BYM 3

1.8K 213 3
                                    

"Jungha."

Gadis itu berdeham sambil melirik dari sudut matanya, pena biru laut itu tidak lepas dari genggamannya. Sontak panggilan tersebut muncul lagi di indra pendengarannya.

"Jeon Jungha kalau dipanggil sayang, noleh nggak?"

"Nggak."

Tiga kata untuk mendeskripsikan Jungha, lugu tapi menyebalkan. Jika ditanya, semesta saja kesal apalagi manusia di sekitarnya? Saban hari selalu ada kalimat yang diluncurkan dari bibirnya tanpa rasa bersalah--sebab gadis itu telah membuat seisi bumi geram dengannya.

Pemuda yang telah siap dengan perlengkapan futsalnya, segera menghampiri Jungha dan mengacak pucuk rambutnya gemas.

"Jungha, jangan lucu-lucu ya?"

"Kenapa?" Nahkan--siapa coba yang tidak gemas dengan gadis satu ini? Bahkan karena terlalu gemas dengannya, pemuda itu sampai jengkel.

"Soalnya mau gue karungin terus bawa pulang."

Pemuda itu terkekeh seraya menggenggam pergelangan tangan Jungha. Kedua bola mata hitamnya tetap fokus pada catatan yang sedang ia tulis, sedangkan pemuda bertubuh jangkung di hadapan Jungha geram dengan sikapnya yang tidak peka.

"Mau bawa aku ke rumah kamu, Bin?"

Soobin tersenyum tipis. "Jungha mau?"

"Emang boleh sama Yeji?" Senyuman tipis itu runtuh, padahal belum sempat ia mengukir senyuman yang lebih lebar lagi. Jungha yang menyadari Soobin termenung di tempat, disentuhnya menggunakan ujung tutup pena.

"Bin?"

"Eh iya, Jung? Sorry gue ngelamun tadi."

Jungha menghela napas seraya meletakkan penanya sembarang. Ia menarik pergelangan tangannya dari genggaman Soobin--pemuda itu mengganti posisinya, ia menghadap ke luar jendela kelas.

"Jung, kayaknya gue kalah deh."

Jungha mengerutkan dahinya, ia menatap Soobin dengan tatapan tidak mengerti. Ingin bertanya tapi gadis itu lebih memilih untuk menunggu kalimat Soobin selanjutnya.

"-apa gue harus confess ke doi ya? Gue takut ditikung sama si kadal."

"H-Hah? Gimana maksudnya? Kamu kalah sama si kadal? Kadal siapa?"

Soobin mengangguk. "Chanhee lah, siapa lagi?"

Oh, ngomong yang jelas gitu. Kan Jungha jadi bingung.

"Terus gimana? Kamu mau confess?"

Untung Soobin sabar, untung Soobin anak baik, untung Soobin tidak suka berkata kasar. Kadang ia berpikir, kenapa dirinya bisa kenal dengan gadis dengan wujud seperti Jungha--pasalnya Soobin gemas dengan tingkah lugunya. Sampai-sampai ingin dijadikan kekasihnya saja, eh nggak.

"Nope--mau gue karungin juga, Jung."

"Oh, biar aku ada temennya ya?"

Demi matahari yang berbentuk bulat, Soobin membutuhkan karung sekarang. Kegemasannya pada Jungha sudah sampai di titik puncak, fix pengen gue bawa pulang.

。・:*:・゚★,。・:*:・゚

Haechannie

Haechannie
Jung, ke kantin sekarang juga.

Jungha
Ngapain, Chan? Aku males.

Haechannie
Ini darurat, Jung.
Seriusan gue.

Jungha
Kenapa?

Haechannie
Nakyung berantem sama Yeji.

Jungha menutup layar ponselnya dan memasukkan benda kecil berbentuk persegi panjang tersebut ke dalam saku bajunya. Dia membereskan alat tulisnya secepat mungkin, setelah itu lari ke kantin untuk memastikan apa yang terjadi pada sahabatnya itu.

Kantin ramai dikerumuni siswa-siswi SMA Baswara, beberapa dari mereka sudah menahan kedua pelaku agar tidak bertengkar lagi. Sorot mata mereka sama-sama penuh amarah, bahkan napasnya juga memburu.

Jungha lari menerobos keramaian, ia memegang lengan Nakyung. Tapi gadis Lee itu menghiraukan kehadiran Jungha, dia menatap Yeji--lalu kembali bersuara.

"Soobin udah lo rebut dari Jungha, terus sekarang Chanhee juga? Nggak sekalian semua cowok di sekolah ini lo ambil?"

"Udah, Nakyung."

Jungha menarik lengannya, tapi Nakyung bersikeras untuk tetap di sana. Dirinya tidak puas dengan tingkah Yeji yang seperti itu--padahal Jungha tidak masalah jika gadis pemilik lengkungan mata sabit itu dekat dengan Soobin, namun Nakyung membawa-bawa namanya ke dalam pertengkaran itu.

"Dasar perebut pacar orang!"

"Nakyung!"

Di waktu yang tepat, Chanhee dan kawanan Soobin datang ke kantin. Chanhee menarik lengan Nakyung secara kasar, sedangkan Jungha mundur ke belakang saat Shuhua menarik pergelangan tangannya.

Kantin yang seharusnya dipakai sebagai tempat istirahat--tapi tidak untuk hari ini, tempat itu benar-benar menjadi pusat perhatian seisi wilayah di bawah.

"Kita putus bukan karena Yeji--harusnya lu tau itu, Nakyung."

Nakyung berdecih seraya memutar bola matanya malas. "Akal-akalan lu aja, kan? Tinggal bilang aja sih kalau prioritas lu udah ganti, selesai."

"Kita udah pernah ngomongin ini, Kyung."

"Tapi dia nggak tau diri, Chanhee!"

Soobin mengusap kedua pipi Yeji--gadis itu menunduk seraya meneteskan air matanya ketika Nakyung berteriak seakan dirinya sangat hina. Nyatanya memang tidak seperti yang dikatakan oleh Nakyung, tapi kata-kata tersebut menyayat hatinya.

"It's okay," bisiknya tepat di pendengaran Yeji.

Di tengah keramaian itu, tidak ada seorangpun menyadari akan seorang gadis yang mengalirkan air matanya lebih deras. Keadaan yang hancur melihat sahabatnya bertengkar, dan dia--

yang memang seharusnya tidak ia harapkan dari awal.

"Jung, jangan nangis--gue disini."

Suara berat itu terdengar pekat di telinga Jungha, suara yang ia rindukan setelah sekian lama menghilang dari muka bumi.

Suara milik Lee Felix, dia kembali.

Suara milik Lee Felix, dia kembali

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

[ Revisi : 27 Oktober 2019 ]

Kang Chanhee as Chanhee

Lee Felix as Felix

Between You and Me ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang