Mohon maaf, tadi kesalahan teknis. Ini part yang lengkapnya.
310 Buat chapter berikutnya.Ia berdiri di depan pintu apartemennya dengan jantung yang berdebar kencang, gugup kah? Tentu saja.
Sejenak menarik nafas guna menetralkan kegugupannya ini, ketika jemarinya dengan terampil di letakkan pada finger print saat itu pula pintu yang entah di dalamnya sudah ada orang menunggu atau tidak, maka ia harus melewatinya. Dan ia sangat gugup.
Sunyi dan gelap menyapa, apakah tidak ada orang? Mungkinkah kakeknya tidak berniat menemui nya? Sejumlah pertanyaan terus berkecamuk di pikirannya.
Kalaupun tak ada mr. Geraldo... Maka ia akan memekik girang! Yeah, setidaknya. Dan detik kemudian ia berhasil melepaskan kelegaannya dan memekik kesenangan bahkan bersyukur karena tuhan telah berpihak padanya.
TAK!
Sunyi dan gelap berubah menjadi penerangan cahaya dan terganti oleh menipisnya atmosfer di sekitar lenyap seketika.
"Apa yang membuatmu begitu kegirangan?"
Oh malang sekali, ia harus menghadapi kakeknya seorang diri tanpa Andrei pria yang telah membuat kekacauan ini, bahkan tuhan pun nampaknya enggan untuk berpihak padanya.
Kakeknya duduk bersedekap gagah di ruang tengah dan mungkin agak lama menanti kepulangannya di sana?
"Duduklah, disini."kata kakeknya membuyarkan, dia menepuk sofa yang ada di sebelahnya.
Gerakan pelan menuntunnya berhasil mendaratkan bokong nya di sofa empuk seperti kemauan mr. Geraldo.
Detik-detik hanya ada kekosongan dan bunyi deru nafas kakeknya dan Sabrina hanya bisa menunduk serta meremas gaunnya.
"Kakek, im sorry..."lirihnya, Mr. Geraldo menatap cucunya dan lengannya terulur menyentuh bahu Sabrina agar menatapnya.
"Oh tidak jangan menangis, kau tau apa yang paling aku benci."
Sabrina tak henti seugukan menangis, ketika ia mengingat apa yang paling kakeknya benci; Kebohongan dan air mata. Beliau sangat membenci dua hal itu dan Sabrina berhasil menciptakan dua hal tersebut. Tapi kebohongan apa yang telah Sabrina perbuat?
Sabrina mendongak menghapus kasar kristal bening yang keluar dari sudut mata di pipinya.
"Aku tidak akan membohongimu lagi, kek."ia segera memeluk kakeknya.
Mr. Geraldo mengernyit,"kebohongan apa maksudmu, cucuku?"
Sabrina melongo tak percaya, seriously? Beliau pura pura tidak tau atau lupa?
Hei, bahkan kakeknya pernah bilang, tak ada kata berpacaran sebelum ia lulus sekolah dan ia telah berjanji akan hal tersebut, so... Yang artinya ia telah ingkar dan berbohong itu sebabnya dirinya minta maaf.
Mr. Geraldo tersenyum, mengusap pangkal kepala gadis kecilnya ini."Kakek bangga kau telah tumbuh menjadi gadis dewasa yang mementingkan orang lain ketimbang dirimu sendiri, nak."
Sabrina terperangah"Kau tidak marah?"tanya nya hati hati.
Senyum Mr. Gerlado sangat tulus dan hangat siapa pun yang melihatnya. Beliau merentangkan tangannya dan Sabrina segera menghambur ke pelukan kakek nya.
"Maaf membuatmu menderita, nak."mereka kembali ke duduknya masing masing."Dan tolong jangan membenciku."
"Apa yang kakek katakan, aku tidak akan pernah membencimu, kau yang terbaik!"
•••••
M
entari mulai menampakkan dirinya melalui celah tirai kamarnya, dan saat itu kewajiban nya sebagai manusia di mulai.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mr. Tetangga
RomanceSabrina Caroline Collins (17) bertetangga dengan seorang pria tampan, kaya, namun juga menyebalkan. Andrei Maxwell Williams (27) sangat kesal ketika mendengar cerita dari adik perempuannya yang selalu memuji kebaikan tetangganya itu. Dan ia penasara...