26-Mulai pulih

9.4K 506 7
                                    

Jangan lupa vote dan coment 😈

Sahabat. Satu kata berisi beribu hal di dalamnya. Hal yang tak pernah ku ketahui dan rasakan sebelumnya. Ada di saat aku sakit dan terluka. Dia bahagia saat aku bahagia. Kadang langit tak selalu indah dan secerah yang kamu harapkan. Ada kalanya awan gelap menutupi matahati. Luka datang dan sembuh, sakit menghampiri dan menyiksa namun ada bingkisan permanen di belakangnya. Kekuatan dan kedewasaan. Dan mereka ada bersamamu.

Bila Senja

"Senja!!"

Gadis cantik yang cerewet itu berlari dengan tergesa dan langsung memeluk tubuh Senja dengan kuatnya. Senja memekik kaget dan membulatkan matanya.

"Sava?!" Cicitnya masih tidak percaya.

"Hai? Gimana kabar lo? Maaf yah kita baru bisa datang sekarang."

Senja beralih menatap seorang gadis cantik yang lain. Gadis yang tersenyum lembut dengan tatapan penuh rasa bersalah.

"Kenapa kalian bisa ada di sini?" Tanya Senja.

Sava melepaskan pelukannya dan memasang wajah pura-pura marah dan kesal.

"Ya jengukin sahabat kita dong! Gimana sih lo! Mana sakit gak bilang-bilang lagi. Ngilang sampe sebulan lebih. Mau mati, hah? Mau ninggalin kita, iya?" Oceh cewek itu panjang lebar.

Abi dan Panji serempak memutar bola matanya malas lantas terkekeh bersamaan.

Kini tatapan mata gadis itu beralih, menatap bergantian ketiga orang itu.

"Panji, Pandu mana? Biasanya kan,"

Panji terjekeh pelan. "Biasanya kita selalu upin-ipin-an maksud lo?!" Guraunya dan Senja tersenyum kaku.

Abi berganti duduk di samping cewek itu. Menatapnya lembut dan menggenggam tangan dingin milik Senja. Panji pun ikut mendekat dengan sebelah tangan diletakkan di bahu sang kekasih.

"Kok bisa sakit kayak gini, sih? Biasanya kita cuma berdua sama Sava tapi sekarang berdua rasanya malah sepi tanpa lo. Kita kangen." Ucap gadis itu.

Mau membalas apa, Senja pun bingung. Hanya bibir mungilnya yang mampu melengkuk membentuk senyuman kaku. Tatapan mata cewek itu benar-benar sendu.

"Makasih ya, kalian udah mau nengokin aku. Makasih juga udah mau berteman sama aku. Tapi kalian gak perlua lakuin itu, karena aku gak pantes jadi teman kalian."

Baik Abi, Sava, Panji bahkan Sean yang baru saja memasuki ruangan itu. Diam dan mengeryit bingung.

"Bi?! Kamu ngomong apa, sih?" tegur Sean.

Pandangan mereka beralih menatap lelaki itu. Sean yang tadi menatap Senja kini menatap teman-temannya bergantian namun dengan pandangan yang nampak biasa saja.

Senja tersenyum kecil.

"Kenalin. Itu abang aku." Ujar Senja.

Sean menaikkan sebelah alisnya dan berjalan mendekat. Matanya mulai menatap Panji dengan tatapan tak suka. Dia berdiri terlalu dekat dengan Senja dan Sean tidak menyukainya.

"Mereka teman sekelas Bila, bang."

"Abang?" Bingung Senja saat Sean terus saja menatap Panji membuat cowok itu bingung dalam hatinya, namun raut wajahnya masih datar. Khas seorang Panji yang datar pada orang lain kecuali Abi.

Senja menghela napas lalu menggeleng. "Ini Panji dan yang duduk di sampingnya itu pacarnya, Abigail. Dan satu lagi Alsava."

Sean mulai mengangguk paham, cowok itu hanya ber 'oh' ria lalu meletakkan kantung obat di beberapa barang yang sudah tersusun rapi.

Senja Pagi [Completed] ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang