->Awal Jumpa<-

3.2K 423 85
                                    

***
DRARRY
***
Semua Tokoh milik Mom J.K. Rowling
-Maaf untuk saltik dan ejaan yang keliru-
***
Enjoy~



Harry tidak ingin bermalas-malasan ria hari ini, dia tetap ingin produktif beraktivitas. Sifatnya yang sangat sulit sekali diam membuatnya cepat bosan jika hanya berdiam diri di rumah. Walaupun belum memiliki pekerjaan tetap, Harry harus bekerja walaupun kadang kerjaannya tak menghasilkan uang. Harry bisa kembali ke jalanan dan menekuni lukisannya, menunggu orang yang mungkin tertarik dengan seni untuk menengok hasil karyanya.

Remus baru saja pergi saat ia turun ingin sarapan dan mendapati Sirius sedang menyesap kopinya sambil menonton acara berita dari salah satu stasiun TV nasional, Sirius sangat serius sampai tidak menyadari kehadiran Harry. Bukannya menyapa Sirus, Harry berjalan mengendap ke dapur dan mencomot sandwich yang sudah tersedia di meja juga membungkus sisanya untuk dia makan nanti.

Tanpa ba-bi-bu dan menyisakan barang satu atau dua potong sandwich, Harry mengendap ke pintu depan. Sirius masih tidak menyadarinya. Sampai akhirnya suara pintu berdecit mengalihkan Sirus, namun belum sempat ia berkata-kata Harry sudah lebih dulu berteriak dan kembali menutup pintu.

"Sampai jumpa nanti sore, Siri!" seru anak itu disusul bunyi bantingan pintu tertutup, Sirius hanya menghembuskan napasnya berat melihat kelakuan Harry.

Harry berjalan sambil memakan sandwichnya, menyapa beberapa pejalan kaki, dia memang terlalu ramah. Matahari mulai bersinar terik saat Harry mencapai tujuannya, sebenarnya ia bisa naik bis agar sampai lebih cepat. Tapi kakinya ingin lebih rajin lagi dalam melangkah. Harry masuk kesebuah gang yang cukup luas, gang buntu. Tempat itu merupakan markasnya, tembok bangunan kiri, kanan dan belakang menutup gang itu hingga menyisakan ruang kosong di tengah.

Masih tersisa beberapa potong sandwich saat ia menyadari belum minum segelas airpun, membuat kerongkongannya terasa butuh siraman kesejukan. Harry menyimpan tasnya yang berisi alat-alat lukis dan barang-barang yang memang sering dia bawa kemana-mana.

Tidak perlu khawatir ada yang mencuri barangnya, semua orang tahu siapa yang punya tempat itu dan tidak mau berurusan dengannya.


¤DRARRY¤

Draco mengumpat dari dalam mobilnya, baru saja ia selesai dengan jadwal bincang paginya di salah satu stasiun TV. Sebenarnya dia mengumpat bukan karena acaranya, tapi karena orang suruhannya yang tidak bisa melacak keberadaan Ayahnya di Paris. Belum lagi Theo yang baru saja mengiriminya pesan bahwa kondisi ibunya semakin melemah.

Draco sudah menyuruh Theo agar membawa ibunya ke Rumah Sakit dan Draco akan menyusul kesana. Jadwalnya masih padat hari ini, jam 1 siang nanti salah satu stasiun TV yang sedang mengadakan ajang pencarian bakat mengundangnya sebagai bintang tamu. Selalu saja begitu, tahun-tahun lalu pun Draco mengalami hal yang sama. Dan saat di suruh bercerita, selalu cerita yang sama bagaimana cara Draco meraih kesuksesan. Muak, Draco muak mengulang-ngulangnya terus.

"Dobby, berhenti di halte depan. Saya ingin singgah di cafe sebentar. Kau langsung saja ke Rumah Sakit, kalau Pansy sudah di sana katakan saja saya sedang jalan-jalan," ujar Draco.

"Baik, sir." Dobby hanya menurut.

Seperti katanya, Dobby menghentikannya di halte. Draco turun dari mobil sambil memakai topi dan kacamata hitamnya, tidak lupa scarf yang menutupi leher hingga mulutnya. Dia butuh udara segar untuk membersihkan otaknya yang terlalu banyak berpikir.

[DRARRY//FANFICT] Hanya Sebuah Rasa Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang