3

26.6K 810 2
                                    


  Geraldo Hanse Collins sangat menyayangi cucu perempuan satu satu nya-Sabrina Carolline Collins-cucunya itu sangat mirip dengan mendiang isterinya-Carolline Collins- begitu mirip hingga sulit membedakan, sama hal nya seperti kunci duplikat.

Sabrina memiliki kulit berwarna putih cerah, surai sebahu yang hitam legam, bibir ranum yang tipis, manik mata hazelnya yang terpancar ketika ia menatap lawan biacaranya. Sama percis seperti mendiang sang isteri, hanya saja Sabrina memiliki tahi lalat di pelipis kanan yang terlihat begitu manis.

Mr.Geraldo tidak akan membiarkan Sabrina tersakiti barang secuil pun, sabrina adalah hidupnya, cucunya yang ia banggakan diantara cucu lelaki yang ia miliki.

Sabrina mulai hidup mandiri sejak ia duduk di bangku Senior high school dua setengah tahun lalu, tinggal di Apartemen yang luas di kalangan elite dengan fasilitas serba mewah dan canggih.

Itu semua di berikan karena bentuk kepedulian
Mr. Geraldo terhadap Cucu tercintanya-Sabrina.

Sabrina adalah gadis paling beruntung di dunia ini,  karena perilaku dan didikan berbeda dari Mr. Geraldo itu mengundang rasa iri dengki dari para sepupu laki laki nya.

Itu mengapa Mr. Geraldo membuatkan sistem keamanan khusus di Apartemen cucunya, meski ia harus mengeluarkan banyak dollar itu semua tidak ada bandingannya. Cucunya begitu berharga.

Setiap akhir pekan ia selalu meluangkan waktu bersama cucunya itu sekaligus memantau semua kegiatan apa saja yang berkaitan dengan cucunya.

Seperti di malam akhir pekan ini. Ia melakukan tugas rutin memutar rekaman CCTV yang ia pasang tersembunyi di semua sudut ruangan dari hari senin hingga hari ini.

Mr. Geraldo sedikit was was ketika Sabrina sedang duduk bersandar di sofa lalu tak lama ia beranjak dan melihat seorang gadis membuntuti langkahnya.

Mr. Geraldo meneliti bahkan menzoom wajah gadis yang sedang berbincang bersama Sabrina di ruang tengah. Ia seperti tak asing melihat wajah gadis itu, apakah gadis itu adalah teman baru cucunya?

Semua yang ia lihat di dalam layar tidak ada keanehan, semuanya aman. Mr.Geraldo merasa lega. Tapi, ketika ia melirik rekaman CCTV di area dapur, mr.Geraldo tersentak ada seorang pria di dalam Apartemen ini.

Dengan langkah lebar Mr. Geraldo menuju arah dapur, rasa kekhawatiran merayap di dasar rongga dadanya. Ia tidak tau siapa pria itu, apakah pria itu kekasih Sabrina?

Tepat berada di permukaan pintu ia melihat jelas pergerakan pria itu yang sedang menghimpit tubuh mungil cucunya-Sabrina- yang nampak ketakutan.

"Kakek!!" Sebutnya ketika menyadari Mr.Geraldo berada di ambang pintu memperhatikan keduanya.

Pria yang menghimpit tubuh sabrina membalik arah dan melihat seperti arah pandang Sabrina. Andrei nyaris melotot, Mengapa Mr.Geraldo berada di Apartemen gadis ini. Dan apa pula dengan sebutan 'Kakek' yang keluar dari bibir manis Sabrina, itu mengundang sedikit pertanyaan.

Andrei tentu tau siapa Geraldo Hanse Collins. Lelaki paruh baya yang sangat di segani di dalam kalangan dunia pembisnis, beliau juga orang terkaya no 1 didunia. Tidak mungkin dirinya tak mengenal rupa beliau, pesaing bisnisnya.

"Kakek ini ti-tidak seperti yang kau lihat--"ucap Sabrina gelagapan ketika berhasil mendorong bahu Andrei menjauh.

Mr. Geraldo berdehem dan mendengus halus."Wah sepertinya makan malam sudah siap"katanya lalu menarik kursi yang menimbulkan decitan dari gesekan kursi kayu dengan lantai.

Sabrina berdiri mematung melihat reaksi kakeknya.

"Apa kalian hanya akan berdiri disana?"Tanya Mr. Geraldo menatap keduanya.

Keduanya langsung menarik kursi yang berseberangan dengan Mr. Geraldo.

×××××

"Kau tidak akan menawarkan tamu kita makan, sabrina?" Ujar Mr.Geraldo sambil menekan kata 'tamu kita' pada cucunya.


