Setelah hari kemarin, Jungha berpikir lima ribu kali--sekarang ia merasa tidak ingin lagi terlibat dalam masalah cinta. Awalnya dia tidak tahu-menahu perihal hati, tapi kini.. perasaan itu sulit dihapus. Sebesar apapun usaha Jungha untuk menjauh, bahkan melupakan perasaannya--semua itu gagal. Kesekian kalinya Jungha jatuh dan jatuh lagi pada pemilik hati yang sama.
Lamunan gadis Jeon itu buyar seketika, akibat notifikasi dari ponselnya. Dia menatap lekat-lekat layar dengan gambar awan kapas, tampak wajahnya yang mulai melukis ragu setelah melihat nama pengirim pesan itu. Namun hatinya menang kali ini, ia menggeser layar ponselnya dan mencari tahu isi pesan yang dikirimkan tadi.
Soobin🐣
Soobin🐣
Jung, tau bedanya kamu sama angka sembilan?Jungha
Kamu jamkos, Bin?Soobin🐣
Jawab duluuu:(((Jungha
Iya deh
Bedanya kalo aku orang, sembilan itu angka.Soobin🐣
Salah ❌Jungha
??Soobin🐣
Angka sembilan itu nine,
Kalau kamu itu mine.
Read.Jungha menggeletakkan ponselnya sembarang, gadis itu menelungkupkan wajah dalam jaket baby pink miliknya. Beberapa kali Jungha memukul meja pelan secara bergantian lalu menyandar ke kursi seraya menatap langit-langit kelas. Pipinya merah melebihi blush on yang diberikan oleh Nakyung tadi pagi, detik itu juga terasa batinnya ingin berteriak sekeras mungkin--sampai ke kutub utara sekalipun.
"Serem ih, Jungha senyum-senyum sendiri."
Suara berat itu memenuhi indra pendengaran Jungha, ia sudah bisa menebak siapa yang sedang mendekat ke arahnya. "Felix juga senyum ya!"
"Nggak tuh, wlee.." Felix tersenyum tipis seraya menjulurkan lidahnya kemudian duduk di hadapan Jungha--dalam sekejap tergambar wajah datar khasnya.
"Mending senyum aja deh, Lix. Kamu nyeremin kalau datar gitu."
"Sayangnya gue masih waras, Jung."
Jungha mengangguk saja, biar perdebatan yang tidak jelas ini selesai. Bola mata hitamnya menatap sebuah kertas yang digenggam oleh pemuda keturunan Australia itu--ia mengerutkan dahinya.
Felix sadar kalau sedaritadi sahabatnya tersebut sedang menatap kertas putih yang ia bawa sejak tadi, namun dia tak berniat untuk membahas kertasnya. Felix mengambil salah satu pulpen di kotak pensil milik Jungha seraya menulis di telapak tangan pemiliknya.
"Kamu bawa kertas buat apa, Lix?"
"Oh ini.." Felix masih sibuk menggambar chibi anime di telapak tangan gadis tersebut.
"-formulir pendaftaran kuliah di Australia."
Mata Jungha terbelalak lebar. "Jangan bercanda, Felix. Baru kamu hilang tiga bulan terus tahun depan kamu pergi lagi-"
"Gue nggak akan lenyap, Jeon Jungha."
Secemas apapun dia yang akan meninggalkan dunianya, lebih menakutkan jika ia takkan pernah bisa mendekap siapa-siapa lagi, kecuali dirinya sendiri
。・:*:・゚★,。・:*:・゚☆
"Yeon, i love.."
"MEEE!!" Sanha menoleh ke belakangnya, biang rusuh datang ke kelas mereka. Pemuda penggemar sepak bola itu merentangkan kedua lengan seraya berlari ke arah Sanha.
"Haechan ganggu drakor lah."
"Rese banget sih, Chan."
"Lagi seru juga, dasar iklan."
Lima telapak kaki sebelum menghampiri mereka, Haechan diprotes oleh anak gadis kelasnya. Kelimanya bangkit berdiri lalu kembali ke kursi masing-masing, sedangkan Haechan menatap mereka dengan tatapan kesal.
"Yeuuu.. gue kan cuma mau bantuin Sanha buat ngomong, ya gak?"
"Nggak, lu ngacauin confess gue ke bebeb Seoyeon."
Haechan menjitak dahi Sanha. "Konfas konfes, apa pula sok inggris semua?"
Seoyeon menggeleng-geleng melihat keduanya yang berdebat. Dia menatap layar ponselnya seolah menunggu pesan dari seseorang, tentu Haechan yang peka segera meledeknya.
"Cieee diliatin mulu, pacarnya ganti nih?"
"Jangan sok tau deh, Lee Fullsun!"
Gadis berkacamata bulat itu menga-nga, pandangannya menatap lekat layar ponsel yang digenggam--sekali tarik napas, "Oh my god! Soobin mau nembak Yeji di aula?!" pekiknya.
Ia menggeleng tidak percaya akan tampilan notifikasi yang tertera di sana.
Kedua sahabat pemuda yang disebutkan namanya tadi pun sama reaksinya--mereka serempak terkejut dengan ucapan Seoyeon tadi."Hae-"
Brak!
Terdengar hantaman keras di sekitar mereka, hal itu membuat seisi manusia yang ada di kelas menoleh ke sumber suara. Belum sempat melihat siapa yang melakukan--pelakunya langsung melangkahkan kaki gusar. Salah satu dari ketiga remaja itu, Sanha bisa menebak siapa yang telah menggebrak meja tadi, sebab suara itu benar-benar menggema di telinga kirinya.
Choi Bomin, what's your problem?
[ Revisi : 31 Oktober 2019 ]
Author Note (:)
h a p p y h a l l o w e e n 👻
KAMU SEDANG MEMBACA
Between You and Me ✓
FanfictionSemua kata-kata manis yang keluar dari bibirnya, mampu meluluhkan hatiku. Entah untuk memperbaiki keadaan atau hanya sekedar lelucon semata? Kuharap yang sebenarnya tidak seperti ekspektasiku. [ A Sequel of Kos ft TXT ]