EPILOG

3.3K 310 45
                                    

Dengan cepat tangannya membuka tirai yang masih tertutup rapat sehingga cahaya terang karna pagi yang begitu cerah masuk menembus kamar hingga menyentuh wajah gadis yang masih tenang dengan tidurnya tanpa terusik sedikit pun, bibirnya menyunging membentuk senyuman sempurna dibalik wajah tuanya yang masih terlihat cantik menatap gadis yang masih terus memejamkan matanya tanpa enggan untuk membukanya.

"(Namakamu) bangun sayang.." ucapnya menyentuh lembut kepala putrinya yang masih memejamkan matanya.

"Katanya mau wisuda kok belom bangun sih? ayo sayang bangun" ucapnya lagi lebih lembut.

"Nggghhh.." Gadis itu membuka matanya pelan lalu tersenyum manis.

"Pagi bundaa.." sapanya lalu menidurkan kepalanya diatas paha bundanya. Wanita itu tersenyum sambil terus mengusap lembut kepala putrinya, rasanya tenang saat mata hitam itu menatapnya penuh sayang.

"Kamu udah gede udah punya tunangan masih aja manja sama bunda.." ucap bundanya terkekeh.

"Aku mau manja sama bundaa karna setelah menikah nanti pasti aku akan kesulitan untuk melakukan ini" bundanya tersenyum lalu mengecup puncak kepala putrinya membangkitkan tubuh putrinya lalu mengenggam tangan putrinya dan mengecupnya berkali-kali membuat gadis itu mengangkat alisnya karna bingung.

"Apa yang bunda lakukan?" tanyanya polos.

"Bunda pasti akan merindukanmu setelah pernikahanmu nanti" ucap bundanya mencolek hidung putrinya sambil terkekeh.

"Bundaaa pernikahanku masih lama aku masih ingin mengejar cita-citaku dan aku ingin bahagiain bundaa.." ucap (Namakamu) tersenyum lalu mengusap air mata bundanya.

"Jangan menangis bunda aku berjanji padamu aku akan sering berkunjung setelah aku menikah nanti. Aku menyanyangimu bunda.." ucapnya memeluk bundanya erat.

"Sudahh, bersiaplah kamu akan terlambat ke tempat wisuda jika menceritakan tentang pernikahanmu" ucap bundanya melepas pelukannya lalu bangkit meninggalkan putrinya yang masih terduduk diatas kasur.

"Bunda yang baik" gumamnya lalu turun dari kasur melangkah ke balkon menarik nafas panjang dan menghembuskan merentangkan tangannya sambil tersenyum.

"Pagi bang Iqbaal.." sapanya saat menatap langit yang begitu cerahnya ia bisa merasakan kehadiran Iqbaal, angin bertiup membuat rambut yang tergerai berantakan serta hangatnya sinar pagi ini.

"Kamu ingin memeluk rupanya?" gumamnya memeluk tubuhnya sendiri.

"(NAMAKAMU) BERSIAPLAH INI SUDAH SIANG!"

**

Tak hentinya ia menatap dirinya pada cermin wajahnya begitu cantik dengan make up khas wisuda tubuhnya terbalut kebaya panjang berwarna merah maroon serta sepatu yang senada.

Matanya terus menatap bola mata hitamnya tangannya mengusap mata itu pelan.

"Apa kamu tau bang mengapa aku senang bercermin?" tanyanya entah pada siapa.

Lalu tersenyum begitu manisnya.

"Aku seperti melihatmu, sedang menatapku" ucapnya terkekeh.

Lalu tangannya turun menempel dadanya merasakan degup jantung yang berdetak kencang.

"Apakah ini yang kamu rasakan ketika bersamaku bang? menyenangkan sekali jika aku bisa mendengar degup jantungmu yang kencang. Apa kamu malu jika aku mendengarnya?" tanyanya lagi entah pada siapa.

BANG IQBAAL, I LOVE YOU!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang