The Codes Eps. 11 - One Step Closer

187 16 0
                                    

Tugas Hasan dan Rangga dipastikan telah selesai. Mereka akan kembali ke Indonesia besok pagi. Sementara Kim dan Mr. Andrew bersama stafnya telah berhasil memulihkan server. Kim juga sudah menyusun rencana untuk menagkap hacker tersebut.

"Bagaimana Mr. Abraham, anda setuju dengan rencana saya?" Kim berbicara empat mata dengan Mr. Abraham. Mr. Abraham membalasnya dengan menganggukkan kepala.

Sementara Hasan dan Rangga telah tiba di hotel. Tidak ada jejak yang ditinggalkan korban pada kertas sehingga identitas korban masih belum terungkap. Namun, sandi yang tertulis mungkin akan membantu kepolisian mengungkap konspirasi di balik kasus Light House. Melihat rumitnya kode, Hasan memutuskan untuk memecahkannya bersama Kim jika sudah tiba di markas. Pada kertas tertulis 'This is the last code. Break this code for break the case. Conspiration will be revealed'. Pesan itu merupakan pesan terakhir yang harus Hasan pecahkan.

"Hasan, bagaimana? Anda menemukan sesuatu?" Suara Rangga mengejutkan Hasan –membuyarkan lamunannya.

"Eh, tidak ada, Rangga. Sepertinya saya harus memecahkannya bersama Kim. Pesan ini terlihat sangat rumit. Mungkin saja harus dipecahkan dengan mesin enigma itu."

"Saya kira itu adalah pesan terakhir."

"Memang demikian, Rangga. Semoga dengan terpecahkannya kode terakhir ini, akan membuat kita selangkah sebih dekat kepada titik terang." Hasan membereskan mejanya sebelum ia melanjutkan pembicaraan.

"Sebaiknya kita istirahat, besok kita akan berangkat pagi-pagi."

Hasan merebahkan tubuhnya di atas kasur. Matanya menatap langit-langit kamar. Malam ini rasa rindu itu kembali melandanya. Hasan mengeluarkan sebuah foto di dompetnya lalu mengingat kejadian di masa lalunya. Namun semua itu buyar ketika ada ingatan lain yang melintas dipikirannya.

"Tunggu dulu. Simbol itu..." Hasan menggumam.

Ia bangun untuk kembali meraih kertas berisi pesan terakhir itu. Pada kertas tersebut tertulis simbol berupa huruf 'Ve'.

Hasan menoleh kebelakang. Terlihat Rangga sudah terlelap. Mungkin ia sudah berlabuh pada mimpinya. Tidurnya nyenyak sekali, sepertia ia kelelahan. Hasan membuka laptopnya untuk mencari tahu tentang sindikat narkoba internasional dan sejenisnya. Ia lihat jam di sudut kanan bawah di layar laptopnya. Pukul 22:45, itu berarti pukul 21:45 di tanah airnya. Ia melanjutkan pencariannya.
Membuka website raksasa teknologi bernama Google. Beberapa menit kemudian ia menemukan sebuah logo yang indentik dengan simbol di pesan rahasia tersebut.

"Venom!" Langsung saja ingatannya tersambung dengan cerita Kim saat di kantin.

"Jika Kim tahu, maka dendamnya akan kembali meluap." Hasan mengusap mukanya.

-o0o-

Brian asik menatap layar kacanya. Sesekali ia berpindah channel TV untuk sekedar mencari hiburan. Hanya secangkir kopi hitam yang menjadi temannya malam ini. Mario menugaskannya untuk memantau perkembangan kasus Light House. Waktu telah menunjukkan pukul satu dini hari. Brian berpikir mungkin tidak ada berita malam ini. Ia meraih remot di meja untuk mematikan televisi. Belum sempat ia menekan tombol off, pada televisi tertera tulisan headline news. Brian mengurungkan niatnya untuk mematikan televisi untuk memastikan berita apa yang ditayangkan. Siaran tersebut berbahasa Inggris.

"Good night. The Light House case may have entered the final stage. The police claimed that they had arrested the main suspect named St. Mario, a citizen of Singapore. Mario was arrested in an apartment in Surabaya. Police are still investigating the motive behind this case. It is estimated that the suspect more than one person. The Light House Case may will be end. The police has claimed they was arresting the suspect..." Suara Reporter melaporkan berita berbahasa Inggris.

Berita tersebut mengabarkan bahwa polisi berhasil menangkap Mario di Surabaya. Pada layar terlihat Mario diborgol dan digiring masuk ke dalam mobil polisi dengan memakai penutup kepala dan wajah.

"Apa? Tidak mungkin!" Brian merasa tidak percaya dengan berita tersebut. Segera ia meraih handphonenya untuk menghubungi Mario. Beberapa kali ia mencoba menghubungi Mario, namun tidak ada jawaban. Brian sangat panik. Ia tidak bisa jahil lagi untuk mencuri data di server kepolisian karena celah sudah berhasil ditambal oleh Kim. Ia duduk sejenak mencari cara untuk memastikan berita tersebut.

Selang beberapa jam, sirine polisi mengaum memecah kesunyian malam. Motel[1] tempat di mana Brian menginap telah dikepung polisi. Brian mengintip ke luar jendela. Ada beberapa mobil polisi dengan polisi bersenjata lengkap. Ia mengambil handgun di lacinya. Beberapa polisi bersenjata lengkap dengan rompi anti peluru mulai masuk mencari kamar Brian, beberapa lagi mengevakuasi penghuni motel.

Tak lama kemudian, Brak. Polisi mendobrak pintu kamar Brian. Brian reflek bersembunyi di dalam toilet kamarnya.

"Police! Get out and lift your hands. Menyerahlah, tempat ini telah kami kepung!" Polisi memperingatkan Brian untuk menyerah.

Brian tidak mengindahkan perintah polisi. Ia membalasnya dengan tembakan acak. Polisi yang mengepung kamar dengan sigap mencari tempat perlindungan untuk menghindari tembakan.

"Drop your gun, now! Letakkan senjata Anda!" Polisi kembali memperingatkan Brian.

Lagi-lagi Brian membalasnya dengan tembakan. Polisi mulai geram. Pimpinan mereka mengambil keputusan untuk menembaki Brian.

"Tembak!" Deru mitraliur memekakkan telinga. Hujan peluru membuat lubang di dinding dan semua barang yang ada di kamar Brian. Gas air mata ditembakkan. Brian mulai batuk-batuk dan matanya terasa perih. Pelurunya sudah habis. Ia ingat ada granat di kabinet dekat kasur. Ia berlari secepatnya dan berlindung di balik tempat tidurnya. Namun peluru polisi lebih cepat. Dua peluru menembus pinggang kiri dan kaki kiri Brian. Brian belum menyerah. Dengan susah payah, ia merayap mendekati kabinet lainnya di sebelah kiri tempat tidur. Polisi belum berani mendekat. Brian berhasil mengambil sebuah granat. Ia melempar dengan tangan kirinya. Apa daya, tenaganya sudah habis. Granatnya hanya jatuh di sisi tempat tidur yang lain. Polisi yang mengetahui ada granat secepatnya berlindung keluar dari kamar itu. Selang beberapa detik, Bum! Granat meledak dan menghancurkan seisi kamar termasuk Brian.

The CodesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang