The Codes Eps. 14 - Code 3

179 15 2
                                    

Malam penyergapan Mario...

Mario mengendarai mobilnya dengan sangat cepat --meninggalkan Jakarta. Di belakangnya terlihat seorang wanita dan anak laki-lakinya yang sedang ketakutan. Perempuan itu memeluk erat anaknya.

"Setelah sampai di tujuan, kau bawa mobil ini. Aku sudah belikan kau tiket pesawat dengan tujuan Amerika. Aku tak ingin melibatkan kau dengan masalah ini." Mario berbicara kepada Wanita itu.

Mereka tiba di sebuah apartemen mewah. Mario keluar dari mobilnya, memakai topi koboi hitam dan merapihkan tuxedo-nya. Sementara istrinya mengambil alih mobil tersebut dan meninggalkan Mario. Mario bergegas menuju apartemen yang telah ia sewa sebelumnya beberapa bulan yang lalu. Dengan tergesa-gesa, ia membawa koper masuk ke dalam lift dan menekan tombol lift. Lift melesat naik ke lantai 20, tempat di mana kamar apartemen yang telah di sewa Mario.

Sesampainya di kamar, ia mencoba menghubungi Brian. Namun pulsa selulernya habis. Akhirnya ia memanfaatkan koneksi internet di apartemennya lalu mengirim email untuk mengabari Brian bahwa ia tidak lagi berada di Jakarta. Mario tidak sadar bahwa emailnya telah diretas oleh Kim. Dan tindakan ceroboh Mario akan membawa petaka bagi dirinya dan Brian.

Belum lama ia beristirahat, brak! Pintu kamar apartemen Mario dibuka paksa. Peluru gas air mata memantul masuk lalu mengeluarkan isinya yang membuat pedih mata dan membuat sesak pernafasan. Mario terkejut dan tidak sempat melarikan diri.

"Menyerahlah! Anda sudah dikepung!" Kata polisi bersenjata lengkap sembari menodongkan senjata otomatisnya.

Mario tidak berkutik, ia menyerah dan mengangkat kedua tangannya. Polisi yang memakai topeng anti gas tersebut menjatuhkannya ke lantai lalu memborgol kedua tangannya di belakang. Beberapa polisi lain menodongkan moncong senjatanya ke arah Mario agar Mario tidak melawan. Sekali Mario melakukan gerakan mendadak, pastilah senjata otomatis tersebut memuntahkan pelurunya. Dia tidak punya pilihan. Polisi membawa Mario dan memasukkannya ke dalam mobil untuk dibawa ke kantor polisi.

Sesampainya di kantor polisi, Mario diintrogasi. Ia tidak menjawab apa yang ditanyakan petugas. Geng Venom dikenal dengan anggotanya yang militan. Mereka tidak takut untuk mati demi Gengnya. Bahkan ketika mereka berhasil tertangkap sekali pun, mereka tidak akan buka suara dan membocorkan di mana pimpinan mereka berada sekali pun harus disiksa sampai mati.

Tidak terkecuali Mario. Cercaan dan pukulan dari petugas tidak membuat dirinya buka suara terkait keterlibatan dirinya dan Geng Venom dalam Kasus Light House. Hanya beberapa pertanyaan yang ia jawab yang tidak menyangkut Geng Venom dan kasus Light House. Setelah beberapa jam diintrogasi, akhirnya Mario dijebloskan sementara ke dalam penjara dengan pengamanan ketat.

-o0o-

Hasan mengabarkan Mr. Abraham bahwa ia dan Rangga mungkin baru bisa tiba di markas sore hari. Mr. Abraham memaklumi hal tersebut. Sementara Kim mulai memecahkan pesan tersebut. Ruang Kim berada di lantai dua. Dari jendela, ia bisa melihat langsung suasana di luar kantor polisi. Kim duduk dekat jendela. Ia sangat suka sekali dengan angin segar dari pada menikmati dinginnya air conditioner. Angin semilir menghembus rambutnya, menerbangkan dua helai rambut yang rontok. Sehelai rambut mendarat tepat di atas pesan rahasia. Kim menyingkirkan rambut itu. Ia tidak mau konsentrasinya terganggu.

Kim menganalisa tulisan pada kertas tersebut. Memprediksi dengan metode apa ia bisa memecahkan pesan tersebut.

Mudah-mudahan tidak sulit." Kim menggumam.

Baru saja ingin memulai, handphone Kim berdering. Ia melihat nama istrinya di layar. Seketika konsentrasinya buyar. Kim menjawab panggilan.

"Ohiyo!" Kim berbicara dalam Bahasa Jepang.

"Papa!" Suara anak kecil terdengar dari handphone Kim. Kim mengenal suara itu. Suara itu adalah suara anaknya. Ia sangat senang sekali mendengarnya. Namun di sisi lain ia
merasa bersalah karena belum sempat menghubungi istri dan anaknya. Ia meninggalkan pekerjaannya untuk sementara.

Beberapa menit asik berbincang, Kim mendengar suara ledakan di luar kantor. Bum! Suara tembakan terdengar beberapa detik kemudian. Kim melihat keluar dari jendelanya. Api berkobar membakar sebuah mobil polisi yang terparkir di halaman. Sepertinya itu ledakan sebuah granat. Beberapa polisi bergegas mengejar pelaku pelemparan dengan motornya. Kim menyudahi percakapannya. Lagi-lagi ia sangat menyesal tidak bisa meluangkan waktu untuk keluarganya. Sekalipun hanya sekedar menelepon.

Kim keluar dari ruangannya. Berlari menyusuri lorong menuju pintu utama. Sesampainya di halaman parkir, beberapa polisi mencoba mengejar pelaku. Beberapa lainnya mencoba memadamkan api dengan racun api. Mental Kim mulai diuji. Ia harus siap menghadapi teror-teror selanjutnya. Namun, ada yang lebih ia khawatirkan –keluarganya. Kim kembali ke ruangannya. Ia lebih memilih melanjutkan perbincangan dengan istri dan anaknya dan mengingatkan mereka agar waspada.

Tak terasa hampir satu jam Kim berbincang-bincang dengan keluarganya. Meski hanya lewat telepon, itu sudah cukup mengobati kerinduan Kim dengan istri dan anaknya. Kim kembali berkonsentrasi dengan tugasnya. Gambar pertama yang ia lihat adalah sebuah simbol pantulan dengan huruf 'C'. Mudah saja. Huruf 'C' adalah reflektor yang akan digunakan pada mesin enigma. Selanjutnya yang ia lihat adalah kumpulan angka dan huruf. Kim yakin itu adalah bilangan heksadesimal. Simbol lingkaran dengan tanda tambah di tengahnya adalah simbol gerbang logika NOR. Kim mengkonversi bilangan tersebut menjadi bilangan biner. Huruf yang ia dapat adalah VNM pada baris pertama dan BYE pada baris kedua. Tidak salah lagi, itu adalah pengaturan posisi awal rotator dan posisi awal pengaturan gelang pada enigma.

Ketiga, Kim melihat gambar segitiga siku-siku. Kim mulai buntu dalam menentukan arti dari C1 dan C2. Ia loncat ke baris huruf di bawahnya. Kim yakin itu adalah pengaturan plugboard pada enigma. Di sudut kanan bawah ada deret huruf yang diyakini Kim adalah pesan yang harus dipecahkan dengan enigma. Setelah itu, Kim tidak tahu lagi harus berbuat apa. Satu hingga dua jam berlalu. Kim belum berhasil memecahkan pesan tersebut. Sudah pukul dua siang. Kim memutuskan untuk beristirahat.

The CodesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang