bersedekap.

"Lo siapanya Bila?"

Pagi menghentikan langkah kakinya, masih tak mau menatap cowok itu.

"Bila?" Bukannya menjawab, Pagi malah balik bertanya.

Sean menyeringai kecil, "Gimana lo mau suka sama seseorang kalo namanya aja lo gak tau." Ejeknya dengan sarkasme-nya.

"Gue tau namanya Senja. Bukan Bila. Dan jangan sok tau tentang perasaan gue." Kembali Pagi melangkahkan kakinya namun Sean lagi-lagi menghentikannya.

"Bila Senja Allegra itu namanya, dasar bocah songong. Mulut lo bisa bilang enggak, tapi tanpa sadar perbuatan lo udah membuktikan perasaan lo. Mengungkapkan perasaan gak harus dengan kata-kata, right?"

Sean menaikkan sebelah alisnya, saat Pagi menatapnya dengan kening yang berkerut tanda kebingungannya.

"Lo aneh. Mana ada cowok yang dengan santainya bicara sama cowok lain yang mencoba mendekati pacarnya sendiri. Apa jangan-jangan...?"

Senja Pagi [Completed] ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang