TWENTY-FIVE

2.8K 347 63
                                    

(Namakamu) menangis dalam pelukan Salsha semuanya benar-benar menyakitkan. Iqbaal mengangapnya telah tiada bahkan lelaki itu tak percaya bahwa (Namakamu) Zalleta adik Iqbaal adalah dirinya. Bahkan Iqbaal terang-terangan menyatakan cintanya yang saat itu juga menyatakan bahwa Iqbaal membencinya sangat membencinya hanya karna ia memakai kalung yang pernah diberikan Iqbaal kepadanya.

"Udahh jangan nangis mungkin dia emang gak terima tentang adiknya yang pergi lo harus maklumin gue yakin Iqbaal cuman emosi aja tadi dia itu cinta sama lo lebih dari seorang adik" ucap Salsha terus mengusap lembut punggung (Namakamu) menenangkan gadis itu jujur saja ia benar-benar sedih jika melihat (Namakamu) seperti ini.

"Tapi gue masih hidup kapan dia sadar dan mengakui kalo gue adiknya yang manja!" teriak (Namakamu) dalam tangisnya ini pertama kalinya (Namakamu) melihat Iqbaal semarah ini ia bisa melihat bagaimana urat Iqbaal terlihat mata Iqbaal yang tajam seolah membunuhnya dan ucapan Iqbaal yang membuat hatinya sakit.

"Lo harus sabar mungkin dia butuh waktu"

"Sakit Sha.."


**

Rike menghela nafas panjang memijat kepalanya yang pening menatap putranya yang menunduk.

"Bunda gak tau jalan pikiran kamu baal kamu keterlaluan nggak seharusnya kamu membentak (Namakamu) seperti itu" lirih Rike menggelengkan kepalanya.

"Aku gak suka ada yang ngaku-ngaku sebagai adikku. Bagiku (Namakamu) itu sudah meninggal bunda" Rike menggeleng ia benar-benar pusing bagaimana ingatan Iqbaal mengatakan bahwa (Namakamu) yang jelas-jelas masih hidup sudah tiada?

"(Namakamu) memang adikmu dia masih hidup" Iqbaal menatap Rike dingin memberi tatapan yang mengatakan gadis itu bukan adiknya, baginya (Namakamu) sudah tiada dan yang ada pada gadis itu hanya kemiripan saja.

"Tolong percaya bunda baal" ucap Rike mengeluarkan air matanya ia menangis sampai kapan Iqbaal akan sembuh dari hilang ingatannya itu.

Iqbaal memalingkan wajahnya lalu bangkit dan neninggalkan Rike yang menangis sesegukan.

"Dia bukan (Namakamu) adikku! aku membenci gadis itu"


**

(Namakamu) menundukkan kepalanya berjalan di lorong kampus yang masih sepi matanya terasa berat akibat menangis semalam hidungnya memerah bibirnya pucat rambutnya berantakan, sangat kacau!

(Namakamu) mendongakan kepalanya terdiam menatap apa yang ada dihadapannya Iqbaal yang kini menatapnya dingin segera memalingkan wajahnya saat melihat gadis itu. (Namakamu) menundukkan kepalanya rasanya ia ingin menangis sekarang. Iqbaal berjalan melewatinya tanpa peduli kehadirannya (Namakamu) meremas bajunya air matanya mengalir dadanya sesak. Apa Iqbaal benar-benar membencinya? kenapa? apa salahnya?

Salsha yang ada dibelakang (Namakamu) menghela nafas ia bingung harus melakukan apa untuk sahabatnya. Perlahan Salsha menghampiri (Namakamu) lalu memeluknya erat agar gadis itu berhenti menangis sungguh! hatinya sangat sakit bila melihat gadis itu menangis.

"Jangan nangis lagi" ucap Salsha lalu membawa (Namakamu) kedalam kelas.

"Sha apa gue terlalu buruk?" Salsha menggelengkan kepalanya tersenyum lalu mengusap air mata (Namakamu) serta menarik bibir gadis itu agar membentuk senyuman.

"Begini lebih baik lo terlihat manis jika seperti ini" ucap Salsha membuat (Namakamu) tersenyum tipis setidaknya ia perlu bersyukur disaat ia butuh tumpuan Salshalah yang selalu ada untuknya. Bukan lagi Iqbaal.

BANG IQBAAL, I LOVE YOU!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang