SIXTEEN

2.2K 324 19
                                    

(Namakamu) berlari menuju lorong kampus yang sudah terlihat sepi karna ia sudah terlambat 5 menit.

"Bego banget sih lo (Nam..) bisa telat gini mana dosennya galak lagi" gumamnya terus berlari.

(Namakamu) menghentikan langkahnya saat ia melihat seseorang yang sangat ia kenal tak jauh dari tempat ia berhenti.

"Ambil perhatiannya dan buat dia jatuh cinta" (Namakamu) mengangguk saat perkataan Salsha semalam terdengar kembali ditelinganya itu membuatnya yakin bahwa Iqbaal akan kembali mengenalnya tak apa jika bukan sebagai adik menjadi teman saja sudah senang sekali baginya apalagi sebagai kekasih karna ia ingin dikenal oleh Iqbaal kembali.

"Bang Iqbaal!" panggil (Namakamu) dengan nafas terengah-engah karna berlari, Iqbaal menoleh menatap gadis yang tercengir. Iqbaal benci gadis gila itu apalagi cengiran tanpa dosa itu.

"Berhenti memanggilku bang Iqbaal aku bukan abangmu" ucapnya dingin saat (Namakamu) ada dihadapannya tengah mengatur nafas.

"Lalu aku harus memanggilmu apa? kamu inikan lebih tua dariku" jawab (Namakamu) mengangkat alisnya.

"Panggil Iqbaal saja" jawab Iqbaal dingin

(Namakamu) tersenyum lalu mengangguk senang.

"Siapa namamu?" Iqbaal sungguh tak mengenalnya? Oh maka dari itu Iqbaal menanyakan namanya (Namakamu) menghela nafas lalu menatap Iqbaal yang menautkan alisnya.

"(Namakamu) Zalleta" Iqbaal terkejut lalu kembali ke wajah aslinya yang datar. (Namakamu) menaikan alisnya saat Iqbaal memasang ekspresi terkejut. Apakah ada yang salah?

"Kenapa?" tanya (Namakamu).

Iqbaal menggelengkan kepalanya. Memikirkan perkataan bundanya semalam, lalu kembali di tepis nama tidak hanya satu kan?

"Namanya sama dengan adikku" (Namakamu) tersenyum semoga Iqbaal mengingat kalo ia adalah adik kecilnya yang manja.

"Tapi sudah meninggal" Senyum lebar seketika luntur. Apa katanya? meninggal! hey Iqbaal!! aku ini masih hidup buktinya sekarang aku disini berdiri dihadapanmu. Menyebalkan!

(Namakamu) mangut-mangut walau dalam hatinya mengumpat Iqbaal 'Dasar abang laknat, masih hidup dibilang mati mau doain gue kali yak'

"Aku ikut berduka cita" Iqbaal tersenyum lalu mengangguk.

"Terimakasih.." Lalu Iqbaal melanjutkan langkahnya.

"Bang! eh Iqbaal!" Iqbaal menoleh lalu mengangkat alisnya.

"Mau kemana?"

"Perpus" jawab Iqbaal lembut, entahlah mengapa sikapnya mendadak berubah setelah berbicara dengan (Namakamu) ini aneh baginya (Namakamu) tidak asing tetapi ia benar-benar tak mengenal gadis itu. Dan hatinya merasa tak masalah jika berbicara dengan gadis itu tidak seperti kemarin waktu pertama bertemu. Padahal ia selalu dingin terhadap cewek bahkan ia tak memiliki teman atau kekasih. Dan dengan gadis disampingnya ia bisa bersikap lembut. Aneh!

"Boleh aku ikut?" tanya (Namakamu). Iqbaal melirik jam di tangannya.

"Bukannya kelasmu sudah masuk sejak tadi?"

"Aku akan membolos" Iqbaal diam lalu mengangguk.

"Dasar gadis nakal.."


**

Sejak tadi (Namakamu) tidak membaca buku yang menurutnya sangat membosankan matanya sesekali melirik Iqbaal yang serius membaca buku. Ah! Iqbaal selalu tampan setiap saat.

BANG IQBAAL, I LOVE YOU!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang