[13]

412 64 4
                                    

Futakuchi is calling...


"Halo?"

"Tumbenan nelpon. Da pa nih?"

"Kangeenn~~ emang ga boleh?"

"Aku gak terima kangen. Aku terimanya duit."

"Tenang. Nanti abang transfer. Sekarang abang mau kangen-kangenan dulu."

"Kan bisa lewat chat. Emangnya lagi gak sibuk?"

"Enggak. Aku lagi luang sekarang. Kalo kamu? Sibuk gak?"

"Enggak juga. Lagi main sama anak-anak."

"Video call dong.. aku kangen nih~~"

"Ya."

Setelahnya, aku mengaktifkan fitur video call. Aku mengajak anak-anak untuk mendekat. Memberi tahu kalau ayah mereka kangen pengen ngobrol. Si kembar duduk dipangkuanku. Aku mengarahkan kamera depanku ke mereka. Bagian kepalaku sengaja dibuat terpotong di layar, yang penting wajah si kembar keliatan semua.

"Halo sayang-sayangnya papa~~"

"Halo sayang-sayangnya papa~~"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


"Halo juga papaaaa..."

"Lagi apa kalian?"

"Lagi main~~"

"Papa itu gambarnya gak jelas."

"Oiya, bentar papa benerin dulu."

"Nah beres kan? Kalian udah makan?"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


"Nah beres kan? Kalian udah makan?"

"Udahhh."

"Mama kalian suruh nyalain kamera depan dong."

"Done ya."

"Sayang-sayangnya papa udah mandi?"

"Belom."

"Kok belom? Mandi dong biar cantik kayak mama dan ganteng kayak papa."

"Tapi mama juga belom mandi."

"Wahhh.. gimana nih mamanya? Ngajarin gak bener. Jangan ditiru oke?"

"Oke papa~~~"

"Biar nanti mamamu mandi bareng papa aja."

"HEH!!"

Aku naikin kamera sampe wajahku keliatan di layar. Mataku udah melotot, wajah udah kubuat serem, eh si masnya malah ketawa-tawa gak jelas. Apa-apaan coba omongannya barusan. Mesum. Kalo si kembar ikut-ikutan gimana? Pengaruh buruk emang.

"Aku juga mau mandi bareng mama sama papa."

"Aku jugaaa."

Oh bagus, si kembar mulai merengek. Semua salah Futakuchi pokoknya.

"Yang ada kau ngajari gak bener, maemunah!! Sampe rumah habis kau sama aing!"

Abis ku ancem kayak gitu, masnya ketawa ganteng lagi dong.

"Kamu lucu deh kalo lagi marah. Pipimu makin bulet, kayak bakpao."

"Dih ngegombal. Dasar kerdus."

"Anak-anak. Kalian mau dibeliin apa?"

"Makanan/Mainan."

"iihh makanan dulu."

"Mainan dulu!"

"Makanan!"

"Mainan!"

"Ribut lagi, gak dibeliin dua-duanya."

Aku memang tidak mengatakannya dengan lantang. Namun karena bawaan suaraku yang keras dan tegas, mereka akhirnya diem ketakutan. Suasana mendadak senyap. Futakuchi juga diem. Cengo liat aku marah.

"Ekhm.. nanti papa beliin kok dua-duanya. Papa beliin yang banyak buat pangeran dan tuan putri papa."

"Yeeyyyyy!!!"

Si kembar bersorak senang. Aku cuma bisa menghela nafas.

"Jangan terlalu dimanja."

"Sekali-kali gapapa lah.. kan jarang juga kayak gini."

"Kapan pulang?"

"Masih dua bulan lagi. Kenapa? Kangen juga ya?"

Aku gak jawab. Aku cuma diem terus ngangguk pelan. Ku lihat Futakuchi tersenyum tulus di layar.

"Sabar ya. Cuma dua bulan lagi kok. Aku juga lagi nyiapin sesuatu buat kamu."

"Apaan?"

"Rahasia. Yang jelas semua penantianmu selama bertaun-taun nunggu aku, bakal terbayar lunas."

Tanpa sadar, kedua ujung bibirku terangkat. Menyunggingkan sebuah senyuman. Kayaknya tau nih kejutannya apa. Cuma aku gak mau ke-geer-an dulu.

"Eh itu si kembar ngantuk tuh."

Pantesan mereka anteng. Udah ngantuk rupanya. Pas aku liat jam, sekarang udah jam 10 malem rupanya.

"Wahh.. udah masuk jam tidur. Yaudah, segini aja dulu kali ya? Udah malem di sini."

"Iya. Maaf aku lupa ngecek waktu di sana. Habis sekangen itu sih."

"Kamu jangan capek-capek di sana. Jaga kesehatan."

"Hmm."

"Aku gak mau bernasib kayak istrinya bang toyib. Yah, walaupun bisa dibilang belum sah jadi janda juga sih."

"Percaya sama aku. Semua perjuanganmu selama ini bakal terbayar lunas. Aku gak akan biarin kamu jadi janda lagi. Aku gak akan jadi bang toyib yang tiga kali puasa tiga kali lebaran gak pulang-pulang. Aku akan selalu pulang. Karena kamu rumahku. Si kembar rumahku. Keluarga kecil kita adalah rumahku."

Satu persatu bulir air mata turun menjalar di pipi gembulku.

"Jangan nangis. Kalo kamu nangis lagi, aku balik ke Jepang sekarang."

Aku menghapus air mata yang masih mengalir. Sesekali sesenggukan kecil.

"Aku pegang kata-katamu."

Futakuchi senyum lembut lagi.

"Kamu bisa pegang kata-kataku."

-------------------------------

TBC

Chubby Series #1 || Kali KeduaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang