Nitro-gliserin yang disisipkan Kim pada dronenya bereaksi ketika terjadi tumbukan yang keras. Drone itu meledak menewaskan orang yang menghancurkannya. Sementara itu di Attrium Apartemen, Geng Venom bersiap menghadapi pengepungan.
Mario menghampiri rekannya yang tewas karena ledakan drone. Ia memungut senapan M16 yang hancur karena popornya digunakan untuk memukul drone kumbang tersebut. Ia membantingnya ke lantai.
"Bedebah! Jika ini mau kalian, maka akan aku beri kalian perang sesungguhnya!" Mario pergi meninggalkan ruangan tersebut diikuti lima orang anak buahnya.
"Apa yang terjadi, Tuan?"
"Polisi. Mereka tahu markas kita. Dalam waktu dekat ini, pasti mereka akan menyerbu kita. Kita persiapkan segalanya. Senjata, perangkap, dan strategi. Kita akan sulit pergi dari sini. Kecuali terowongan bawah tanah yang akan menghubungkan kita langsung dengan pelabuhan."
"Kita bagi tugas. Jonah, kau urus persenjataan. Bekali semua orang disini dengan senjata dan peringatkan yang lainnya untuk waspada. Marta, Timothy, kalian siapkan kejutan bagi bedebah-bedebah itu. Sementara Lukas, kau pastikan terowongan bawah tanah aman. Lakukan sekarang juga. Cepat!" Mario dan keempat anak buahnya berpencar. Mereka melaksanakan tugas yang telah diberikan. Sementara Mario menghubungi Mr. Chang untuk memberitahukan kabar genting yang mereka hadapi.
Di bawah Attrium Apartement terdapat terowongan bawah tanah yang terhubung langsung dengan sebuah pelabuhan kecil. Tidak ada yang menyangka bahwa Geng Venom memiliki senapan otomatis dan persenjataan yang cukup lengkap. Setiap anggota Geng Venom kini memegang senjata, membuat warga sipil yang juga menghuni Apartemen tersebut berhamburan keluar --ketakutan. Beberapa disandera sebagai tameng mereka agar polisi melunak dan mau bernegosiasi.
Mario segera menghubungi Mr. Chang. Ia menjelaskan situasi terkini di markasnya dan menyarankan agar Mr. Chang tidak datang.
"Bagaimana bisa? Kalian bodoh!"
"Maafkan kami, Tuan Chang. Kami lengah. Pasti sekelompok orang sudah mengetahui markas kita sehingga kita dimata-matai."
"Cari tahu apa yang sebenarnya terjadi. Pengiriman itu tidak boleh gagal, dan jangan lupa carikan aku rute yang aman untuk tiba di sana."
"Tidak mungkin, Tuan. Tidak aman. Semua bandara mungkin telah mem-blacklistmu. Begitu pun pelabuhan. Biar aku yang pastikan barang tersebut aman dan sampai di tujuan."
"Jika barang itu tidak sampai, aku sendiri yang akan meledakkan kepalamu, Mario!" Mr. Chang mengakhiri pembicaraannya.
"Putar arah, Pak! Kita kembali ke Vietnam!"
"Apa? Kita hampir saja sampai di perairan Natuna dan kau meminta kita kembali ke Vietnam?"
"Jangan banyak tanya, atau kepalamu juga akan aku ledakkan!" Mr. Chang mengacungkan pistolnya mengancam sang nahkoda.
"Aye aye, Captain!" Nahkoda memutar arah kapal. Sebuah kapal pesiar pribadi yang sangat mewah milik Mr. Chang.
-o0o-
Sementara itu di pihak Hasan...
"Kita ketahuan! Hubungi markas pusat! Kita kepung mereka hari ini juga!" Kim mengambil keputusan untuk menyerang hari ini juga. Sangat mendadak.
Informasi tersebut cepat diterima. Markas pusat segera mengirimkan pasukannya untuk mengepung Attrium Apartemen. Tiga truk pengangkut militer melaju cepat di jalan pusat kota. Mr. Abraham, Hasan, dan Rangga ikut dalam penyerbuan. Polisi yang sedang berpatroli ikut membantu mengamankan lokasi hingga radius 1 kilometer. Mario dan anak buahnya tidak bisa lari kali ini.
Sembari menunggu, Hasan meluncurkan kembali satu drone-nya. Ia mengawasi kembali situasi di lantai enam. Kebetulan sekali, ia menemukan Mario bersama lima orang yang mengikutinya. Tampak di layar laptop, mereka berpencar. Mario berhenti di tempatnya mengambil handphone dari sakunya. Sepertinya ia akan menghubungi seseorang. Kini Hasan meyakini 100 persen bahwa Mario dan Mr. Chang-lah dalang dari Light House Case.
"Teman-teman, adakah pelabuhan atau bandara di dekat sini?" Hasan bertanya pada rekan-rekannya.
"Ada sebuah pelabuhan kecil. Jaraknya sekitar 200 meter dari sini." Salah seorang rekan Hasan menjawab.
"Mereka pasti menyelundupkan senjata dan barang haram itu lewat sana. Cari tahu bagaimana cara mereka melakukannya. Periksa jalur darat dan kemungkinan terowongan bawah tanah di sekitar pelabuhan."
"Siap, Pak." Mereka segera bergegas menuju pelabuhan, menyisakan Hasan dan salah seorang lainnya.
Sementara di markas besar, regu penyerang telah dipersiapkan. Kini kekuatan mereka 37 personil yang dipimpin oleh seorang anggota militer berpangkat Kolonel. Dua dari mereka adalah penembak jitu. Kolonel berbadan tegak dengan postur tubuh yang besar, berpakaian militer, lengkap dengan rompi anti peluru. Tangannya memegang senjata otomatis berpelontar granat. Ia meminpin briefing sebelum pengepungan.
"Semuanya! Tegak grak!" Suara lantang Kolonel menyiapkan pasukan. Pasukan berbaris dan siap mendengar arahan Sang Kolonel.
Perang dimulai...
KAMU SEDANG MEMBACA
The Codes
ActionJasad tanpa identitas ditemukan terbujur kaku di sebuah pulau kecil dengan lubang di lehernya. Pakaiannya masih rapih, lengkap dengan jas berdasi. Jasad tersebut membawa petunjuk yang harus dipecahkan Mr. Abraham bersama dua detektif hebatnya yakni...