[11]

429 68 5
                                    

Hari ini ulang taun si kembar yang ke-enam.

Astaga, waktu berjalan begitu cepat. Sepertinya baru kemarin mereka lahir dari rahimku. Eh sekarang mereka sudah hampir lulus dari taman kanak-kanak.

Perayaan ulang taun kali ini dibuat berbeda dari taun sebelumnya. Ini semua ide Futakuchi yang ingin membuat pesta kecil-kecilan untuk si kembar. Di tahun-tahun sebelumnya, tidak pernah ada perayaan ultah buat si kembar. Aku biasanya hanya memberi sekotak kue brownies dan susu.

Perayaan kecil-kecilan tersebut baru dimulai saat ulang taun mereka yang ketiga. Mendengar pengakuanku, lagi-lagi Futakuchi merasa bersalah atas kelalaian selama ini. Untuk menebusnya, ia menginisiasi membuat pesta ulang taun yang sederhana.

Lihat, pria itu bahkan rela bolos kerja demi acara ultah anak kembarnya.

Futakuchi ingin semua konsep dan dekorasi pesta ini dia yang pegang. Makanya dari pagi dia sudah ada dirumahku. Aku sih cuma iya-iya aja dan membantu sebisaku. Futakuchi dengan tugasnya memasang properti, sedangkan aku dengan tugasku menyiapkan makanan dan menghias meja.

Selesai dengan bagianku, aku merhatiin Futakuchi yang masih fokus masang pita sama balon di dinding bagian atas deket langit-langit.

Gila sih ya, dia itu tinggi banget eh

Sudut rumah yang biasanya harus ku jangkau menggunakan tangga, Futakuchi cuma butuh kursi doang udah nyampe.

"Tinggi badanmu berapa sih?"

Futakuchi terdiam sesaat, masih fokus pada balon yang belum ia pasang. Setelah balon tersebut terpasang, ia menjawab, "192-an mungkin? Gatau juga, terakhir ngecek sih segitu."

Oalah, pantes aja setiap kali jalan berdua banyak orang yang ngira kita kakak-adek. Tinggiku cuma 155 cm, selisih tinggi kita udah nyentuh 37 cm. Aku cuma ngangguk-ngangguk denger jawaban dia. Padahal dalem hati udah misuh-misuh gajelas karena ketidakadilan ini.

Aku ngelirik ke arah jam. Gak terasa bentar lagi si kembar pulang sekolah. "Aku mau siap-siap jemput si kembar. Udah beres semua belum?", tanyaku seraya mengambil jaket dan dompet.

"Tunggu. Aku juga mau ikut jemput mereka. Bentar lagi selesai", jawab Futakuchi menempel ujung pita dengan double tape ke tembok. Selesai dengan tugasnya, Futakuchi bersiap-siap dan kami pun berangkat menjemput si kembar.

~~Skip Time~~

Sesampainya kembali di rumah, Futakuchi menahan si kembar supaya gak keburu masuk ke dalam.

Si kembar bingung, karena ini gak seperti biasanya. Aku cuma tersenyum pas mereka ngerengek minta masuk karena pengen bobok siang. Karena udah kasian dan takutnya mereka malah ketiduran di luar, akhirnya ku buka deh pintu rumah. Si kembar kaget, ruang tamu udah dipenuhi dekorasi yang unyu-unyu. Mereka yang tadinya mau langsung ke kamar, malah diem melongo.

Setelah nutup pintu, aku sama Futakuchi nyanyi lagu ulang taun buat mereka. Si kembar jelas seneng banget. Mereka pun ikut nyanyi bareng. Alhasil, jadilah paduan suara abal-abal ala keluarga Futakuchi. Habis nyanyi, mereka nangis. Soalnya mereka lupa kalo hari ini ultah mereka.

Kalau gak ada kejutan kayak gini, mungkin mereka baru inget nanti malem pas mau bobok atau malah besoknya baru inget. Aku yang liat mereka kayak gitu langsung meluk mereka. Ikutan nangis karena anakku sampe lupa tanggal ultah mereka karena jarang dirayain.

Gak lama, ada sepasang tangan lagi yang ikut-ikutan meluk. Siapa lagi kalo bukan Futakuchi. Yang membuat aku heran, lingkar tangannya mampu menggapai kami bertiga. Alhasil, berpelukan lah kami berempat di siang bolong. Pas empat orang, persis kek teletubbies. Aku pikir, dengan tubuhku yang gempal, lingkar tangannya gak akan muat.

Sesi pelukan selesai, saatnya makan kue tubby--enggak! Masih sama kayak sebelumnya--kue brownies. Pas kami makan, Futakuchi nyiapin kamera DSLR-nya. Pria bersurai coklat itu awalnya hanya ngefoto kami bertiga, namun kemudian ia meletakkan kamera tersebut di sebuah tripod.

Futakuchi ngasih aba-aba ke kami buat liat ke kamera. Karena si kembar makannya lahap banget sampe belepotan, mereka gak fokus. Jadi, cuma aku doang yang ngeliat ke kamera.

Berikutnya, Futakuchi ngatur timer di kamera. Dia pengen ikut foto juga katanya. Setelah timer mulai hitung mundur, dia bergerak ke arah kami dan nyiapin posisi. Kali ini, si kembar udah fokus ngeliat ke kamera. Walaupun masih belepotan coklat di muka mereka.

Bip..

Biip...

Biiip....

Cekrek!

Dan seperti itulah, foto keluarga pertama kami diambil. Walaupun belum sah secara hukum, tapi aku udah nganggep Futakuchi bagian dari keluarga ini. Sebagai ayah tentu saja.

Kalo suami gimana??

Hmm.. gimana ya? Aku sih mau-mau aja nyebut dia suamiku, tapi liat dulu kapan dianya mau "bertindak". Masa iya aku duluan yang 'nyosor'? Tapi aku gak keberatan sih kalo akhirnya aku duluan yang 'nyosor'.

---------------------------------

TBC

Chubby Series #1 || Kali KeduaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang