[8]

502 67 3
                                    

Futakuchi ngajak aku sama anak-anak buat liburan musim panas. Berhubung selama ini aku gak bisa bawa anak-anakku jalan-jalan karena biaya, jadilah aku mengiyakan permintaan Futakuchi buat piknik bareng.

Oh iya, aku mau tanya deh sama kalian...

Gimana sih rasanya berhubungan sama orang yang disukai banyak orang?

Gini nih, sekarang kan posisi kita lagi di pantai. Dari tadi aku perhatiin banyak banget betina yang matanya jelalatan. Betina-betina itu dengan gak tau diri memandangi tubuh atletis Futakuchi seperti rubah yang kelaparan.

Ya emang aku akui Futakuchi punya badan yang bagus. Tapi apa iya harus segitunya?

Dan kalian tau apa yang lebih parah?

Para betina tadi sempet-sempetnya ngejulidin aku gegara jalan sama Futakuchi sambil bawa anak.

Kan asuw yak 🙃

Jadi, dari tadi itu, aku cuma duduk di bawah payung sambil cemberut. Udah dijulidin ciwi-ciwi gak jelas. Eh, anak-anakku nempel terus dong ke bapaknya.

Aku cemburu. Hatiku capek.

Hati yang ingin berdamai selalu kalah dengan rasa sakit dan penderitaan yang aku alami. Sulit sekali untuk memaafkan masa lalu. Perih dan pedihnya selalu terbayang.

"(Name)?", suara Futakuchi membuyarkan lamunanku. Aku mendongak, menatap manik coklatnya serta rambutnya yang basah.

"Kamu kenapa? Kok diem aja? Haus?" Aku menggeleng dan menekuk kedua lututku. Menenggelamku wajahku diantaranya. Futakuchi menghela nafas. Pria itu mendudukkan dirinya disampingku.

"Mikirin apa sih? Kamu masih gak yakin sama aku?" Aku cuma diem, gak berniat buat bales. Kayaknya Futakuchi juga paham maksud diamku.

"Yaudah tunggu sini, aku mau ambil anak-anak terus beli minum."

Futakuchi beranjak. Aku menyaksikan punggung kokohnya yang telanjang mulai menjauh dari tempatku terduduk. Entahlah, kesekian kalinya aku seperti ini. Tak paham dengan diri sendiri sampai membohongi hati kecil.

Aku mengeratkan jaket yang membungkus tubuh gempalku. Aku memang sengaja memakai pakaian tertutup di pantai yang terik ini karena suatu hal.

Aku tidak percaya diri dengan penampilanku.

Aku wanita bertubuh pendek dan agak gendut. Ibu dari sepasang anak kembar. Memiliki pekerjaan dengan penghasilan yang tidak seberapa. Aku yang seperti kentang raksasa ini merasa tidak cocok bersanding dengan Futakuchi yang shining shimmering splendid.

Aku menolak Futakuchi karena aku merasa tidak pantas bersamanya.

"Mamaaa!!"

Aku menoleh ke arah suara itu berasal. Senyumku mengembang melihat anak-anakku berlari kecil ke arahku sembari tersenyum lebar. Aku merentangkan tanganku. Menyambut mereka dalam pelukan. Menciumi pipi chubby mereka satu persatu.

Tak lama, Futakuchi bergabung dengan kami dan kembali mendudukkan dirinya di bawah payung besar yang dari tadi kugunakan. Kami berempat menikmati santap siang dengan bekal yang kami bawa dan minuman yang baru saja dibeli Futakuchi.

Dalam diam aku curi-curi pandang ke Futakuchi. Mengamati struktur wajahnya yang terpahat dengan sempurna. Dalam hati aku meringis, sadar telah menjadi wanita tak tau diri yang tidak memberi kepastian kepada seorang pria yang jelas-jelas sudah siap untuk jenjang yang lebih serius.

Aku menghela nafas. Mungkin memang sudah saatnya aku membuka hati untuk lembaran baru dalam hidupku.

Aku belum terlambat kan?

------------------------

TBC

Chubby Series #1 || Kali KeduaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang