Tap!
Tap!
Tap!
"Jungha bangun!"
"Bangun dong, kakakmu yang ganteng ini butuh bantuan."
"Junghaaaaa."
"Jeon Jungha, tidur apa mati sih? Eh astaga kuki.. adek sendiri dibilang gitu."
Jungha menelungkupkan wajahnya ke bantal, sedangkan Jungkook sudah hampir frustasi karena adiknya tak kunjung bangun.
"Jungha, adiknya Kak Jungkook yang baik dan cantik, bantuin kakakmu ini dong."
"Hhhh.. jam berapa sekarang?" Jungha menatap jam beker di samping mejanya, samar-samar ia melihat waktu sekarang.
Jungkook menyalakan ponselnya lalu menunjukkan benda itu di depan pandangan Jungha. "Jam 3, ayo bantuin kakak."
"Hah?" Sekejap mata Jungha terbuka lebar saat mendengar jawaban Jungkook. "-mau ngapain sih, Kak?" tanya Jungha.
"Umm.. itu loh.. itu.."
Lipatan pada dahinya bertambah, Jungha menunggu kalimat selanjutnya.
"itu.."
"Apanya itu?" tanya Jungha. Nyawanya belum terkumpul, maklum baru bangun--apalagi sekarang jam 3 subuh.
"Kakak tadi disuruh masak nasi sama Bunda, tapi nggak ngerti gimana caranya."
"-jadi.. kamu yang masak, ya?"
Dengan wajah tanpa rasa bersalah karena telah membangunkan adiknya di pagi buta, Jungkook menyengir lalu keluar dari kamar Jungha sebelum sang pemilik kamar mengutuk kakaknya berulang-kali.
"Dasar Kak Jungkook! Tinggal minta bunda nanti aja kan bisa."
Dengan langkah yang malas, Jungha menuruni satu per satu anak tangga dan berjalan ke dapur untuk memasak nasi.
Sesuai 'permintaan' kakaknya.
。・:*:・゚★,。・:*:・゚☆
Jam sekolah terasa begitu cepat. Jungha hanya sempat tertidur selama lima belas menit, kemudian bangun lagi karena pekikan ibunya. Kata beliau, Mark sudah menunggu di depan rumah. Ada saja yang menganggu ketenangan Jungha, tidur dengan damai terasa sulit sekali.
Gadis Jeon itu menuruni satu per satu anak tangga sembari menarik zipper tasnya.
"Lama banget kamu, Jung. Kayak mumi kurang tidur."
Jungha merapikan anak rambutnya lalu meneguk segelas susu yang ada di atas meja. "Mumi kan tidur sepanjang hari, Bun," celetuknya setelah menghabiskan segelas susu tersebut.
"Oh iya ya? Bunda lupa."
Mark tersenyum lebar melihat perdebatan anak dan ibu tersebut. "Jungha, Bunda, aku tunggu di luar ya."
"Buru-buru banget, Mark. Mau ketemu pacar, ya?" goda Somin, bundanya Jungha.
Senyumannya berubah canggung, Mark menggeleng sekilas. "Nggak kok, Bun. Mark belum punya pacar," jawab pemuda berdarah Kanada tersebut.
Somin tersenyum jahil, beliau mengalihkan pandangan pada Jungha yang masih sibuk dengan rambutnya. Gadis itu terlihat serius walau sesekali tersenyum tipis di depan cermin.
"Masa sih? Bunda nggak percaya loh. Mark kan ganteng, iya kan, Jung?"
Jungha menoleh dengan mata yang melotot. "Mana ada, Kak Mark itu nyebelin--mendingan Kak Lucas."
Dusta.
Mark itu tampan, juga perhatian. Sebenarnya mustahil jika seorang pemuda seperti Mark masih belum punya pacar, tapi lebih mustahil lagi jika dia belum pernah pacaran.
Aneh tapi nyata, Mark memang belum pernah pacaran. Percaya tidak percaya, gadis yang paling dekat dengannya hanya Jungha.
"Tapi gantengan kakakmu kan, Jung?"
Entah darimana datangnya Jungkook, dia menyela sebelum ibunya menyahut. Wajah bantalnya masih terpapar jelas, sudah pasti Jungkook baru bangun tidur.
"Nah ini, Bun. Kakak nggak bisa masak nasi, Jungha yang jadi korbannya."
Mark menunggu di depan rumah Jungha. Pemuda itu telah menyender pada motornya seraya mengutak-atik benda kecil berbentuk persegi panjang yang digenggam olehnya.
"Loh? Kamu dijadiin apa? Opor? Atau semur?"
Jungkook menyahut, "Niatnya mau jadiin soto, Bun."
Jungha menatap keduanya yang sedang cekikikan karena berhasil membuat gadis itu kesal. Menyebalkan sekali rasanya jika melihat duo cekikikan tersebut.
Dia mengerucutkan bibirnya lalu mengikat tali sepatu di luar rumah.
"Jangan ngambek adikku sayang, nanti kakak yang jemput deh."
Kepala Jungkook tiba-tiba muncul di jendela. Setelah mengucapkan kalimat itu, dia menutup jendelanya dan meninggalkan Jungha yang kesal setengah mati.
Ia menghampiri Mark yang sedang menatapnya. Laki-laki itu tertawa karena ekspresi wajah Jungha yang sangat menggemaskan baginya. Tetapi berbanding balik dengan gadis itu, dia menatapnya datar seraya melewati Mark begitu saja.
"Jungha, mau kemana?" teriak Mark saat gadis itu semakin menjauh dari rumahnya.
Jungha terus berjalan tanpa memperdulikan Mark yang meneriakan namanya berulang-kali.
Dia kesal.
Apalagi emosinya yang naik turun karena tamu bulanan telah datang pagi ini.
Selamat Hari Natal bagi yang merayakannya!
KAMU SEDANG MEMBACA
Between You and Me ✓
FanfictionSemua kata-kata manis yang keluar dari bibirnya, mampu meluluhkan hatiku. Entah untuk memperbaiki keadaan atau hanya sekedar lelucon semata? Kuharap yang sebenarnya tidak seperti ekspektasiku. [ A Sequel of Kos ft TXT ]