Sabrina melirik Andrei yang duduk di sebelahnya nampak tenang dan kemana sifat bak raja menyebalkan tadi, dia sendiri yang mengatakan bahwaTamu adalah raja. Tapi lihatlah sekarang pria ini mendadak diam.

"Dia bisa melakukannya sendiri, kek." Jawabnya. "Lagi pula dia bukanlah tamu ku atau pun tamu kita, hanya saja ada orang yang kebetulan bersikap layaknya seorang raja tersesat disini."katanya melirik kesal melalui sudut matanya pada Andrei.

Andrei berdehem,"Apa kabar Mr. Geraldo Collins,"sapa nya sopan.

Mr. Geraldo menjawab tak kalah ramahnya."Seperti yang anda lihat, Mr. Williams. Aku baik baik saja."

"Oh baguslah,"kata Andrei kemudian melirik Sabrina"Apakah dia cucumu, Mr.Geraldo?"

Mr. Geraldo mengalihkan tatapannya pada sabrina."ya, cucu perempuanku satu satunya."ucapnya mantab.

Andrei terkejut, namun ia segera mengendalikan ekspresi keterkejutanya itu. Ia memang pandai mengendalikan segala eksperinya untuk tetap tenang dan datar. "Owh, aku sedikit terkejut mengingat kau hanya memiliki hampir selusin cucu laki laki" ia terkekeh.

"Kau benar, tapi cucuku yang satu ini tidak akan ku perlihatkan di muka publik dalam kurun waktu yang tak bisa ku tentukan, mengigat banyak musuh yang selalu mengincarku. Bukan begitu Mr. Williams?"

Andrei tertawa hambar,"Apa kau berusaha menyindirku Mr.Geraldo?"desisnya.

Dengan posisi tetap tenang Mr. Geraldo Bicara"Di dunia ini terlalu banyak perbuatan hal kotor agar bisa menjatuhkan derajat seseorang tidak peduli dari dan kepada orang terdekat mu sekalipun."kecam nya.

Andrei berdiri dengan raut wajah masam,"Selamat malam Mr.Geraldo,"tandasnya meninggalkan ruangan itu.

Sabrina bangkit dan menyusul Andrei karena ia teringat sesuatu, Andrei tidak akan bisa keluar dari dalam Apartemen ini tanpa sidik jari darinya.

Dan benar saja pria itu sedang mengumpat kasar saat ia memutar knop pintu yang tidak bisa berfungsi."oh shit!! Ada apa dengan pintu sialan ini!!"

Sabrina menghela lalu mendekati Andrei, "kau tidak akan pernah membukanya sekalipun pintu itu kau rusak,"

Andrei menoleh kesamping." Ya! Kerena pintu ini rusak!"kesal nya.

Sabrina dengan sabar menghadapi makhluk menyebalkan seperti Andrei ini. Dengan pelan pula ia meletakan jari jempolnya di Finger print dan... Clear! Pintu terbuka dengan sendirinya.

"Lihat, pintunya tidaklah rusak. Mr. Tetangga"jelas sabrina sembari mengejek.

Andrei segera melangkah keluar dari Apartemen bak penjara ini, kemudian berdecih."Cih, Pintu macam apa ini?!" Desisnya. "Ah ya,, mari kita tidak bertamu lagi Ms. Tetangga."tandasnya meninggalkan Sabrina yang kala itu tersenyum padanya.

Umpatan umpatan kasar sepanjang menuju Apartementnya terus ia cetuskan. Jika tahu, Andrei tidak akan pernah menginjakkan kaki nya ke sana lagi. Sesungguhnya ia malu dan merasa sedikit kampungan, ingat! Hanya sedikit!

Cklek.

Andrei membuka pintu lalu menutupnya dengan kasar hingga menimbulkan suara debuman yang cukup keras.

Blam!

Clarissa menghampiri sang kakak yang sedang mengacak acak rambutnya seperti orang frustasi."Dari mana saja kau?"tanya nya.

Andrei melirik adiknya kesal, ya, dirinya kesal, ini juga karena Clarissa yang selalu memuji tetangga nya itu. Cih, padahal mereka baru beberapa jam bertemu dan adiknya ini sudah tergila gila dengan sabrina. "Diamlah kau bocah!"cetusnya.

Clarissa hanya melongo tak mengerti mengapa Andrei melirik agak kesal pada dirinya."Kakak, sekarang apa lagi salahku?!"dumelnya.

Andrei tak menampik malah ia pergi menaiki udakan tangga yang terhubung ke lantai atas dimana letak kamarnya.

Tbc.

Mr. TetanggaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang