🌻Bagaimana rasanya? Apa kau lebih bahagia saat tidak bersamaku?🌻
Semilir angin menerbangkan rambutku, aku tertawa ketika burung merpati itu memakan roti yang kulempar.
Sehun tengah membeli minuman dingin. Saat ini kami sedang berada di luar, katanya agar aku bisa menghilangkan stress yang berusaha membunuhku beberapa hari ini.
“Cantik” kataku mengelus kepala burung merpati yang hinggap di lenganku.
“Wow” Sehun datang dan memberiku minuman kaleng yang ia beli.
“Sepertinya mereka menyukaimu”
“Ya aku pikir begitu”
“Ayo kita ke tempat lain, di sana juga bagus”
Sehun mengajakku ke jembatan kecil yang berada tidak jauh dari tempat kami saat ini.
Aku berteriak girang saat melihat ikan-ikan kecil yang bermain di sungai itu. Menggemaskan menurutku.
Sehun juga tertawa karena mendengarku.
“Ah aku ingin membawa mereka pulang bersamaku’ kataku berusaha meraih ikan kecil itu.
“Kita bisa beli”
“Aku mau ikan itu”
“Lisa, nanti jatuh”
Aku tertawa karena Sehun menangkap kakiku.
“Tidak!” Aku berteriak karena buku diary yang kusimpan di dalam tasku terjatuh ke dalam sungai.
“Buku diaryku” Aku mulai panik.
”Sehun bukuku”
“Astaga” Aku membekap mulutku ketika Sehun tiba-tiba terjun ke dalam sungai, beberapa orang yang melihatnya juga bereaksi sama denganku.
“Sehun” Aku berteriak. Dia tertawa setelah berhasil mendapat buku diaryku.
Aku berlari untuk menemuinya.
“Bajumu basah, bagaimana ini?”
“Aku akan menggantinya, ini bukumu sudah dapat”
“Terimakasih”
Aku membuka buku itu, kulihat helai bunga matahari yang kutempel beberapa bulan yang lalu masih tetap menempel di sana.
“Maafkan aku Sehun” sesalku
“Tidak apa-apa”
🌻🌻
“Sepupuku akan ke sini” ujar Sehun.Sehun kini sudah memakai baju dan celana lain.
“Sepupumu yang mana?”
“Nanti kau akan tau, dia ingin bertemu denganmu”
“Benarkah? Dia tau aku darimana?”
“Aku menceritakanmu padanya”
“Ohh begitu”
“Itu dia”
Aku menoleh saat seseorang masuk ke dalam restoran, seorang gadis berambut sebahu dengan pakaian yang sopan. Gadis itu lebih cantik dariku.
“Hi” sapanya pada kami berdua
“Hi” jawabku
“Dia Hemi” kata Sehun
“Lisa ya? Aku banyak mendengarmu dari Sehun” ucap Hemi
“Ah, kau sangat cantik” kataku, dia tersenyum manis.
“Kau lebih cantik” balasnya.
“Sehun selalu menceritakanmu jika bertemu denganku, kadang aku merasa jenuh karena harus mendengarnya menceloteh” Aku tertawa lebar.
“Hemi” Sehun terlihat malu.
Kami lama duduk di restoran itu, ternyata Hemi lebih ramah dari yang aku kira. Dia juga pintar bergurau.
Kami memutuskan pulang karena hari sudah malam.
“Terimakasih” ucapku pada Sehun kemudian keluar dari dalam mobilnya.“Hei Lisa, bisakah aku mampir di apartementmu” kata Hemi.
“Tentu saja boleh”
Hemi senang saat aku mengatakannya.
“Kalau begitu aku pulang dulu, jaga Lisa untukku Hemi” ucap Sehun
“Okay”
Hemi merangkulku untuk berjalan beriringan. Ah aku menyukai gadis ini.
“Wow, apartementmu sangat rapi”
“Terimakasih”
“Kalau kau ke apartement Sehun maka kau akan terkejut, apartementnya seperti kandang babi”
“Ya Tuhan” Aku tergelak.
“Mau minum sesuatu?” tanyaku.
“Sebenarnya aku ingin mengajakmu keluar lagi”
“Oh ya, kemana?”
“Hanya berjalan-jalan di sekitar sini”
“ Boleh, baiklah ayo pergi”
Dia tersenyum lebar, kemudian kami pergi.
“Sepertinya di sekitar sini aman” ujar Hemi saat kami sudah berada di luar.
“Ya, karena itulah, aku memilih tinggal di kawasan ini”
“Ada tteokboki, mau? Akan aku belikan?” tanya Hemi.
Aku mengangguk.
Aku memilih duduk di bangku yang tersedia di sana.
“Ini” Hemi memberiku tteokboki yang ia beli.
“Terimakasih”
“ Ini sangat lezat”
“Ya, benar”
“Lihat”
Hemi menunjuk toko di seberang jalan.
“Bukankah mereka sedang mencuri?” tanya Hemi.
Aku memperjelas pandanganku.
Astaga itu Vedrick!
“Pencuri!!” Teriak Hemi.
“Hemi jangan” cegahku.
“Pencuri, ada pencuri”
“Hemi”
Aku tidak bisa menghentikan Hemi berteriak, aku memutuskan berlari ke dalam toko. Aku harus menyuruh mereka pergi.
“Jeon pergi dari sini” kataku saat sudah bertemu dengan mereka berdua.
Jeon dan Vedrick kaget saat aku tiba-tiba berdiri di depan mereka.
“Lisa”
“Ada pencuri” Hemi kembali berteriak.
Aku membantu Jeon mengeluarkan cemilan yang dia masukkan ke dalam tasnya. Vedrick juga sama.
“Apa yang kalian lakukan?” Kami bertiga menoleh saat penjaga toko bertanya.
“Mereka pencuri” Hemi menjelaskan.
Kedua pria penjaga toko itu segera meringkus kami.“Gadis ini ikut?” tanya penjaga toko itu pada pria di sampingnya.
“Kami tidak mengenalnya” ucap Jeon. Aku menatapnya, apa maksudnya tidak mengenalku?
“Tapi sepertinya dia juga ikut mencuri” ucap pria lain.
“Kami tidak mengenalnya!” kata Jeon lebih lantang.
“Hei dia temanku, dia bukan pencuri” Hemi mulai menarikku.
“Hanya mereka berdua” imbuh Hemi menunjuk Jeon dan Vedrick yang duduk berlutut di lantai.