1

57.7K 1.1K 6
                                    

  
Sabrina Caroline Collins. Bicara sambil bersenda gurau bersama teman sebangkunya, Sebastian. Hingga tak terasa bel jam pulang sekolah berbunyi.

Sabrina berjalan mendahului Sebastian yang masih mengemas perkakas belajarnya kedalam tas.

"Sabrina, Tunggu!" Teriak Sebastian dari belakang mencoba mengejar sabrina dan menyamai langkah gadis yang tengah berdiri sambil tersenyum kearahnya.

Tepat kini pemuda yang memanggil namanya itu berdiri di hadapannya sambil membawa selembar kertas putih yang tersodor kearahnya.

"Formulir mu untuk perkemahan akhir pekan."kata Sebastian.

"Terimakasih, Tian. Kau memang sangat perhatian."kekeh Sabrina pasalnya ia lupa untuk meminta kertas formulir pada ketua kelas untuk ikut perkemahan akhir pekan di musim panas ini.

"Tidak masalah, lagi pula ini hal mudah."jawab Sebastian.

Sabirna menghela nafas lega ia tidak ingin selalu menyusahkan temannya disaat ia sedang pikun mendadak seperti tadi.

"Kau pulang dengan siapa? Jika tidak ada yang menjemputmu pulanglah bersamaku, lagi pula apartemen dan jalan menuju rumahmu searah denganku." Tawar Sabrina.

Sebastian menolak, pemuda itu berkata membawa sendiri motornya. Sabrina tersenyum sebagai penutup sebelum ia berjalan menuju area parkir tempat mobil merah kesayangannya tertata rapi di sana.

Sesampainya di Basement Apartemen tempat ia tinggal mandiri sejak ia duduk di bangku Senior high school dua setengah tahun lalu. 

Ia menekan tombol angka 7 di lift.

Sesampainya di lantai 7 di mana letak Apartement miliknya yang di fasilitasi lengkap oleh sang kakek dan teknologi keamanan yang tinggi. Dengan malas Sabrina mensejajarkan letak retina matanya pada alat yang biasa di sebut Retina Scanner

Welcome to back in your house Ms. Sabrina Caroline Collins.

Bertepatan dengan suara robot dari mesin Scanning itu, pintu apartemennya terbuka. Ia langsung merebahkan tubuhnya di singgle sofa ruang tamu, memejamkan matanya rehat sejenak menghilangkan letih.

Belum mencapai alam mimpi, Sabirina tertentak. Pintu Apartemennya di ketuk. Ck siapa kiranya yang bertamu di sore hari seperti ini gerutu Sabrina dalam hati.

Pasalnya, jika itu sang kakek atau sanak keluarganya ia tidak perlu susah payah membuka pintu. Mereka hanya melakukan seperti yang ia lakukan pada retina matanya.

Tanpa mempedulikan layar monitor, Sabrina langsung membuka pintu.

Cklek.

"Ada yang bisa saya bantu?"tanya Sabrina pada seorang gadis Abg hampir sebayanya kira kira usia mereka hanya selisih dua atau tiga tahun saja.

Gadis yang ada di depannya itu tersenyum sambil mengulurkan tangan.
"Hallo kak, Aku Clarissa Williams tetangga baru tepat di sebelah Apartemen kakak."ucapnya girang.

Sabrina membalas uluran tangan gadis yang baru berkenalan dengannya dengan nama Clarissa Williams. "Sabrina Caroline Collins, Nice to meet you!" Sapa Sabrina ramah.

"Kau sangat cantik kak."ucap Clarissa tersenyum kagum.

"Kau juga Clarissa, sebaiknya kita bicara ke dalam saja oke?"tawar Sabrina.

"Bolehkah?"jawab Clarissa polos.

Sabrina mengangguk membenarkan bahkan membuka pintunya lebar lebar.

"Whoaa.. Apartemen kakak bagus sekali."ucap Clarisaa berdecak penuh kekaguman.

Sabrina mempersilakan Clarissa duduk, sementra ia meninggalkan gadis yang sedang menatap kagum seluruh isi Apartemennya ke dapur membuatkan minuman sebagai tuan rumah yang baik tentunya, ia tidak mau di sebut sebagai tetangga pelit.

Mr. TetanggaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang