BYM 13

997 107 3
                                    

Cklek!

"Bin, kamu gak apa-"

Ah, malang sekali nasib Jungha. Lagi-lagi harus menghadapi pemandangan yang paling menyesakkan dadanya.

"Maaf-"

"Jungha, jangan keluar."

Suara Soobin menggema di gendang telinganya. Dia bilang jangan keluar? Terus apa gunanya aku di sini? Jadi nyamuk?

Sebanyak-banyaknya persen tidak peduli Jungha kepada pemuda tersebut, tetap saja gadis Jeon itu memiliki hati nurani. Dimana dia masih bisa merasakan khawatir terhadap mantan sahabatnya itu.

Seketika Yeji meletakkan mangkuk kecil di atas nakas, lalu beranjak keluar dari ruangan tersebut. Terakhir kali Jungha melihat raut wajahnya, seperti tidak ada yang terjadi. Padahal Jungha yakin betul jika dia terpaksa melakukannya. Jungha juga yakin jika sebenarnya Yeji tidak rela membiarkan kekasihnya berduaan dengan orang lain--apalagi seorang perempuan.

Iya, Jungha yakin akan semuanya.

"Soobin.. kamu baik-baik aja?"

Perlahan Jungha mendekat ke kasur yang sedang ditempati oleh Soobin. Gadis itu menatapnya penuh khawatir.

"Maunya nggak baik-baik aja nih?"

"Bukan begitu, Bin.. aku gak enak sama Yeji. Nanti kalo ada apa-apa, pasti aku yang kena."

Soobin menarik kedua sudut bibirnya, membentuk senyuman yang selalu menjadi titik lemah seorang Jeon Jungha. "Jungha baik-baik aja nggak?" tanya Soobin.

Jungha menyeritkan dahinya, jelas ia bingung. "Kok jadi aku, Bin?"

"Buat mastiin kalo Jungha gak sepenuhnya marah sama gue, gara-gara yang kemaren."

Jungha terpaku di tempatnya. Kalimat itu.. sejujurnya masih menancap di dalam hati Jungha.

Gue tau kalau gue sering nyebut Jungha dengan embel-embel sayang tapi letaknya di sini Jungha yang terlalu baper, karena semua yang gue ucapin itu atas dasar sahabat--nggak lebih.

Bulir-bulir bening mulai menumpuk di kantung mata gadis itu. Rasa sakit yang sempat dia rasakan, kembali lagi di detik ini. Fondasi kuat serta dinding yang telah ia bangun, sekejap runtuh begitu saja.

"Jungha?" Soobin memastikan jika jiwa gadis itu masih di sana.

Cepat-cepat Jungha menghapus air matanya dengan ibu jari lalu tersenyum menatap Soobin, seakan dia baik-baik saja.

"Jangan marah ya? Gue ngomong berdasarkan fakta yang gue rasain kok."

Jungha tahu jika Soobin tidak sepenuhnya bersalah terhadap ucapan 'blak-blakkan'nya waktu itu, sebab sebaris kalimat yang dikatakan oleh Soobin ada benarnya juga.

Jungha terlalu baper.

Tapi kalau dipertanyakan lagi, apa ada gadis yang biasa saja ketika diperlakukan secara berlebih? Apa tidak ada sedikitpun yang mencurigakan? Jika jawabannya ya, maka Jungha merasa dia pun tidak sepenuhnya salah.

Perasaan tercipta dalam diri masing-masing. Datang tanpa diundang, dan menyiksa tanpa disadari. Semesta juga tidak salah, karena ialah wadah dari perasaan-perasaan itu. Walaupun terbuka untuk menerima, dunia tidak memiliki hak apa-apa untuk mencampuri perasaan seseorang.

Jungha mengangguk pelan, dia mengerti bahwa Soobin sedang berusaha membangkitkan harapannya lagi.

Namun tidak--Jungha tidak akan jatuh ke lubang yang sama untuk kedua kalinya.

Between You and Me ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang