[3]

809 136 1
                                    

Hal yang paling menyenangkan bagiku adalah ketika aku bisa menghabiskan waktu bersama anak-anakku.

Sebagai single parent, aku harus bisa membagi waktu antara pekerjaan dengan keluarga. Menyisihkan waktu untuk mendampingi anak-anakku di tengah waktuku yang habis untuk bekerja memenuhi kebutuhan hidup.

Setidaknya, disela-sela kesibukanku aku masih bisa menjemput anak-anakku pulang sekolah seperti yang sekarang aku lakukan. Kulihat kedua anakku keluar dari bangunan sekolah. Begitu mereka melihatku, kaki-kaki kecil mereka berlari riang kearahku.

Aku menyambut mereka dengan pelukan. Menggandeng tangan mungil mereka dan mengajak mereka makan di restoran cepat saji.

Saat berjalan, sekelebat aku melihat seorang pria jangkung berambut coklat bersandar di gerbang sekolah sembari memainkan smartphonenya. Setelah aku perhatikan dengan seksama, kedua kelopak mataku melebar.

Kupercepat langkahku, berharap pria itu tak melihatku dan berharap supaya Tuhan mengizinkan hal itu terjadi.

'Astaga, kenapa aku harus dipertemukan lagi dengan dia? Terlebih, kenapa pula dia disini? Anak siapa yang dia jemput? Memangnya dia sudah punya anak selain dari aku? Kalau iya, siapa wanita selain aku yang punya anak dengan pria itu?', batinku bertanya-tanya mempercepat langkah kaki gempalku.

Untungnya, saat aku lewat di depan pria itu, kondisi sedang ramai oleh orang tua murid yang lain. Aku berhasil selamat dari pria tadi yang sangat sangat ingin aku hindari.

Anak-anakku yang daritadi tidak sengaja ku ajak jalan cepat menatap heran kearahku. Mereka bilang aku seperti orang yang terlalu terburu-buru bahkan seperti orang yang dikejar sesuatu. Aku yang menyadari hal itu lantas meminta maaf kepada sepasang buah hati kembarku karena telah menyeret mereka secara tidak sadar.

Tentu saja aku berbohong dengan mengatakan kalau aku sudah sangat kelaparan makanya aku jalannya cepat-cepat.

Aku belum siap untuk bilang ke anak-anakku kalau aku barusan menyeret mereka kabur dari ayah mereka.

Aku belum siap mempertemukan mereka.

...aku belum siap...

.

.

.

Sementara itu,

"Hei, apa kau tadi bertemu dengan temanmu yang kembar laki-perempuan itu?" tanya Futakuchi kepada anak Aone.

"Ketemu tadi di kelas. Kalo sekarang gatau dimana, udah pulang kali", jawab anak laki-laki Aone singkat.

Futakuchi menghela nafas pasrah, gagal sudah usahanya hari ini.

'Apa benar dugaanku kalau mereka sebenarnya adalah anak kandungku?'

-------------------------------

TBC

Chubby Series #1 || Kali KeduaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang