***
DRARRY
***
Semua Tokoh Milik Mom J.K. Rowling
Maaf untuk saltik dan ejaan yang keliru
***
Hmm.
.
.Tengah malam sekali mereka sudah berangkat. Ada tiga mobil yang mereka pakai, mobil pertama dikemudikan oleh Dobby berpenumpang Narcissa, Severus, Luna dan Xenophilius. Mobil kedua berisi Sirius, Remus, Harry dan Draco, disupiri oleh Kreacher. Theo, Blaise, Pansy dan Hermione di mobil ketiga.
Pelarian mereka kali ini tanpa pengawalan yang berarti. Setelah mengetahui adanya anggota Voldemort yang mengawasi mereka tanpa menunggu waktu lama, mereka langsung meninggalkan kediaman Lovegood.
"Aku tidak percaya kita benar-benar akan meninggalkan Inggris," ujar Sirius, mobil yang dikendarai oleh Kreacher melaju cepat di jalan raya antar kota Inggris.
"Kau pikir hanya kau yang tidak percaya, aku juga. Kemarin aku masih seorang polisi sekarang sudah jadi buronan polisi," Remus mendesah.
"Semuanya terasa sangat tiba-tiba, lalu berlalu dengan cepat juga," Sirius merenung, Draco paham ke arah mana maksud pamannya itu.
"Setidaknya aku cukup tenang sekarang," kata Remus, "Kau sudah tidak terlalu sentimental dan emosional." Sirius menatapnya garang, ujung bibir Harry berkedut menahan senyum.
"Kalau boleh saya tambahkan," timpal Kreacher, "Mr. Black juga sudah sangat tenang menyikapi keadaan, sangat bijaksana." Remus tersenyum lebar, walau keadaan dalam mobil remang-remang Harry tahu wajah Sirius sekarang memerah.
Kapan lagi dia dipuji 'sangat bijaksana' seperti sekarang. Selama ini Sirius termasuk golongan orang-orang keras nan tegas, tak terbantahkan plus garang pun sangar. 'Sangat Bijaksana'? Astaga itu sangat bukan Sirius! Kreacher seakan memuji orang lain bukan diri Sirius, batin Harry.
"Ternyata benar, kehilangan membuat seseorang berpikir lebih dewasa," Remus mengerling ke arah Sirius, sedang yang ditatap hanya mampu tertunduk.
Astaga! Apa-apaan pula ini, kenapa Sirius jadi malu-malu begini, batin Harry menjerit sekali lagi. Ingatannya mundur beberapa minggu lalu, pagi sebelum dia mendapat luka di jantungnya. Pagi dimana semuanya menjadi jelas di matanya, hubungan Remus dan Sirius. Hubungan yang lebih dari sekadar teman dekat, sahabat.
"Kenapa dua anak ini diam saja?" tanya Remus, Harry menengok ke sebelahnya menatap Draco yang fokus menatap jalanan, dia melamun. "Kalian sedang tidak bertengkar kan?" sambung Remus.
Harry menyenggol siku Draco agar sadar dari lamunannya, Draco sedikit terperanjat. Jujur saja, Harry merasa canggung mengajak Draco bicara sekarang. Setelah insiden di danau sore tadi, Harry tidak tahu harus bersikap bagaimana pada Draco. Harry sadar dia sedang terbawa perasaan sekarang.
Bisa saja, yang tadi sore Draco katakan hanyalah gertakan. Secara posisi mereka sedang tertekan dan mungkin Draco sedang kehabisan akal, makanya dia refleks mengatakan hal itu. Harry sadar hanya dia yang terlalu bawa perasaan dalam keadaan ini.
Harry tahu Draco menyayanginya, tapi Harry tidak ingin berharap lebih. Draco menyayanginya sebagai saudara yang sudah lama terpisahkan, sebagai keluarga, memangnya apa yang sebenarnya sangat Harry harapkan. Sirius saja jelas-jelas ingin menjodohkannya dengan Hermione.
KAMU SEDANG MEMBACA
[DRARRY//FANFICT] Hanya Sebuah Rasa
FanfictionDraco Malfoy, seorang pemuda yang multi talenta. Menjadi Model, Aktor dan Penyanyi sudah ia tekuni sejak masih anak-anak. Membuatnya merasa bosan menjalani semuanya di penghujung usia 20 tahunnya. Harry Potter, juga seorang pemuda manis dengan kaca...