Warning! This chapter contain adult things. Be wise 🙏🏻
.
.
.Happy reading!
Jangan lupa vote dan komen yaaa 💜
-Author's POV-
Hanya melakukan pembuahan.Dulu, ia sempat hanya berpikir seperti itu. Menanamkan benihnya di dalam rahim Yerin yang sudah memiliki sel tubuh Eunji, menunggu benih itu berkembang menjadi janin, kemudian anaknya lahir dan semua akan selesai.
Iya, ia pernah berpikir pendek seperti itu dulunya.
Namun ketika dihadapkan dengan kenyataan bahwa meniduri wanita lain ternyata tidak semudah yang ia bayangkan, ia menyesali seluruh pemikiran pendek tersebut. Meski nyatanya wanita itu kini juga sudah berstatus istrinya yang sah baik dimata Tuhan maupun hukum, namun tetap saja sulit untuk melakukannya.
Semuanya tentu saja karena cinta.
Tidak ada cinta diantara keduanya. Baik gadis itu maupun dirinya sendiri. Membayangkan dirinya akan menggagahi sang gadis sambil membayangkan wajah istri pertamanya membuatnya merasa bersalah. Belum lagi, ini adalah pengalaman pertama untuk sang gadis itu sendiri. Ia tak ingin membuat gadis itu trauma atau membenci pernikahan. Ia tak ingin gadis itu memandang remeh pernikahan yang ternyata bisa dibeli dengan uang. Juga, Ia tak ingin gadis itu memikirkan pernikahan sebagai salah satu hal yang harus ia hindari setelah semuanya selesai, ia sungguh tak ingin.
Gadis itu terlalu polos, terlalu putih untuk menghadapi dunia yang penuh tinta hitam dan siap untuk mengukir noda diatas putihnya.
Namun lagi-lagi, tak punya pilihan adalah alasan terkuat ia harus melakukan semua ini. Ia tak punya pilihan selain menuruti keinginan istri tercintanya. Ia tak punya pilihan untuk menanamkan benih di dalam rahim Yerin. Ia tak punya pilihan untuk menjadi yang pertama merusak segel keperawanan gadis itu.
Sungguh, ia tak punya pilihan.
Dan ia yakin, itu semua tak hanya terjadi padanya, tapi juga pada kedua istrinya.
Eunji tak punya pilihan selain merelakan suaminya pada wanita lain, sedangkan Yerin tak punya pilihan selain menyerahkan kegadisannya demi menyambung hidup dan meraih cita-cita.
Mereka bertiga tak punya pilihan lain selain menerima takdir.
Begitu Jungkook menatap wajah rupawan gadis yang tengah menutup kedua mata di depannya saat ini, perasaan iba tiba-tiba muncul dari dalam dirinya. Gadis itu terlihat sekali sedang berusaha menguatkan diri untuk menerima apa saja yang akan dilakukan Jungkook padanya malam ini. Kedua tangannya memegang erat ujung baju, mengepal kuat hingga membuat buku jarinya memutih.
Jungkook menyentuh wajah Yerin dengan sangat lembut, berusaha untuk membuat gadis itu terlepas dari rasa takut yang mungkin menyerangnya kala Jungkook berkata ingin segera melakukan pembuahan malam ini. Gadis itu membuka mata ketika merasakan sentuhan di sebelah wajahnya, sentuhan lembut yang nyaris menyengatnya.
Presensi paras bak malaikat langsung menyambutnya begitu gadis itu membuka mata.
"Jangan takut." Jungkook berucap dengan pelan. "Aku sama sekali tidak akan menyakitimu."
Usai berkata seperti itu, Jungkook lantas mempertemukan bibirnya dengan bibir Yerin dan sontak membuat gadis itu terkejut dengan mata yang membelalak. Jungkook menutup kedua matanya, mencoba untuk menikmati bibir Yerin yang lebih tipis dari bibir milik istrinya. Ia mengecup kecil beberapa kali tanpa benar-benar melepaskan hingga membuat darah sang gadis mendesir hebat.
KAMU SEDANG MEMBACA
Intermediare
FanfictionMeminjam rahim wanita lain untuk memiliki keturunan, mungkinkah? Entah itu Yerin atau Eunji, keduanya sama-sama merutuki pilihan itu dikemudian hari. Berbanding terbalik dengan Jungkook yang justru tidak bisa memilih sama sekali. Penyesalan tak la...