Andrei terbangun memijat pelipis atasnya, pria itu merasakan pusing yang teramat sakit. Pria itu mendesis sambil mengedarkan pandangan di seluruh ruangan, dirinya baru menyadari jika ia berada di tempat yang agak asing. Tempat ini bukan Apartemen miliknya!
Andrei langsung terlonjak berdiri dari rebahannya dari sofa panjang ruangan itu. Sambil memijat pelipisnya, ingatan kejadian tadi malam berputar di otaknya, potongan potongan saat dirinya mabuk serta mengemudi ugal ugalan di tengah ramainya lalu lintas jalan kota New York dan berakhir menggedor gedor pintu yang ia sendiri yakin Apartemen miliknya.
Tetapi mengapa ia berakhir di tempat yang ia rasa nampak familiar ini?
"Arggghhh"ia mendesis rasa sakit di kepalanya semakin menjalar, ia tidak bisa berfikir jernih. Arlogi yang melingkar di pergelangan tangannya menunjukan angka pukul 02:30 pm yang nyaris saja membuat bola mata pria itu keluar. Shit! Pantas saja kepalanya berdenyut sakit selain karena alkohol ia tidur terlalu lama dan parahnya lagi dirinya tidak pergi bekerja. Tidak dipungkiri bahwasanya dirinyalah sang Ceo di William's property
Andrei bukan orang yang rela membuang buang waktu, baginya waktu adalah uang. Andrei adalah orang yang perfeksionis dan bekerja kompeten, meski begitu itu semua tidak menghilangkan reputasi sang lady killer yang melekat pada dirinya.
Sekali lagi mata dark blue milik Andrei menyelusuri setiap sudut ruangan itu. Semuanya di ruangan itu di dominasi warna rose and white. Sangat feminim, Andrei yakin jika ini sebuah apartemen yang dihuni oleh seorang perempuan!
Apakah tadi malam dirinya melakukan one night stand dengan seorang perempuan yang tidak ia kenal? Lalu dirinya di campakkan seperti saat ini.
Andrei harus segera keluar dari tempat ini. Mau di taruh dimana wajahnya jika pemikiran konyolnya barusan benar benar hal nyata. Seumur hidupnya ia tidak pernah di campakan oleh wanita manapun.
Pria itu mengupat kasar ketika pintu ber cat putih gading itu terkunci dari dalam. Berkali kali ia menggedor pintu tersebut, nihil. Pintu itu terlalu kokoh di bangun.
Andrei mengutuk pintu manapun di dunia ini. Ia telah mendapatkan musuh baru sebuah benda mati yakni pintu. Sialan! Pria itu nampaknya baru menyadari sesuatu.
Bodoh, runtuknya. Hanya ada satu pintu seperti ini yang pernah ia temui seumur hidupnya.
"Sabrina"gumamnya.Pria itu tersadar seratus persen, pantas saja ruangan tempatnya berpijak kini nampak tak asing. Bagai mana bisa dirinya berakhir di tempat yang tak akan pernah ia pijaki lagi bersama sumpahnya.
Pikiranya mulai melayang jauh.. apakah dirinya menghabiskan malam dengan gadis ralat bocah itu? Tuhan semoga saja itu tidak terjadi. Lantas dimanakah bocah itu sekarang.
clear! Good Afternoon miss Collins!
×××××
Disinilah mereka sekarang, tepatnya di ruang makan sabrina.
Manik biru itu terus saja menyorot tajam setiap pergerakan gadis itu, bahkan tak berminat mengalihkan pandangan sedetikpun dari gadis yang kini tengah menyiapkan makan siang mereka berdua.
"Berhenti menatapku seperti itu, makanlah!" Sentak gadis yang masih mengenakan seragam sekolahnya meletakan sepiring pasta di meja dihadapannya.
Andrei melirik tanpa minat pada sepiring pasta yang ada di depannya seolah meremehkan. "Aku tidak memakan makanan cepat saji seperti ini."katanya."Sangat tidak sehat" sambungnya.
Sabrina tersenyum kecil lalu menarik kembali sepiring pasta yang telah ia buat setulus hati."terimakasih atas penolakannya aku jadi tidak kehabisan bahan makanan kalau begitu." Lalu ia duduk di kursi yang berseberangan dengan pria itu sambil menyantap masakannya.
Sabrina tadinya tak berniat makan siang karena ia sudah makan siang bersama teman temannya di sekolah. Ia hanya membuat sepiring pasta khusus untuk pria ini, tanpa mencicipi masakannya terlebih dulu pria itu menolak dengan remehnya.
Sabrina terkaget ketika ia baru saja membuka pintu apartemennya dan mendapati pria itu dengan wajah sangar mengetatkan rahanganya menatap padanya, Lalu pria itu memberondong pertanyaan bagaimana dirinya bisa disini? Apa yang terjadi? Dan masih banyak lagi! Sabrina tak menanggapi pertanyaan pria itu dan memilih menyiapkan makanan dan malah menyuruh pria itu duduk menunggunya.
Sabrina mengerti jika pria itu belum makan dan entah kapan pria itu baru bangun dan tersadar bahwa pria itu berada di Apartemen miliknya. Dengan kemurahan hati, sabrina menyiapkan pasta yang menurutnya simple untuk mengganjal perut Andrei.. tapi dia menolak.
Andrei diam. Sejujurnya ia lapar terlebih aroma pasta itu sangat menyengat ke indera penciumannya yang peka, melihat Sabrina makan dengan lahapnya membuat perutnya bergejolak, cacing di dalam perutnya sudah berdemo kelaparan.
Menyingkirkan rasa malunya Andrei menarik kembali sepiring pasta yang sebagian sudah di lahap oleh sabrina, membuat gadis cantik itu tersentak dan melongo mengingat penolakan pria itu yang tidak mau memakan masakan instan darinya. "Hei itu makanan ku!"
"Setidaknya kau tawarkan tamu mu ingin makan apa? Bukannya menyediakan masakan cepat saji seperti ini." Ujar Andrei tanpa rasa jijik memakan pasta itu menggunakan sendok dan garpu bekas sabrina.
Wait.. sendok bekasnya? Itu artinya secara tidak langsung mereka...Berciuman!
Sabrina langsung menyeruput sendok dari tangan Andrei membuat laki laki itu mengeram."What are you doing?"
Tanpa kata sabrina langsung mengganti sendoknya dengan yang yang baru.
Andrei paham dan dirinya pun juga baru menyadari hal itu, tapi tak masalah menurutnya selagi gadis ini tak memiliki riwayat penyakit menular.
"Kau malu aku makan dengan sendok bekas mu heuh?"goda Andrei.
Sabrina mendelik tapi tak menyangkal jika dirinya memang malu karena hal yang di ucapkan pria ini barusan.
"Bukan begitu.. aku pikir kau pasti akan jijik." Jawab Sabrina.
"Katakan dari segi mana nya yang membuat ku seperti itu?"
Sabrina kian tidak nyaman di desak seperti ini, "lupakan, aku permisi dulu" ia berdiri meninggalkan Andrei bermaksud mengganti seragam di kamarnya.
Andrei terkekeh melihat rona malu di wajah sabrina yang cantik
Sabrina turun ke lantai bawah lebih tepatnya dapur setelah mengganti seragam sekolahnya dengan sweater berwarna peach yang di padukan hot pants sebatas pahanya.
Andrei yang kini duduk bersandar di sofa sambil menonton acara talk show di televisi, sebenarnya ia tidak terlalu fokus pada apa yang di siarkan tapi ia menikmatinya.
"Kau tidak mau pulang mr.?"tanya sabrina dengan orange juice di tangannya.
Andrei menarik sebelah alisnya keatas."Kau mengusirku?"desisnya.
Sabrina menggeleng."Kau salah paham, apa kau tidak kasihan dengan Clarissa? Dia pasti mengkhawatirkan mu."ucapnya lalu mengambil posisi duduk senyaman mungkin dan berjauhan dari pria itu."Barusaja Clarissa menghubungiku."sambungnya.
Andrei tidak tertarik tentang kekhawatiran Clarissa pada dirinya, otaknya hanya ingin tau apa yang terjadi semalam antara gadis ini dan Apartemennya.
"Apa yang terjadi semalam?"
Tbc
Jangan lupa 🌟Vote Comment💬 yang banyak.. biar semangat ngetiknya😁
Min, 26 mei 2019
KAMU SEDANG MEMBACA
Mr. Tetangga
RomanceSabrina Caroline Collins (17) bertetangga dengan seorang pria tampan, kaya, namun juga menyebalkan. Andrei Maxwell Williams (27) sangat kesal ketika mendengar cerita dari adik perempuannya yang selalu memuji kebaikan tetangganya itu. Dan ia penasara...