Dongwook menutup buku yang ada di atas mejanya, "Baik semua, untuk nilai tugas--saya akan ambil per kelompok."
"Saya pilihkan atau pilih sendiri?"
"Bapak yang pilihin!"
"Okay! Kelompok pertama-"
Jungha tetap pada posisi duduk manisnya, dia menunggu kalimat lanjutan yang akan dilontarkan gurunya tersebut.
"Sanha dan Yeji."
Gadis Jeon itu menoleh ke samping kiri, ia melihat Soobin dan Yeji yang sedang bertatap-tatapan. Salah satunya mempoutkan bibir--siapa lagi kalau bukan kekasihnya Yeji?
Yeji berdiri dan mendekati meja Dongwook. "Pak, saya izin ke toilet ya?" izinnya.
Dongwook mengangguk seraya menyebutkan nama-nama murid lain serta kelompoknya. Tapi nama Jungha tak kunjung disebut oleh beliau.
"Ada yang belum disebut?"
Jungha mengangkat tangan kanannya ke udara seraya berkata, "Saya, Pak."
"Berarti Jungha sama Soobin."
Hah--maksudnya?
Jungha menoleh dan mendapati Soobin yang sedang memandangnya dengan tatapan yang sulit diartikan. "Pak-"
"Anak-anak tersayangnya Pak Dongwook, silahkan bentuk kelompok masing-masing sekarang."
Untuk kali ini, pelajaran Dongwook mungkin sudah lengser posisinya--bukan lagi pelajaran favorit Jungha, melainkan pelajaran paling tidak beruntung baginya.
"Yang sabar ya, Jung. Mas Sanha pasti mendoakan yang terbaik kok," ucap teman samping kanannya itu.
Tiba-tiba Soobin bangkit berdiri dan berjalan ke arah meja Sanha. "Tukeran yuk, San?" tawarnya.
"Hih! Nggak ada ya pelajaran prakarya dipake buat bucin-bucinan."
"Ayolah~" pinta Soobin dengan suara imut, sayangnya itu tidak berguna untuk seorang Yoon Sanha.
"No to the way! Maap ya, Jung--bukannya gue gak mau satu kelompok sama lu.. tapi gue mau ngurangin populasi bucin di kelas ini."
"Please ya, San? Nanti gue bantu lu buat jadian sama Seoyeon deh," mohon Soobin padanya.
"Bantu pake apa? Pake doa?" Soobin menunjukkan cengiran khasnya.
Tes.
Ia menengok ke seragam putihnya, darah? batin Jungha.
"Jung, itu hidung lu berdarah!" pekik Sanha, hal itu membuat Soobin itu melihat ke arah Jungha dengan raut wajah khawatir.
"Ini gapapa kok. Udah biasa."
Soobin ikut bersuara, "Tapi itu berdarah, Jung."
Segeralah ia mengambil tisu yang ada didalam tasnya dan mengusap hidungnya yang keluar darah. Selang beberapa waktu darahnya masih belum berhenti, ia memutuskan untuk pergi ke toilet.
"Bagus deh kalau gitu, Soobin nggak perlu deket-deket sama cewek sok polos itu lagi."
Dibalik pintu toilet, Jungha mendengar percakapan beberapa gadis di dalamnya. Samar-samar, ia mengenal suara mereka.
"Kalau lu suka sama Felix, ya kejar lah. Jangan Jungha yang dijadiin alasan, Chaeng."
"Bukan gitu, Ji. Itu cewek diem-diem banyak tingkah tau, sama Kak Mark mau, sama Soobin mau, sama Felix mau."
Dua suara berbeda yang didengarnya dari sana. Mereka menggunakan nama Jungha sebagai topik pembicaraan. Gadis itu meremas kerah seragam miliknya, ia mengusap darah di hidungnya secara kasar.
"You know Chaeng, kan? Let's see-"
Brak!
Jungha membuka pintunya kasar, tentu dengan sengaja ia melakukan hal tersebut. Sekejap mereka berdua panik, bukan hanya kejadian sebelumnya--tapi..
"Jung, hidung lu berdarah!" pekik Yeji.
Jungha menatap keduanya secara bergantian. "Oh ya? Tapi aku nggak peduli."
"See, Hwang Yeji? Dikasih jantung, mintanya hati!" Chaeyoung mengompori Yeji dengan kalimatnya, tapi hal itu tidak berguna untuk gadis tersebut--niatnya tulus untuk membantu Jungha.
"Jungha, gue bantu-"
Plak!
"Gak usah lu pegang temen gue, cewek nggak tau diri!"
Pipi kanan Yeji memerah setelah ditampar oleh Seoyeon, bahkan Jungha tidak tahu darimana asal-usulnya. Mata Chaeyoung terbelalak lebar ketika peristiwa itu terjadi di depan pandangannya, ia tidak menduga hal ini terjadi pada Yeji.
"Lee Seoyeon, lu udah gila ya?!" teriak Chaeyoung.
Jungha pun terkejut ketika Seoyeon menampar Yeji, pergelangan tangan Jungha ditarik oleh sahabatnya itu.
Sebelum itu, Seoyeon membalas teriakannya, "Temen lu yang gila! Urusin sana di rumah sakit jiwa, dasar sinting!"
Dugh!
"Jung, gue kecewa sama lu."
Darah segar terus mengalir dari hidungnya, tapi tak sempat ia memikirkan hal itu.
"-oh gue ngerti sekarang.. ini kan alasannya lu ngejauhin gue? Lu nggak suka sama Yeji, kan? Munafik tau nggak lu?"
Itu Soobin--yang entah darimana arah datangnya dan tiba-tiba mengungkapkan kekecewaannya pada Jungha.
Skenario macam apalagi ini? Tidak cukup kah untuk membuat Jungha mengorbankan perasaannya sendiri? Mengapa semesta menyayanginya dengan cara seperti ini?
。・:*:・゚★,。・:*:・゚☆
"Jung?""Eh, iya?"
"Percaya nggak kalau gue bisa jatuh cinta sama lu?"
"Kita masih sekolah. Belajar dulu yang bener."
"Tapi kalau seandainya iya, gimana dong? Jungha mau tanggung jawab gak?"
"Kok aku?"
"Jungha senyum aja udah nyuri hati gue, gimana jadi pacar? Usus gue yang hilang?"
Author Note (:)
Entah apa yang merasukiku, hingga Alley menulis extra dialog yang super cheesy seperti kejoo.
KAMU SEDANG MEMBACA
Between You and Me ✓
FanfictionSemua kata-kata manis yang keluar dari bibirnya, mampu meluluhkan hatiku. Entah untuk memperbaiki keadaan atau hanya sekedar lelucon semata? Kuharap yang sebenarnya tidak seperti ekspektasiku. [ A Sequel of Kos ft TXT ]