13 - Heart to Heart

1.3K 212 114
                                    

Chapter lalu manis nggak? Atau hambar banget? Sepi soalnya huhuhu

Semoga yang ini ga hambar lagi ya gaes, udah aku kasi banyak garem soalnya 😂

Happy reading 💜

-Author's POV-

Keduanya duduk menghadap sungai dengan segelas kopi dan arum manis ditangan. Langit benar-benar semakin gelap karena sinar sang mentari baru saja berganti dengan gemerlap sinar lampu yang berpijar tak kalah terang.

Meskipun begitu, lampu di pinggir taman sungai Han tidak begitu terang layaknya bangunan yang ada diseberang sungai, cukup temaram dan memberikan kesan yang romantis nan syahdu. Namun hiasan lampu warna-warni yang berada di sudut lain justru kembali membuatnya berbeda, terlihat indah serta menyejukkan mata.

Yerin hanya menggigit sedikit arum manis ditangannya, lebih memilih kopi dibandingkan gula-gula tersebut karena suhu angin yang menerpa saat ini cukup membuatnya bergidik kedinginan. Namun ia sengaja tak menampakkannya agar pria yang saat ini tengah menikmati kopi disebelahnya tak mengajaknya untuk pulang.

"Oppa, ini..." Yerin menyerahkan arum manis ditangannya pada Jungkook. "Untukmu saja, aku sudah tidak ingin lagi."

Jungkook mengambil arum manis tersebut, mencomot beberapa bagian sebelum memasukkannya ke dalam mulut. Sensasi melebur arum manis yang nikmat sungguh sudah lama tak pernah ia rasakan lagi, mungkin sudah sejak belasan tahun terakhir saat ia masih di sekolah dasar. Kini, Yerin membuatnya kembali merasakan rasa nostalgia tersebut, mengulang kenangan masa kecilnya bersama sang pengasuh dan Jeon Wonwoo, sahabat sekaligus pengawalnya.

Hanya butuh beberapa menit bagi Jungkook untuk menghabiskan semuanya. Sangat berbeda dari Yerin yang menghabiskan nyaris setengah jam hanya untuk memakan bagian telinga si kelinci arum manis saja. Gadis itu memang menjadi lambat saat makan akhir-akhir ini, agaknya karena ia takut akan memuntahkannya kembali jika ia makan dengan tergesa-gesa.

Yerin kembali menyesap pelan kopinya yang kini sudah tak begitu panas, sedikit demi sedikit karena perutnya sudah mulai kembali bergejolak meski masih bisa ia tahan.

"Oppa, aku boleh pinjam bahu untuk bersandar?" Seakan sudah menjadi kebiasaan untuknya, gadis itu selalu meminta ijin setiap kali akan melakukan kontak fisik apapun pada Jungkook.

Sang pria yang dimintai ijin mengangguk, menepuk pelan lengan kokohnya untuk mempersilahkan gadis itu bersandar disana.

Gadis itu tersenyum senang, dengan cepat meletakkan kepalanya pada lengan sang pria. Ia juga turut mengalungkan kedua lengannya pada lengan pria itu sembari menghirup kuat aroma maskulin bercampur keringat khas milik Jungkook yang menguar dan menggelitik saraf penciumannya. Jungkook sepertinya belum pulang ke rumah dan langsung menghampirinya kesini sepulang bekerja.

"Kenapa oppa wangi sekali huh? Aku suka." Gumamnya yang tak menjauhkan wajah dari lengan Jungkook.

"Aku bahkan belum mandi sejak pagi. Kau yakin masih sewangi itu? Aku merasa jika aku bau keringat." Balas Jungkook yang ikut mengendus tubuhnya sendiri. Bau parfumnya memang masih tertinggal, namun bau keringatnya juga tidak kalah tercium.

Yerin mengangguk cepat. "Wangi. Aku suka. Tadinya perutku mual setelah minum kopi dan makan arum manis itu, tapi sekarang tidak lagi."

"Kau ini ada-ada saja." Jungkook mengusap rambut gadis itu, sedikit terkekeh karena kebiasaannya yang sungguh tidak biasa semenjak mengandung.

"Hari ini menginap di apartemenku kan?" Tanya gadis itu tanpa perlu menengadah untuk menatap Jungkook.

"Hm." Jawab Jungkook.

IntermediareTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang