6

18.9K 649 1
                                    


Clarissa menggerutu kesal, gara-gara perjodohan kakaknya atas inisiatif dari ibunya, siapa lagi jika bukan Clara Williams a.k.a Mrs. Williams. Andrei marah dan meninggalkan dirinya di mansion keluarga mereka.

Gadis berlesung pipit dua itu merasa bosan dan tidak betah jika tinggal di mansion bersama orang tuanya. Ia Merasa terkekang dan terkurung di dalam sebuah sangkar emas.

Perlahan ia melangkah menuruni anak tangga, matanya menelusuri sekitar, apakah sang ibu ada di sana- Di ruang keluarga. Nampaknya, keberuntungan sedang berpihak, mungkin saja ibunya itu sedang istirahat di kamarnya.

Clarissa bersorak dalam hati.

Padahal baru pukul 10 malam, tapi lampu sudah padam. Seperti seekor kucing yang ingin mencuri sepotong ikan, Langkah kakinya sebisa mungkin mengendap agar tidak menimbulkan suara.

Tak!

Serentak lampu di mansion megah itu menyala.

"Mau kemana kau Clarissa?!"suara lantang itu menghentikan aksi Clarissa yang tengah mengendap.

"Mo-mom."gumamnya.

"Kau mau kabur?"tanya Mrs. Williams berkacak pinggang

"Aku ingin pulang,"jawabnya

Mrs. Williams menaikkan sebelah alisnya."Pulang? Pulang kemana, disinilah rumahmu, Clarissa"

Clarissa menggeleng"Tidak mom, Selama wanita itu masih disini, Mansion ini bukan rumahku untuk pulang." Ia menatap penuh kebencian terhadap Adeline, wanita itu memang penipu ulung, ia bahkan sering memergoki wanita itu sedang berkencan dengan pria yang berbeda setiap ia bertemu, dirinya pun tak ambil pusing dan bersikap acuh kala itu.

"Jaga bicaramu Clarie! Biar bagaimanapun Adeline adalah calon kakak iparmu dan dia tengah mengandung calon ponakanmu!"

Clarissa memutar bola matanya"Aku tidak yakin wanita ini tengah mengandung calon ponakanku, bisa saja dia hamil dari benih pria lain."celetuknya.

Adeline merasa dirinya terlempar hingga di paling terpojok Alaska. Dirinya takut kedoknya akan terbongkar, jemarinya perlahan menyentuh pelipis dan keningnya sedikit mengernyit."Mom,"ia meringis tubuhnya hampir limbung. Mrs. Williams panik dengan sigap meraih tangannya, lalu ia tersenyum samar aktingnya kini berhasil mengelabui calon mertuanya ini dari perdebatannya bersama Clarissa yang terus memojokkan dirinya.

"Oh astaga Adeline kau pasti lelah, Ayo aku antar ke kamarmu, sayang."ucap mrs clara cemas.

Clarissa geli sendiri menyaksikan akting Adeline yang menurutnya sangat maksimal, mengapa tidak sekalian saja wanita ini pergi ke hollywood! Dan meraih banyak awards atas actingnya yang wow.. Amazing!

"Dasar wanita ular"desisnya sarkastis.

Clarissa muak berada di mansion ini berlama lama ia meminta supir untuk mengantarkannya ke Apartemen tempat ia tinggal bersama Andrei kakaknya.

×××××

Sabrina sudah berada di Apartemen dengan keadaan utuh tapi tidak dengan potongan-potongan kejadian tadi siang ia merasa ada yang tertinggal dan kosong. Sebastian. Nama itu yang mengisi sebagian dari kekosongannya.

Sebastian. Pemuda itu, ketika mereka pulang bersama tidak banyak bicara seperti biasa, kenapa? Sabrina jadi merasa dirinya lah yang bersalah atas perubahan sikap Sebastian yang kini menjadi dingin terhadapnya. Apa dirinya memang bersalah karena menutup mata dan tak pernah menyadari perasaan tulus dari Sebastian selama ini?

Sebastian orang yang menyenangkan, tampan, baik dan perhatian tak heran jika Sabrina nyaman di dekat pemuda itu. Sebastian sudah ia anggap seorang kakak, mereka berteman sudah lama ketika berusia 5 tahun dan itu sudah sangat lama.. tapi mengapa ia bahkan tak pernah menyadari perasaan cinta dari Sahabatnya-Sebastian.

Mr. TetanggaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang