Hasan masih sibuk dengan dronenya. Kini ia melihat masalah yang lebih serius. Dari dronenya ia melihat bahwa Geng Venom menyandera beberapa warga sipil. Selain itu ia juga khawatir dengan nasib Kim. Rekaman tersebut ditampilkan juga di layar kantor pusat kepolisian. Kini mereka harus mengambil keputusan yang sulit. Tetap menyerang dengan nyawa warga sipil menjadi taruhannya, atau melepaskan Geng Venom dengan berharap mereka melepaskan tawanannya.
"Bagaimana Mr. Abraham, saya melihat banyak sekali warga sipil yang disandera." Hasan menghubungi Mr. Abraham di kantor pusat dengan telepon satelit.
Mr. Abraham tidak menjawab. Ia terdiam seribu bahasa, mencari keputusan yang terbaik yang akan ia ambil. Matanya menatap tajam ke layar lebar di hadapannya yang menampilkan tawanan. Wajahnya tampak tegang bercampur masam, menandakan bahwa ia sangat gusar.
Sementara itu 37 personel pasukan tempur sudah siap untuk diterjunkan kapan pun. Mereka hanya menunggu komando. Tim ini terbagi menjadi dua regu, yakni tim kobra dan anaconda. Setiap tim terdiri dari 18 pasukan. Sisanya yakni Sang Kolonel mengatur strategi di balik layar.
Sementara Hasan masih menunggu dengan tegang apa keputusan selanjutnya yang akan diambil. Ia fokus mengintai dengan dronenya. Kali ini ia melakukannya dengan sangat hati-hati. Tiba-tiba radionya berbunyi.
"Detektif Hasan, masuk".
"Di sini Hasan, ganti" Hasan menjawab.
"Kami menemukan sebuah pelabuhan mencurigakan dengan pengamanan yang ketat. Bahkan kami kesulitan untuk melakukan penyelidikan di sini. Namun kami sudah berhasil mengisolasi pelabuhan ini karena didapati menyimpan banyak senjata api. Kami juga menemukan sebuah terowongan yang diduga menuju ke Attrium Apartemen."
"Astaga, baiklah. Saya akan meminta pengamanan radius 5 km dari Attrium Apartemen dan pelabuhan".
Hasan menghubungi markas pusat untuk meminta pengamanan radius 5 km dari Attrium Apartemen. Semua warga sipil yang masuk dalam radius tersebut dievakuasi dan jalanan pun diblokir. Hanya butuh waktu satu jam, semua itu bisa dilaksanakan. Tiba-tiba Mr. Abraham menghubungi Hasan.
"Hasan, berapa drone lagi yang anda punya?"
"Masih ada empat buah" Hasan menjawab.
"Penyergapan akan tetap dilakukan, tapi, saya butuh drone itu dan beberapa orang lagi untuk mengoperasikannya. Saya akan mencari beberapa orang yang handal mengendalikan drone tersebut. Nanti akan saya kabari lagi" Mr. Abraham menjelaskan maksud dan tujuannya.
"Dimengerti" Hasan sepertinya memahami apa yang diinginkan Mr. Abraham. Ia kembali mengendalikan dronenya.
Mr. Abraham kan melakukan teknik gerilya dengan memanfaatkan drone tersebut untuk mengetahui di mana lokasi musuh dan situasi di dalam Attrium Apartemen. Hal ini harus dilakukan mengingat Geng Venom memiliki sandera. Jikalau saja tidak ada sandera di sana, mudah bagi Mr. Abraham membuat mereka tidak berkutik dalam hitungan menit.
Sementara itu, Kim sadar dari pingsannya. Seperti biasa, di hadapannya ada algojo yang selalu siap untuk menyiksanya.
"Hei, Kau sudah sadar rupanya" Algojo itu menjambak rambut Kim hingga yang tadinya Kim berlutut kini terangkat karena kuatnya jambakan sang algojo.
"Aku tahu kau mampu meretas apapun. Sekarang aku mau kau retas saluran televisi, dan berbicaralah kepada teman-temanmu yang bodoh itu untuk berhenti dan membiarkan kami bebas atau..." Algojo itu mengarahkan wajah Kim ke monitor CCTV kemudian ia melanjutkan, "Orang-orang tak berdosa itu akan kehilangan nyawanya!"
Kim terbelalak, ia tak mampu lagi berkata-kata. Algojo itu melepaskan satu persatu rantai yang membelenggu Kim lalu menggiringnya ke sebuah kursi lengkap dengan meja dan sebuah laptop. Algojo itu menodongkan pistol ke kepala Kim. Sekali saja Kim memberontak, pistol tersebut akan meledakkan kepalanya. Kim yang tidak kuat lagi berjalan, hanya bisa menuruti perkataan algojo itu sembari merangkak menuju kursi tempat ia akan menjalankan aksinya.
-o0o-
Tim kobra dan tim anaconda telah diberangkatkan. Pengamanan diperketat dan suasana pun semakin tegang. Mr. Abraham telah tiba di lokasi pengintaian. Kini ia bersama Hasan dan beberapa pengendali drone telah siap untuk membantu penyergapan. Tiba-tiba Mr. Abraham dihubungi dengan salah satu anak buahnya.
"Mr. Abraham, Mr. Abraham, sepertinya anda harus melihat televisi sekarang juga. Saluran delapan."
"Bagaimana caranya, di sini tidak ada televisi!" Mr. Abraham tidak menjawab lagi. Ia berlari mencari bangunan yang mungkin ada televisi di dalamnya.
Tidak jauh dari situ terdapat sebuah restoran yang memiliki televisi di dalamnya. Mr. Abraham menyalakan televisi dan melihat Kim yang sudah babak belur wajahnya sedang berbicara.
"...Kumohon... hentikan pengepungan... Ba... nyak war.. warga sipil di sini. Biarkan me... reka lolos! Me... mereka memberi kalian waktu, 30 menit untuk mena... rik semua pasukan" Kim berbicara dengan terbata-bata.
Siaran pun berakhir. Mr. Abraham semakin tertekan karena mengetahui bahwa tidak hanya warga sipil akan tetapi Kim, detektif kebanggaanya juga berada di sana. Sementara itu di Attrium Apartement, algojo yang diperintahkan untuk mengawasi Kim sedang tertawa puas.
"Hahahaha... terima kasih sudah membantu kami. Ternyata kau berguna juga. Oh iya sebagai ucapan terima kasih..."
Algojo itu menodongkan pistol ke kepala Kim. Kim terbelalak dan mengangkat tangannya.
"Noo, no! Please! Jangan saya mohon! Tidaaaakk..." Kim memelas.
Jari algojo tersebut telah siap menarik pelatuk dan...
DUAR...
KAMU SEDANG MEMBACA
The Codes
ActionJasad tanpa identitas ditemukan terbujur kaku di sebuah pulau kecil dengan lubang di lehernya. Pakaiannya masih rapih, lengkap dengan jas berdasi. Jasad tersebut membawa petunjuk yang harus dipecahkan Mr. Abraham bersama dua detektif hebatnya yakni...