Jingga terlukis di cakrawala. Beberapa jengkal lagi matahari tumbang di garis horizontal samudera. Samar cahayanya masih mengintip dari celah-celah pohon bakau. Pulau mulai gelap. Burung-burung camar mulai memekik, terbang ke sana kemari --mencari tempat beristirahat.
Hampir pukul setengah enam. Apa yang mereka cari belum juga ditemukan. Kode yang berhasil mereka pecahkan, membawa mereka pergi ke sebuah pulau yang tidak jauh dari pulau di mana jasad misterius ditemukan. Mereka mencari mesin enigma, mesin enkripsi legendaris ciptaan seorang insinyur Jermar --Arthur Scherbius, yang digunakan untuk mengirim pesan rahasia antara angkatan darat dan angkatan laut Jerman pada Perang Dunia I.
Hasan menelusuri pulau yang mulai meremang. Ia memegang sebuah detektor logam. Sesekali ia harus tersandung akar pohon hingga hampir terjatuh. Hasan mendekati sebuah pohon. Detektor logamnya terus menyusuri tanah. Dua meter setelah pohon itu, langkah Hasan terhenti. Detektor logamnya berbunyi. Segera ia meraih radio dekat saku celananya.
"Mr. Abraham, monitor! Saya menemukan sesuatu."
"Apa yang Anda temukan? Di mana?"
"Sepertinya ada benda logam yang terkubur. Saya di arah jam lima."
"Oke, semua tim merapat ke lokasi Hasan!" Mr. Abraham memberi komando.
Tak lama, semua tim telah berkumpul di lokasi Hasan. Beberapa anggota polisi diperintahkan untuk menggali tanah yang diduga tempat mesin enigma disembunyikan. Mesin tersebut tidak terkubur terlalu dalam. Belum satu menit menggali, sekop salah satu dari mereka menyentuh sesuatu. Ia terus menggali sehingga tampak sebuah brangkas terkubur di dalamnya. Hasan mengangkat brangkas tersebut dan membukanya. Benar saja, brangkas tersebut berisi mesin enigma. Mesin Enigma tersebut terdiri atas kombinasi dari system mekanikal dan elektrikal. Di mana sisi mekanikal adalah 4 buah rotor dengan rincian: rotor kanan, rotor tengah, rotor kiri dan rotor reflektor.
Kim mengamati mesin tersebut. Ia segera tahu bahwa tipe mesin yang digunakan adalah jenis M3. Di samping mesin itu ada botol bir berisi secarik kertas. Kim tahu bahwa merk botol bir itu hanya dijual di Singapura. Hasan berniat memecahkan botol tersebut untuk mengeluarkan secarik kertas di dalamnya.
"Jangan!" Kim mencegah Hasan dengan tangannya.
"Ada apa Kim?"
"Botol itu bisa menjadi petunjuk. Bir itu hanya dijual di Singapura. Itu berarti korban pernah singgah di Singapura atau bahkan bisa saja korban adalah warga negara Singapura."
"Anda benar, Kim. Sebaiknya kita selidiki sidik jari di botol ini.
"Mereka mencari sampel sidik jari pada peti, mesin enigma, serta pada botol. Beberapa menit kemudian mereka menemukan sampel sidik jari pada botol. Setelah petunjuk dirasa cukup, Mr. Abraham memutuskan untuk kembali ke markas. Sesampainya di markas, Mr. Abraham menyerahkan sampel sidik jari kepada Mr. Andrew untuk dianalisa setelah itu pergi ke ruang Hasan.
Hasan dan Kim berhasil mengeluarkan kertas dari dalam botol tersebut. Kertas tersebut terlihat masih baru. Mereka tidak mendapati tulisan apa pun di sana.
Mr. Abraham mengerutkan dahinya. "Tidak ada tulisan apa-apa di kertas ini."
Hasan menatap Kim. "Anda tahu tulisan yang hanya bisa dibaca dengan sinar UV, Kim?"
"Ah, iya. Mari kita coba." Kim mengangguk.
Hasan dan Kim mencoba membaca pesan tersembunyi pada kertas tersebut dengan bantuan sinar UV. Kembali Hasan dan Kim menemukan tulisan aneh yang ditinggalkan korban. Pesan tersebut berbunyi: QLG MGG WYF IVG NFP LRB GMF VPW LNP BVU JCD ZJH ZQW OJZ IWN EDY EWB VOE. Sebuah huruf acak terdiri dari delapan belas blok. Masing-masing blok terdiri dari tiga huruf.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Codes
ActionJasad tanpa identitas ditemukan terbujur kaku di sebuah pulau kecil dengan lubang di lehernya. Pakaiannya masih rapih, lengkap dengan jas berdasi. Jasad tersebut membawa petunjuk yang harus dipecahkan Mr. Abraham bersama dua detektif hebatnya yakni...