Dua jam berlalu, penyelidikan belum juga membuahkan hasil. Mr. Abraham dan yang lainnya belum menemui petunjuk apa pun. Seakan-akan semua buntu, hanya asumsi-asumsi dengan kebenaran yang kemungkinan kecil untuk bisa dibuktikan.
Kim jongkok dan berdiam sejenak sembari mengusap dagunya. "Hmm, arah korban menghadap tidak bisa dijadikan acuan. Tapi, dengan ditemukannya jasad korban di daerah utara pulau, maka kemungkinan besar pelaku datang dari utara. Tidak mungkin datang dari selatan dan repot-repot memutar pulau hanya untuk membuang jasad korban di utara pulau." Kim menatap Rangga.
"Perkatan anda ada benarnya. Itu berarti..." Belum selesai Rangga berbicara, Kim memotong lebih dahulu.
"Ya, kau benar. Korban berasal dari Singapura atau Malaysia. Tapi kemungkinannya kecil sebelum kita bisa menemukan bukti lain." Kim berdiri sembari menatap arah utara pulau dengan gaya khasnya – memasukkan kedua tangan ke dalam saku celananya. Sudah hampir satu jam penyelidikan berjalan. Namun belum satu pun petunjuk ditemukan. Pembunuhnya cukup profesional.
"Untuk lebih pastinya,..." Belum saja Kim selesai bicara, radio Rangga berbunyi.
"Rangga, monitor!"
"Masuk, Pak!" Rangga menjawab.
"Kami menemukan sesuatu. Arah jam satu."
"Meluncur ke lokasi, Pak." Rangga menatap Kim. Kim mengangguk paham dan bergegas ke lokasi yang dimaksud.
Sesampainya di lokasi, Rangga melihat Ronny dan dua polisi lainnya. Rangga dan Kim berlari kecil dengan rasa penasaran.
"Apa yang anda temukan, Pak?"
Ronny hanya menunjuk benda yang ia temukan persis di pinggir pantai. Sebuah korek gas berwarna putih perak. Kim memakai sarung tangan sebelum kemudian ia mengambil korek tersebut. Ia mengamati sejenak sembari berbisik membaca tulisan pada korek.
"Singapore." Kim membaca tulisan pada korek tersebut. "Barang ini bisa menjadi petunjuk." Kim tersenyum lebar.
Penyelidikan dilanjutkan. Lima jam berlalu, tidak ada satu pun petunjuk lain yang ditemukan. Mr. Abraham memutuskan untuk mengakhiri penyelidikan. Mereka kembali ke markas. Mr. Abraham berjalan agak lambat menuju ke kapal polisi. Raut wajahnya menampakkan kekecewaan. Baru saja kaki sebelah kanannya menginjak kapal, handphone Mr. Abraham berbunyi. Mr. Abraham menjawab panggilan di handphonenya.
"Selamat Siang."
"Selamat Siang, Mr. Abraham, kami menemukan petunjuk."
-o0o-
Beberapa jam sebelumnya...
Di suatu ruangan di kantor polisi, Mr. Darwis bersama beberapa stafnya terlihat sangat sibuk menerima laporan orang hilang. Mr. Darwis adalah Kepala Bagian Informasi yang hari ini ditugaskan untuk mengumpulkan data orang hilang dari masyarakat untuk dicocokkan dengan mayat misterius yang beberapa hari lalu ditemukan.
Di sela kesibukkannya, tiba-tiba handphonenya berbunyi. Nama Dokter Rio tampak di layar handphonenya. Cekat Mr. Darwis menjawab panggilan di handphonenya.
"Selamat Siang Dokter Rio, ada apa?"
"Selamat Siang Pak, kami sudah mengumpulkan data ciri-ciri fisik korban untuk dicocokkan dengan data orang hilang yang anda kumpulkan. Namun hasil tes DNA baru akan keluar besok."
"Baiklah kalau begitu. Bisakah Anda mengantarkan data tersebut ke ruangan saya hari ini?"
"Saya sedang merekap datanya, Pak. Kira-kira satu jam lagi saya ke kantor Bapak."
"Oke, terima kasih."
"Iya, sama-sama." Rio menutup teleponnya.
Di salah satu sudut lab, Hasan nampak sedang memikirkan sesuatu. Timbul banyak pertanyaan di benaknya. Siapa sebenarnya korban? Apa motif pembunuhannya? Melihat hasil otopsi, peluru yang menembus korban adalah peluru yang biasa digunakan oleh penembak jitu. Itu berarti pelaku dan korban bukan orang sembarangan. Apa mungkin sindikat atau kelompok geng terlibat dalam pembunuhan ini?
Tiba-tiba Hasan dikagetkan dengan getaran handphone di saku celananya. Ia melihat jam dinding. Pukul setengah sebelas siang. Seharusnya sudah waktunya ia makan agar maag tidak menyerangnya lagi. Dengan rasa penasaran, Hasan meraih handphone di sakunya, ternyata dari Mr. Abraham.
"Hasan, bagaimana perkembangan penyelidikan jasad korban?"
"Kami sudah mengumpulkan data ciri-ciri fisik korban, namun hasil tes DNA baru akan keluar besok."
"Bagus. Apa kalian sudah menghubungi Mr. Darwis?"
"Sudah."
"Baiklah, lanjutkan pekerjaan kalian. Namun maaf, kami belum menemukan apa pun."
Tiba-tiba telepon terputus. Hasan melihat tulisan emergency di layar handphonenya.
"Payah! Sinyal di sini buruk sekali." Hasan menggerutu sebelum kemudian memutuskan untuk pergi ke luar kantor beristirahat. Sudah pukul dua belas, Haris belum juga selesai mengotopsi jasad korban. Ia berharap menemukan sesuatu. Benar saja, saat ia memegang bagian karet celana dalam korban korban, ia merasakan ada sesuatu yang tersembunyi. Haris mengambil silet dan merobek bagian karet pinggang celana dalam korban. Ia menemukan secarik kertas yang tergulung di dalam karet. Tidak jelas yang tertulis pada kertas tersebut. Hanya kumpulan simbol-simbol misterius."Astaga! Apa maksud dari simbol-simbol ini?" Haris menggumam. Haris segera menghubungi Hasan untuk mengabarkan temuannya.
"Hasan, di mana anda?"
"Baru saja selesai makan, Dok. Ada apa?
"Saya menemukan sesuatu."
"Benarkah? Baik, saya akan ke lab sekarang."
Hasan segera berlari menuju lab –penasaran dengan apa yang ditemukan Haris. Sesampainya di pintu lab, tanpa mengetuk terlebih dahulu, ia masuk dengan tiba-tiba –mengejutkan Haris yang sedang mencari petunjuk lain. Haris segera menunjukkan temuannya. Hasan menatap tajam kertas itu. Mengamati simbol demi simbol yang tampak. Ia belum pernah melihat kasus yang meninggalkan petunjuk seperti ini.
"Bagaimana, Detektif?"
Hasan agak terkejut. Ia diam sejenak. Menghela napas. Lalu menatap Haris.
"Saya belum pernah menemukan yang seperti ini. Bisakah anda menghubungi Mr. Abraham? Sinyal seluler saya buruk sekali."
"Baiklah." Haris segera mengubungi Mr. Abraham.
"Selamat siang." Sahut Mr. Abraham di ujung telepon.
"Selamat Siang Mr. Abraham, kami menemukan petunjuk."
KAMU SEDANG MEMBACA
The Codes
ActionJasad tanpa identitas ditemukan terbujur kaku di sebuah pulau kecil dengan lubang di lehernya. Pakaiannya masih rapih, lengkap dengan jas berdasi. Jasad tersebut membawa petunjuk yang harus dipecahkan Mr. Abraham bersama dua detektif hebatnya yakni...