Beberapa saat yang lalu di kantin sebelum keberangakatan...
Kim dan Hasan istirahat sejenak setelah kode kedua berhasil dipecahkan. Sebelum berangkat ke Malaysia, Hasan makan terlebih dahulu bersama Kim. Mereka berdua terlihat sedang menikmati mie instant.
"Oh iya, Hasan. Ayah saya juga seorang detektif. Sama seperti kita." Kim membuka pembicaraan.
"Benarkah? Lalu bagaimana ayah anda sekarang? Apa yang saat ini dilakukannya?" tanya Hasan penasaran.
"Dia sudah meninggal saat saya berumur 15 tahun. Dibunuh." Kim tertunduk, ia berhenti melahap mie instantnya. Hasan penasaran dengan kelanjutan cerita masa kecil Kim. Ia menyimak dengan serius. Sementara Kim melanjutkan ceritanya.
"Saat itu Ibu, Ayah, dan adik saya yang saat itu berusia lima tahun sedang berbincang hangat di rumah. Tiba-tiba seseorang datang bertamu. Ibu membukakan pintu. Orang itu bilang ingin bertemu Ayah. Ibu mempersilahkannya masuk. Ketika ayah menemuinya, orang itu menembak Ayah, Ibu, serta adik saya. Saya berlari menuju kamar. Di sana ada pintu rahasia menuju ke ruang bawah tanah. Saya berlari menelusuri ruang itu hingga tiba di suatu tempat, entah di mana. Saya ketakutan. Hanya menangis yang bisa Kim kecil lakukan. Hingga seseorang menemukan saya dan mengasuh saya."
"Saya turut berduka, Kim." Hasan turut bersedih setelah mendengar cerita masa kecil Kim.
Kim melanjutkan. "Pembunuhnya hingga kini belum tertangkap. Namanya Chang. Seorang bandar narkoba dengan Geng Venomnya. Sejak itu saya bertekad menangkapnya. Di Jepang ada sekolah khusus detektif. Di sana, saya dilatih memecahkan teka-teki yang amat sulit dan juga dibekali kemampuan meretas komputer. Terkadang saya berpikir, apakah saya akan bernasib sama seperti ayah saya?"
Mendengar kalimat bernada pesimis dari Kim, Hasan pun terkekeh. "Hei, santai saja bung! Semua pekerjaan itu beresiko bukan? Lagi pula Ayah anda pasti bangga dengan semua yang anda capai. Anda dikenal sebagai salah satu detektif terhebat di dunia saat ini, itu prestasi yang luar biasa!"
Kim tertawa hingga giginya yang putih tertata rapih itu terlihat. Ia melihat jam tangannya. "Sepertinya sebentar lagi anda harus berangkat, Hasan."
"Anda benar, Kim." Kim segera mengabisi mie instantnya setelah itu ia berangkat ke Malaysia bersama Rangga untuk melakukan investigasi di sana.
-o0o-
Kim memulai pekerjaannya membantu Mr. Andrew memulihkan dan mengamankan server yang telah diretas. Beberapa data bisa dikembalikan karena memiliki backup, sementara beberapa lainnya hilang tak bisa dikembalikan.
Menjelang malam, Mr. Abraham telah mendapatkan laporan bahwa tim yang bertugas di Kuala Lumpur tersebut berhasil mendapatkan sebuah petunjuk. Kabar ini sampai ke telinga Kim. Ia sangat senang mendengarnya. Sebentar lagi ia pun selesai dengan tugasnya.
Waktu menunjukkan pukul 23:30 waktu setempat. Atau 00:30 waktu Malaysia. Kim telah berhasil melacak identitas dan lokasi peretas server kepolisian. Informasi tersebut ia dapatkan dari email yang Mario kirim ke pelaku peretasan beberapa jam yang lalu. Sejak email Mario berhasil diretas, Kim tidak berhenti memantau aktivitas email Mario bahkan saat memulihkan server sekalipun. Kim memiliki insting yang sangat kuat. Ia menduga Mario memiliki hubungan dengan peretas tersebut. Peretas tersebut diketahui bernama Brian. Sebelumnya Mario mengirimkan email kepada Brian bahwa dirinya belum aman dari kejaran polisi. Mario sangat ceroboh sekali.
Lalu Kim membajak email Mario dengan mengirimkan lampiran gambar wanita cantik disertai tulisan 'Wanita ini akan menemani malammu' kepada Brian dengan maksud bercanda. Namun gambar tersebut adalah gambar palsu yang merupakan backdoor atau virus yang tidak terdeteksi oleh antivirus komputer. Kim membuat virus tersebut saat berada di Jepang. Brian menerima email tersebut lalu tanpa curiga mendownload dan membuka gambar tersebut, karena ia menganggap bahwa gambar tersebut dikirim oleh Mario. Seketika itu juga virus berjalan di komputernya dan memberikan Kim lokasi terkini dari Brian. Brian berada di Singapura. Sedangkan lokasi terakhir Mario sangat mudah terdeteksi. Pada history login email tertulis alamat IP terakhir yang ia gunakan untuk mengakses email.
"Kena kalian, bedebah!" Kim menyeringai.
Kim segera melaporkan penemuan tersebut kepada Mr. Abraham. Mr. Abraham dengan sigap memerintahkan anak buahnya untuk melakukan pengejaran terhadap Mario di Surabaya. Lalu ia bekerja sama dengan Kepolisian Singapura untuk melakukan penangkapan terhadap Brian. Tak lama kemudian, Mario berhasil diringkus tanpa perlawanan. Berita tersebut tersiar hingga ke Singapura dan beberapa negara tetangga lainnya. Namun nahas, Brian tewas karena melakukan perlawanan saat akan ditangkap. Hal tersebut membuat kepolisian kesulitan untuk mendapat keterangan lebih lanjut tentang Kasus Light House.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Codes
ActionJasad tanpa identitas ditemukan terbujur kaku di sebuah pulau kecil dengan lubang di lehernya. Pakaiannya masih rapih, lengkap dengan jas berdasi. Jasad tersebut membawa petunjuk yang harus dipecahkan Mr. Abraham bersama dua detektif hebatnya yakni...