13

14.1K 628 20
                                    

Koreksi kalo ada typo

Happy reading...

Sabrina menjejaki koridor Apartemennya setelah sebelumnya, Sebastian berbaik hati mengantarkan dirinya pulang.

Ia menghempaskan tubuhnya di queen size, dengan nyaman. Ia teringat apakah tetangganya itu benar-benar menjemputnya atau tidak, dirinya berdoa semoga tidak demikian. Bahkan sungguh berterimakasih pada sahabatnya , dan dengan begitu dirinya bisa menghindar dari Andrei tetangga laknat yang telah lancang mengambil ciuman petamanya!

Bicara tentang ciuman pertamanya, Sabrina semakin kesal mengingat kejadian menjijikan sekaligus memuakan pagi itu, terlebih melihat tampang tak bersalah dari pria yang sudah mengambil ciuman pertamanya!

Flash back.

Sabrina terus memandang kearah luar dimana jalanan kota yang terlihat ramai oleh lalu lalang kendaraan dan para pejalan kaki. Bahkan gadis berseragam sekolah ini pun melupakan keberadaan seseorang yang kini tengah mengemudi di sebelahnya.

"Apa di luar terlalu menarik huh?"

Sabrina menoleh, oh sial dirinya memang melupakan keberadaan tetangganya ini. Dan sialnya lagi pria ini yang mengantarnya kesekolah. Dan semua karena kecerobohan nya sendiri.

"Emm.. ya kurasa."jawabnya lalu menatap lurus kedepan.

Andrei Menepikan mobilnya di jalan membuat gadis itu mengernyit lalu menatap pria itu heran.

Sabrina menahan nafasnya saat pria itu mengikis jarak hingga ujung hidung mancung mereka bersentuhan, kontan saja dirinya memundurkan kepalanya hingga membentur badan mobil.

Andrei menyeringai melihat reaksi ketakutan gadis yang berada sangat dekat dengan dirinya bahkan sangat dekat tak hingga ia merasa gadis itu sedang menahan nafasnya, gugup."A-apa yang akan kau lakukan."ucap gadis itu kerakutan.

Andrei menahan tawanya. Seperti biasa dirinya mampu mengendalikan segala ekspresi wajahnya dan tetap mempertahankan wajah dingin, datar dan tak tersentuh."Menurutmu..?"ucapnya pelan tapi terdengar menggoda di telinga gadis tersebut.

Shit. Sabrina mulai berfikiran aneh dan merasa bulu kunduknya meremang. Baru akan memaki pria itu satu suara menyentaknya.

Andrei meneguk saliva susah payah saat menatap bibir ranum penuh milik gadis ini. Sungguh menggoda. Batinnya.

TAK!

"Kau tidak keberatan menemaniku sarapan, hem?"ujar pria itu dan kemudian menjauh dari hadapannya, setelah sebelumnya menyentak dirinya dengan suara kaitan seat belt yang ia gunakan.

Setelahnya pria itu turun Sabrina bernafas lega mengusap dadanya.

Cklek.

Kali ini Andrei bersikap layaknya gantelman; membukakan pintu untuk gadisnya dan mengulurkan sebelah tangannya. Ragu, Sabrina pun meraih uluran tangan kekar pria itu. Jemari mungilnya itu kini berada dalam genggaman hangat Andrei yang kini menuntun langkahnya ke sebuah Resto & Cafè ternama yang ada di manhattan.

Sekali lagi pria itu berbuat gantle dengan menarik kursi untuknya. Semakin menguatkan kecurigaannya pada Andrei yang kini bersikap semakin aneh. Padahal sebelum itu mereka selalu berdebat jika ada kesempatan ataupun sengaja.

Ia pun duduk berhadapan dengan pria dewasa ini. Seorang waiters menghampiri mereka-- memberikan buku menu lebih tepatnya lalu mencatat apa saja pesanan mereka."Pesanlah apa yang kau mau."Andrei menyodorkan buku menu pada sabrina.

"Cappuccino, Please. ."ucapnya."Hanya itu?"tanya Andrei sedikit mengernyit, Sabrina menganguk. Waiters itu pun pergi mengambil pesanan mereka, tak lama pesanan mereka tiba di atas meja.

Mr. TetanggaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang