[6]

669 102 5
                                    

Malamnya, setelah anak-anakku tidur, aku mengajak Futakuchi ngobrol. Berhubung rumahku itu agak di pelosok desa dan deket dengan ladang, jadi aku sama Futakuchi ngobrolnya di luar sambil liat bintang.

Hari ini capeknya bukan main. Ketika anak-anakku ngeliat ayah mereka "pulang", girangnya gak ketulungan. Futakuchi juga gak kalah heboh. Saking hebohnya mereka sampe diliatin sama orang tua murid lain.

Futakuchi gendong dua-duanya sekaligus terus cium pipi mereka satu-satu. Dia masih gak nyangka kalo dia bakal punya anak kembar cewek-cowok. Mereka, eh maksudnya kami, memilih jalan-jalan keliling kota setelahnya.

Sumpah ya, aku penasaran sama isi dompetnya Futakuchi. Dia beli banyak banget mulai dari kebutuhan pangan, perabot rumah tangga, keperluan sekolah, sampe mainan anak semua dijabanin.

Uang dia seberapa banyak sih?

Berhubung rumah yang aku tempati ukurannya sedang, beberapa perabot yang baru dibeli masih ada yang belum dimasukin ke dalem karena gak muat. Perabot tersebut akhirnya dibawa ke rumah Futakuchi untuk disimpan sementara.

Oh iya, membahas tentang keseruan reuni ayah dengan anak, ada satu hal yang ingin aku sampaikan ke Futakuchi. Maka dari itu, aku membawanya ke ladang untuk bicara secara intim.

"Kenji, makasih buat hari ini. Makasih udah bikin anak-anakku seneng", ucapku seraya menatap ke langit malam yang bertabur bintang.

"Nggak perlu, justru aku yang makasih udah dikasih kesempatan buat ketemu anak-anakku."

Nah, itu dia. Di situ letak masalah yang ingin aku bicarakan dengan Futakuchi.

Aku masih asing mendengar orang lain menyebut anak-anakku sebagai anak mereka. Ada perasaan tak suka ketika orang lain menganggap anak-anakku sebagai anak mereka. Seperti perasaan posesif yang tak ingin sesuatu milikku diklaim oleh orang lain.

Aku tau pria disampingku ini ayah biologis mereka. Tapi tetep aja aku gak suka.

"Kenji, kamu tau kan kalo dari awal cuma aku yang sama mereka DAN cuma mereka yang sama aku?", tanyaku mulai memancing pembicaraan.

"Iya, aku tahu. Maaf."

"Kamu juga tau kan kalo selama aku hamil semua aku sendiri yang ngelakuin?"

Futakuchi diam. Kayaknya dia udah mulai mikir kemana arah pembicaraanku.

"Waktu proses melahirkan, kalo aku gak minta tolong bidan sepuh di desa ini, mungkin mereka bakal jadi anak piatu. Tapi tidak, aku sendirian berjuang keras supaya tetap hidup. Karena mereka lah hidupku. Sampai saat ini aku pun masih hidup."

Dari ekor mataku, aku tau atensi Futakuchi sepenuhya fokus ke aku.

"Perjuanganku gak sampe situ. Aku masih harus banting tulang. Bekerja dari pagi sampai pagi, kesana kemari. Demi mengenyangkan tiga perut. Demi berteduh dari panas dan badai. Demi sehelai benang untuk menutup kulit."

"Maksudmu apa, (Name)?", tanya Futakuchi yang udah bener-bener tidak nyaman dengan ucapan-ucapanku barusan.

"Dari awal aku cuma sama mereka. Mereka duniaku. Mereka nyawaku. Mereka hidupku. Aku cuma punya mereka. Kalo gak karena mereka, mungkin aku udah gak ada sekarang..."

Aku beranikan diri menatap netra coklat Futakuchi. Wajah tampan dengan latar belakang bintang-bintang, membuatnya seperti dewa malam dari khayangan yang siap memabukkan para wanita pribumi.

"...karena dari dulu cuma ada kami bertiga. Aku menjadi sosok ibu sekaligus sosok ayah. Rasanya aneh menambah satu anggota lagi."

"Langsung ke intinya aja, (Name)", ucap Futakuchi singkat namun terdengar sangat tegas. Bahkan gaya bicaranya mengingatkanku waktu dia masih jadi kapten tim voli.

Aku memejamkan mata. Menarik dan menghembuskan nafas perlahan. Mempersiapkan diri dari apapun reaksi yang ditunjukkan pria tinggi didepanku. Ku buka mataku. Ku tatap lagi matanya. 'Siap tidak siap hal ini harus kukatakan', batinku.

"Aku belum bersedia berbagi kasih sayang anak-anakku denganmu, Kenji. Walaupun kamu ayah kandungnya, aku masih belum rela mereka lepas dari aku."

---------------------------

TBC

Bonus :
Penggambaran saat Futakuchi belanja

Bonus :Penggambaran saat Futakuchi belanja

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Chubby Series #1 || Kali KeduaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang