"Jung, tunggu bentar."
Taman SMA Baswara, kenangan, dan kita.
Sudah, itu saja siklus kisah mereka. Sekarang Jungha hanya bisa berharap, semoga dirinya tidak akan pernah melukis kenangan lagi dengan pemuda yang memanggilnya baru tadi.
Ia melangkah ke arah laboratorium biologi, seakan tidak peduli dengan pemuda yang masih berusaha untuk menyetarakan langkah kakinya.
"Jungha."
Gadis itu membalikkan tubuhnya. "Apalagi? Kurang jelas yang aku tulis kemarin?" tanya Jungha dengan nada geram.
"Apa yang ngebuat lu kayak gitu sih, Jung? Kita fine aja sebelumnya, kenapa tiba-tiba jadi begini?"
Jungha menghembuskan napasnya kasar. "Kamu nggak perlu tau alasannya, Bin. Memang harusnya kita begitu."
Soobin menatap sendu gadis tersebut, gadis yang biasanya menggemaskan tapi tidak untuk kali ini.
"Nggak, Jungha. Pasti ada yang nggak beres-"
Nakyung menghampiri sahabatnya yang sedang merasa ragu. Ia sempat mendengar perkataan Soobin sebelumnya, tapi belum selesai kalimat yang dilontarkan oleh pemuda tersebut--Nakyung memotong ucapannya.
"Semuanya udah jelas, mending lu pergi dan gak usah ganggu Jungha lagi."
Soobin menghiraukan kata-kata Nakyung, pemuda itu lebih memilih untuk memandang Jungha yang sedang terpaku di tempat.
"Gue selalu anggep lu sahabat, Jung. Apa lu sebenernya nggak nganggep gue gitu juga?"
Bukan gitu, Bin. Ini soal perasaan. batin Jungha. Mungkin kalau semesta bisa mengartikan sorot mata Jungha, akan ada pesan tersirat yang ditujukan kepada pemuda keras kepala tersebut. Sayangnya, semesta lebih mendukung Jungha untuk menyembunyikan perasaannya.
"Tapi lu nggak bersikap kayak seorang sahabat, sadar nggak?"
Nakyung mewakilkan suara Jungha--ia tidak mau sahabatnya tersakiti karena perempuan yang sama. Tungkai Jungha mundur satu langkah ke belakang.
Soobin melirik Jungha sebentar, lalu mengalihkan pandangannya pada Nakyung.
"Gue tau kalau gue sering nyebut Jungha dengan embel-embel sayang tapi letaknya di sini Jungha yang terlalu baper, karena semua yang gue ucapin itu atas dasar sahabat--nggak lebih, Kyung."
Cairan di pelupuk mata Jungha nyaris jatuh, hatinya begitu sesak ketika mendengar pernyataan Soobin. Lalu siapa yang sebenarnya salah di sini? Jungha yang terlalu bawa perasaan atau Soobin yang tidak pernah.. setidaknya memikirkan perasaan Jungha?
。・:*:・゚★,。・:*:・゚☆
"Adek, ada Felix nungguin di bawah!"
"Iya, Bunda. Tunggu sebentar," sahut Jungha dari kamarnya.
Felix tersenyum samar ketika melihat Jungha yang gelagapan di depan pintu kamarnya sendiri.
"Bang Jungkook kemana, Tan?"
"Bunda, Felix." Somin mengoreksi pertanyaan pemuda tersebut.
Felix menyengir. "Iya, Bunda. Bang Jungkook kemana?"
"Belum pulang, mungkin masih kerja di kantor." Felix mengangguk paham.
Jungha menuruni anak tangga satu per satu, pakaian yang ia kenakan sangat apa adanya--piyama tidur serta sendal kartun favorit gadis itu, doraemon. Lagipula hari sudah lewat dari jam sembilan malam, tiba-tiba saja Felix datang ke rumahnya.
"Udah siap?" tanya Felix.
"Emang mau kemana? Bukannya di sini aja?"
Tanpa aba-aba, Felix langsung menarik pergelangan tangan Jungha dan membawanya keluar rumah gadis tersebut. "Bun, Felix pinjem dulu ya anak gadisnya!"
"Sebelum jam sepuluh harus udah dipulangin ya, Lix!"
"Astaga kalian.. udah malem, nggak enak sama tetangga."
Felix meminta Jungha untuk masuk ke dalam mobilnya, entah ia akan mengajak gadis itu kemana. Biasanya Felix akan mengajaknya ke nasi goreng dekat komplek rumah Jungha, atau minimarket sebagai destinasi cadangan.
"Mang, nasi gorengnya dua kayak biasa!"
"Siap den."
Nasi goreng Mang Agah memang sudah terkenal di dekat komplek rumah Jungha, banyak orang yang sering datang tengah malam dibandingkan saat petang.
"Jung, tadi siang kata Chanhee ada yang berantem di deket perpus."
Sebentar.. lokasi laboratorium biologi dua ruangan setelah perpustakaan, ketika siang pun Jungha masih di sana. Tapi kenapa ia tidak menyadari sesuatu?
"Emang siapa yang berantem, Lix?"
"Soobin sama Bomin katanya, gue gak ngerti kenapa mereka berantem--padahal mereka sepupu, kan?"
Ting!
Tiba-tiba ada notifikasi masuk pada aplikasi pesan milik Jungha, ia segera membuka notifikasi tersebut--barangkali dari ibunya.
Jungha mengerutkan dahinya heran.
Soobin 🐣
Soobin 🐣
Jung, kalau ada sesuatu yang bilang nggak-nggak tentang gue.. jangan percaya, ya?
Read.Soobin 🐣
Oh iya, harusnya gue ngejauhin lu ya?Soobin 🐣
Maaf ganggu, gue cuma mau bilang kalau gue akan selalu nganggep lu sahabat.
Sekalipun nantinya kita kayak orang yang nggak pernah kenal."Jung? Lu nangis?"
Felix mengusap cairan bening yang membasahi kedua pipi Jungha. "Eh.. lu kenapa, Jung? Jangan bikin gue khawatir."
"Kita pulang ya, Jung?"
"Lix.. boleh pinjem bahu kamu?"
Tanpa diminta pun.. bahu gue selalu siap buat lu, Jungha.
Hari ini terlalu melelahkan untuk Jungha, segala rintangan dalam hubungannya akan dimulai.
Sejak hari ini juga.
Author Note (:)
Gimana nih? :')
KAMU SEDANG MEMBACA
Between You and Me ✓
Fiksi PenggemarSemua kata-kata manis yang keluar dari bibirnya, mampu meluluhkan hatiku. Entah untuk memperbaiki keadaan atau hanya sekedar lelucon semata? Kuharap yang sebenarnya tidak seperti ekspektasiku. [ A Sequel of Kos ft TXT ]