SEVEN

2.6K 270 11
                                    

(Namakamu) berdecak sebal, ia merasa bosan jika harus duduk dibangku panjang taman untuk menunggu Iqbaal. Bel pulang sekolah sudah berbunyi 30 menit yang lalu itu berarti hampir setengah jam lamanya ia menunggu Iqbaal karena kegiatan OSIS yang harus dilaksanakan.

Matanya terus melirik jam tangan biru muda yang melingkar indah ditangannya yang menunjukkan pukul setengah lima sore. Bibirnya bawahnya ia gigit sambil sesekali mengumpat Iqbaal. Sekolahan yang terlihat ramai kini berubah sepi. Dan sunyi.

"Bang Iqbaal, kemana sih kamu?" gumam (Namakamu) matanya menatap langit yang mulai gelap karena mendung.

"mendung.."

"DORR!!"

(Namakamu) terkejut hingga hampir jatuh. Menatap tajam siapa yang membuatnya terkejut yang menunjukkan cengiran tanpa dosanya.

"Abang!!" Iqbaal tertawa melihat ekspresi menggemaskan (Namakamu) lalu mengacak gemash rambut (Namakamu) membuat (Namakamu) kesal dan mengerucutkan bibirnya. Iqbaal kembali tertawa lalu mencubit pipi (Namakamu) gemash.

"Abang! sakit tau!!" ucap (Namakamu) terus menyingkirkan tangan Iqbaal.

Tes!

"Yahh abang sih lama hujan kan jadinya" Iqbaal segera menarik lembut tangan (Namakamu) untuk berteduh.

Bres!!

"Hujannya deras bang.." Iqbaal mengangguk sambil menatap lebatnya hujan.

(Namakamu) tersenyum tangan kanannya ia letakkan dibawah tetesan air hujan yang menetes dari atap hingga penuh lalu mulai melemparkan tepat di wajah Iqbaal. Iqbaal terkejut seperti mendapat lemparan keras berupa air, (Namakamu) yang melihat ekspresi Iqbaal tertawa.

"Oh mau main-main sama abang? ayo siapa takut" Iqbaal ikut menampung air ditangannya lalu mulai melemparkan kepada (Namakamu).

"Abang!! basahhh.." ucap (Namakamu) kesal.

"Itu pembalasan dari abang" Ucap Iqbaal terkekeh terus melemparkan air ke muka (Namakamu) dan gadis itu melakukan hal yang sama seperti yang Iqbaal lakukan.

Karna kewalahan dengan lemparan air dari Iqbaal ia menyerah lalu berlari menerobos derasnya hujan hingga ke tengah taman, Iqbaal tersenyum ikut berlari mengejar (Namakamu.

"Abang tangkep yaa?"

"Coba aja kalo bisa" Ucap (Namakamu) tertawa puas berlari menghindar dari tangkapan Iqbaal.

Hap!

Iqbaal berhasil menangkap (Namakamu) yang kini meronta lalu menggendong hingga keatas ala penari ballet lalu memutar kan tubuh gadis itu. (Namakamu) tertawa lalu merentangkan kedua tangannya menikmati hujan yang membasahi tubuhnya serta menikmati kebersamaanya dengan Iqbaal. (Namakamu) merasa bahagia.

"Berat kayak gajah.."

"Abang!! emang udah pernah gendong gajah?!"

"Udah.."

"Kapan??"

"Kamu kan gajah!"

"Abang!!"

**

(Namakamu) tersenyum menyenderkan kepalanya pada punggung Iqbaal serta tangan yang melingkar di perut Iqbaal, hujan belum juga reda tetapi mereka memaksakan untuk pulang karena sudah terlanjur basah akibat bermain hujan.

"Kamu suka hujan?" Tanya Iqbaal melirik spion sambil tersenyum membayangkan bahagianya (Namakamu) saat menikmati hujan.

"Suka.." balas (Namakamu) mempererat pelukannya dan itu bisa dirasakan Iqbaal. Bibir (Namakamu) bergetar karena kedinginan.

BANG IQBAAL, I LOVE YOU!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang