16

12.4K 586 32
                                    

Ekhem.😃

  Sabrina sedang kalut, menimbang-nimbang keputusan apa seharusnya ia harus datang?

Ia melirik gitar yang terpajang rapi di salah sudut kamarnya. Gitar putih kesayangannya, apakah ia rela membagi orang lain untuk menyentuhnya? Benda itu terlalu berharga untuk dirinya.

Menghembuskan nafas berat akhirnya ia pun memang harus datang membawa serta gitar tersayangnya, karena dirinya memang sudah berjanji. Dirinya bukan tipe orang yang melanggar janji selagi ia mampu.

Disini ia sekarang, di depan pintu bercat kayu apartemen milik tetangganya. Lama ia berdiri, sambil merapalkan beberapa do'a lengannya terayun mengetuk permukaan pintu tersebut. Tuhan.. tolong jangan pria itu! Kumohon...

Semoga keputusannya benar dengan datang ke tempat penangkaran anjing.

Kreekk ...

Pintu itu bergeser, detik itu pula ia menahan nafasnya sebentar, detik berikutnya bibirnya membentuk lengkungan senyum manis secerah mentari.
 

☘☘☘


Clarissa sedang memberikan sentuhan terakhir pada cheesecake yang di buatnya susah payah hari ini, padahal dirinya baru belajar membuat cake beberapa hari lalu and now.. lihatlah Cheesecake buatannya yang lebih cocok di sebut dengan setumpukan tepung beku dan keju parut. Dari bentuk Sangatlah terlihat aneh.

Well, bagaimana rasanya? Sedikit jari telunjuknya mencolek pinggiran cake tersebut kemudian mencicipinya. "Enak," komentarnya, Bukankah makanan buatan sendiri memang selalu nikmat meskipun rasanya buruk bukan?

Tok.. tok.. tok..

Clarissa panik, pasti Sabrina tetangga cantiknya itu yang mengetuk.

Kakinya menderap pelan menuju pintu. Dan segera menggeser pintu tersebut.

Hal pertama yang dilihatnya; seorang gadis berambut hitam panjang berponi pendek bersama sebuah gitar putih di dalam dekapannya. Terlihat begitu manis dan imut.

"Manisnya.." gumamnya dirinya tanpa sadar.

Gadis yang tak lain adalah sabrina,"Hai," katanya.

Sedikit Sabrina mengintip ke dalam Apartement yang sama sekali belum ia pijaki itu, mencari keberadaan seseorang?

"Masuklah, aku sangat senang kau datang!"seru Clarissa.

Sabrina mengangguk, mengekori gadis usia 15 tahun itu pelan. Langkah demi langkah Clarissa membawanya menuju ruang tamu, perasaannya masih was-was ketika ia telah mendaratkan bokongnya di sofa empuk berwarna hitam. Gitarnya, ia letakan pula di sampingnya.

Sedangkan gadis si tuan rumah itu sedang mengambil minuman dan camilan di dapur. "Aku sudah membuat cake khusus untuk mu, semoga kau suka." Ucap Clarissa diiringi cengiran dan binar harap di matanya.

Melihat itu, sabrina tersenyum. Hemm.. dari bentuknya mungkin terlihat buruk, tapi  seperti kata orang-orang  jangan menilai buku dari sampulnya saja. Meski itu terlihat buruk belum tentu menghasilkan sesuatu yang buruk pula.

Sabrina menyuap potongan cake tersebut menggunakan sendok kedalam mulutnya, mengecap setiap rasa yang terpadu.  Matanya membulat, mulutnya terbuka, sendoknya terjatuh menghempas permukaan lantai.

Sementara si tuan rumah memandangnya penuh harap, berharap cake buatannya enak? Sabrina Jadi tidak tega jika mengatakan sejujurnya.

Sabrina berdehem."Begini, Clarie. . Sebelumnya maafkan aku, bagaimana jika aku mengajarimu membuat Cake."ucap nya merasa tidak nyaman.

Mr. TetanggaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang