Rabu terakhir di Bulan September. Suara sirine kapal motor kepolisian menggema di pagi yang cerah, seakan tidak mau kalah dengan suara deburan ombak. Pun angin laut yang berhembus ke darat. Belasan pasang mata tertuju pada tumpukkan bebatuan dekat menara suar. Suasana sepi yang biasanya menghiasi sekitar menara suar pada setiap harinya tak tampak di hari ini.
Menara suar tersebut berada di sebuah pulau kecil di antara gugusan pulau. Jaraknya tidak terlalu jauh dari negara dengan bandara tersibuk di Asia Tenggara - Singapura. Di sisi barat pulau terdapat banyak pepohonan dan semak-semak nan rimbun. Beberapa pohon kelapa tumbuh tinggi menjulang. Beberapa di antaranya terdapat nyiur yang mulai menguning. Sesekali angin berhembus, nyiur melambai seakan menyapa nelayan yang singgah ke pulau tersebut dengan rasa penasaran.
Beberapa polisi bergegas turun dari kapal motor dan memasang police line untuk membatasi pergerakan orang-orang. Sebagian bergegas menuju tumpukan bebatuan. Tampak seorang pria bersandar tak bernyawa dengan darah yang telah mengering di lehernya.
Polisi mulai menyelidiki jasad pria yang diperkirakan berusia 30 tahun itu. Terlihat lubang pada lehernya, yang mengindikasikan bahwa korban tewas tertembus peluru. Pakaiannya masih rapih, lengkap dengan jas berdasi. Namun, polisi tidak berhasil menemukan petunjuk dan identitas korban. Akhirnya, kepolisian memutuskan membawa jasad pria misterius tersebut ke laboratorium forensik untuk diotopsi.
Hari semakin larut, namun aktivitas di kantor polisi masih belum surut. Seorang laki-laki dengan pakaian putih seperti dokter berjalan cepat menuju suatu ruangan dengan membawa setumpuk berkas. Sesampainya di ruangan yang ia tuju, ia mengetuk pintu. Lalu sesaat kemudian seseorang di dalam ruangan mempersilahkan ia untuk masuk.
"Silahkan masuk!" Sahut seseorang dari dalam ruangan.
Ia membuka pintu. Tampak laki-laki berbadan besar seperti binaragawan memakai baju kepolisian berwarna abu-abu. Atribut di salah satu lengannya menunjukkan bahwa pangkatnya adalah salah satu Perwira Kepolisian. Pada dada sebelah kanan tertulis nama Abraham. Tampak ia sangat sibuk di meja kerjanya. Mr. Abraham mempersilahkannya untuk duduk. "Ah, Dokter Rio. Silahkan duduk.".
Dokter Rio adalah dokter yang bertugas mengotopsi jenazah. Usianya masih cukup muda, 28 tahun. Wajahnya cukup tampan dengan kaca mata berbentuk persegi panjang kecil. Kulitnya putih seperti tidak pernah terpapar panas matahari.
"Mr. Abraham, kami telah berhasil mengetahui penyebab kematian korban. Dugaan kuat, korban tewas tertembak oleh senjata laras panjang berjenis Artic Warfare Super Magnum. Itu dibuktikan dari proyektil yang tersisa di leher korban. Peluru yang ditembakkan berjenis .388 Lapua Magnum yang berdiameter 8,6 mm. Diperkirakan sudut tembak 70 derajat. Untuk jarak tembak, kami belum bisa memastikan karena kami belum tahu pasti di mana korban di bunuh. Namun diperkirakan, jarak tembak cukup jauh dan tempat menembak cukup tinggi. Oh iya, ini berkas-berkas pemeriksanannya."
"Kerja yang bagus, Dok. Kira-kira pukul berapa korban tewas?"
"Korban diperkirakan tewas 8 jam sebelum ditemukan. Berarti sekitar pukul 9 atau 10 malam."
"Ada ciri-ciri khusus?"
"Tidak ada.". Dokter Rio menggelengkan kepalanya sebagai ekspresi dari jawabannya.
"Baiklah, kita akan membuat tim khusus untuk memecahkan kasus ini. Besok kita akan melakukan kembali olah TKP dan melakukan penyelidikan kembali terhadap jasad korban. Saya akan menghubungi Galilea, Dokter Haris, dan Mr. Andrew untuk bergabung. Sepertinya saya juga memerlukan bantuan Detektif Hasan, jika perlu Detektif Kim. Setelah itu, coba kau periksa ulang jasad korban. Selidiki, apakah ada sesuatu yang mencurigakan pada korban!"
"Siap!" Rio beranjak dari tempat duduknya lalu memberi hormat sebelum akhirnya balik kanan meninggalkan ruangan. Di benaknya, ia berpikir, sepertinya kasus yang akan ia kerjakan cukup besar sehingga Mr. Abraham memutuskan untuk memanggil salah satu dari lima detektif hebat di dunia.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Codes
ActionJasad tanpa identitas ditemukan terbujur kaku di sebuah pulau kecil dengan lubang di lehernya. Pakaiannya masih rapih, lengkap dengan jas berdasi. Jasad tersebut membawa petunjuk yang harus dipecahkan Mr. Abraham bersama dua detektif hebatnya yakni...